
KEUSKUPAN Surabaya di Jatim ini identik dengan CM (Congregatio Missionis). Semula dilayani oleh para imam Jesuit di akhir abad ke-9 ketika masih menjadi stasi dari Praefektur Apostolik Batavia, Surabaya kemudian ditangani oleh para imam Lazaris (CM).
Hal itu berlangsung sejak tahun 1923. Waktu itu, wilayah reksa pastoral CM meliputi wilayah yang terbentang mulai dari Surabaya – Kediri – dan Rembang. Mulai tahun 1928, wilayah itu berkembang meluas hingga Madiun.
Gali Makam Para Imam CM dan Pindahkan Kerangka Jenazahnya dari Surabaya ke Pohsarang – Kediri
Berkembang
- Akhirnya pada tahun 1928, resmilah berdiri Praefektur Apostolik Surabaya.
- Pada tanggal 16 Oktober 1941, statusnya ‘naik kelas’ menjadi Vikariat Apostolik Surabaya.
- Mulai 3 Januari 1961 dan seiring dengan berdirinya Hirarki Gereja Katolik di Indonesia, maka resmi pula status keberadaan Keuskupan Surabaya.
Jejak para imam Lazaris (CM) di Surabaya
- Mgr. Teofilo Emilio de Backere CM sebagai Praefek Apostolik Surabaya (6 Juni 1928 – 24 Desember 1936) hingga kemudian terjadi sede vacante (24 Desember 1936 – 22 Oktober 1937) karena Mgr. de Backere mengundurkan diri sebagai Praefek Apostolik Surabaya.
- Michele Verhoeks CM mula-mula menjadi Praefek Apostolik (22 Oktober 1937 – 16 Oktober 1941) dan kemudian sebagai Vikaris Apostolik (16 Oktober 1941 – 8 Mei 1952).
- Terjadi sede vacante 8 Mei 1952 – 19 Februari 1953. Itu karena Mgr. Verhoek CM meninggal dunia.
- Mgr. Jan Antonius Klooster CM menjadi Praefek Apostolik (19 Februari 1953 – 3 Januari 1961), lalu sebagai Vikaris Apostolik Surabaya (3 Januari 1961–22 Agustus 1973) dan akhirnya sebagai Uskup Keuskupan Surabaya (22 Agustus 1973 – 2 April 1982).
- Sejak Mgr. Klooster mengundurkan diri di tahun 1982 itulah, Keuskupan Surabaya mulai ditangani oleh para uskup dari imam-imam diosesan (praja).
- Mula-mula Keuskupan Surabaya dipimpin oleh Mgr. Aloysius Josef G. Dibjokarjono (2 April 1982 – 26 Maret 1994 hingga pensiun).
- Lalu diteruskan oleh Mgr. Johannes Sudiarna Hadiwikarta (26 Maret 1994 – 13 Desember 2003, wafat).
- Ketika terjadi sede vacante (13 Desember 2003–3 April 2007), posisi Administrator Diosesan diisi oleh Romo Julius Haryanto CM.
- Baru kemudian, Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono –juga seorang imam diosesan- menjadi Uskup Keuskupan Surabaya (3 April 2007– sekarang).
Yang pasti, CM-lah yang selama ini telah memberi warna Keuskupan Surabaya sejak awal abad ke-20 hingga tahun 1982 ketika Mgr. JA Klooster CM mengunduran diri sebagai Uskup.
Peristiwa pemindahan makam para imam CM dari TPU Kembang Kuning di Surabaya ke Pohsarang di Kediri – Jatim itu kiranya menjadi momen tepat guna mengenang jasa para imam Lazaris yang pernah berkarya di tlatah Keuskupan Surabaya.
Adalah para imam CM yang telah ‘mendirikan’ Keuskupan Surabaya dan telah memberi warna pada wilayah gerejani ini.
Berikut ini rekaman peristiwa dalam gambar tentang prosesi pemindahan makam dan kerangka jenazah para imam CM yang telah berjasa di Keuskupan Surabaya.






Mengenang 15 Pastor Misionaris CM dan Pemindahan Makamnya dari Kembang Kuning ke Pohsarang Kediri




