HARI itu adalah Minggu tanggal 6 Agustus 2015 lalu. Tepatnya di Santuario St. Guido Maria Conforti, Parma, Italia, ketika alm. Pastor Francesco Marini SX merayakan pesta emas HUT ke-50 tahbisan imamatnya secara sangat sederhana. Tiada alunan suara koor polifoni seperti layaknya di Indonesia.
Tidak ada seorang uskup pun yang hadir, sekalipun yang merayakan pesta emas tahbisan imamat ini adalah mantan seorang superior general (pemimpin umum) Kongregasi Imam-imam Xaverian (SX): alm. Pastor Francesco Marini SX (1940-2016).
Baca juga:
- In Memoriam: Pastor Francesco Marini SX, Misionaris Xaverian Super Ramah
- RIP Pastor Francesco Marini SX, Mantan Pemimpin Umum Kongregasi Xaverian
Juga tidak terjadi bagi-bagi hadiah bagi sang yubilaris layaknya seorang imam dari ordo/kongregasi mana pun bila merayakan HUT apa pun di Indonesia. Pokoknya, semua serba simpel, ringkas, dan tidak juga ada hiasan apa pun di situ.
Seperti pernah ditulis oleh Fr. Pandri SX di Eropa tahun 2015 lalu, maka di situ hanya ada segelintir orang anggota keluarga dan tujuh pastor Xaverian (SX) yang punya harijadi sama merayakan pesta emas HUT ke-50 tahbisan imamatnya. Yang datang hanya tujuh orang, tulis Pandri SX, dari yang seharusnya 19 konfrater teman angkatan almarhum Pastor Francesco Marini SX.
Menurut Pandri, sang penulis sekaligus saksi mata acara pesta emas untuk seorang mantan pemimpin umum Kongregasi SX Sedunia, maka itulah misa emas paling sederhana yang pernah dia saksikan selama ini. Yang istimewa justru sosok kerendahan hati alm. Pastor Francesco Marini SX untuk bersyukur kepada Tuhan atas berkat pendampingan-Nya selama melayani-Nya sebagai imam misionaris. Alm. Pastor Marini SX juga bersyukur kepada keluarga Xaverian, sahabat dan teman-teman yang mendukungnya selama melayani umat Allah.
Kerendahan hatinya itu antara lain terungkap pula dalam rangkaian kata almarhum.
“Perayaan ini, selain sebagai ucapan syukur semestinya menjadi kesempatan untuk memohon ampun atas kelalaianku, kelalaian kami dalam mengemban tugas dan tanggungjawab yang seharusnya kami hidupi dan jalani; tapi dalam kenyataannya kami melupakannya,” kata alm. Pastor Francesco Marini SX dalam homilinya sebagaimana kemudian ditulis oleh Fr. Pandri SX.
Alasan bersyukur
Dalam homilinya, lanjut Fr. Pandri SX, almarhum Pastor Francesco Marini SX mengungkapkan alasan mengapa beliau bersyukur atas rahmat sebesar ini. Mengikuti Kristus dengan menjadi imam misionaris mengantar beliau untuk menemukan makna hidupnya sendiri juga hidup orang lain.
Semua orang membutuhkan makanan, rumah, pakaian, aturan, sarana dan prasarana untuk membangun hidup pribadi, keluarga juga masyarakat. Kadang kebutuhan-kebutuhan ini dicari sekedar untuk bertahan hidup, untuk memperoleh hidup yang layak. Tapi sadar atau tidak sadar, manusia tidak hidup hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini saja, manusia tidak hidup hanya untuk memperoleh benessere (kenyamanan dan kemakmuran hidup).
Lebih daripada itu semua, tulis Pandri SX, manusia perlu memaknai hidupnya, perlu mengetahui alasan mengapa ia hidup,dan karena itu ia membutuhkan harapan. Kebutuhan akan makna hidup dan harapan inilah yang ditawarkan oleh Kristus yang sampai ke tangan kita melalui Injil-Nya.
Keselamatan terjadi ketika manusia menemukan makna hidupnya dalam Kristus; ketika manusia melihat dan menghargai diri dan sesamanya sebagaimana Yesus melihat dan menghargai kita. Jadi bagi alm. Pastor Francesco Marini SX, demikian tulis Pandri, menjadi misionaris pewarta Injil Kristus selama 50 tahun sebagai imam Xaverian adalah upaya tanpa henti memanusiakan dirinya sendiri dan orang lain dalam terang Kristus, menawarkan jalan yang tepat untuk menjadi manusia yang sesungguhnya.
Menurut alm. Pastor Francesco Marini SX, panggilan untuk menemukan makna hidup dalam Kristus dan mewartakannya kepada semua orang tidak berakhir dengan pesta emas ini dan tidak tertuju hanya kepada dirinya sendiri dan teman-teman pastor seangkatannya. Sebaliknya, panggilan ini merupakan tugas semua orang yang dibaptis untuk pertama-tama menemukan arti hidupnya sendiri dalam Kristus lalu ditawarkan kepada sesama.
Hal ini sangat penting dan bahkan mendesak karena semua orang membutuhkannya.
Dengan demikian menjadi missionaris berarti menjadi manusia seturut gambar dan rupa Allah yang terungkap secara penuh dalam diri Yesus Kristus. Cara hidup alm. Pastor Marini SX telah mencerminkan dengan cukup jelas hal itu.
Fr. Pandri SX mengaku sangat bangga pernah mengenal secara dekat alm. Pastor Marini SX baik sebagai misionaris yang telah rela meninggalkan tanahairnya Italia menuju tanah misi di Indonesia, sebagai pendidik (format), dan konfrater.
Sumber: Majalah Keluarga Kita edisi Agustus-September 2015 oleh Fr. Supandri SX