4 Agustus 1982 – 5 April 2019 adalah sejarah teramat singkat milik almarhum Pastor Frangky Rengkung MSC.
Dari Issoudun, Perancis, tempat lahir tarekat kita, saya hanya bisa berdoa untuk keselamatan kekal konfrater terkasih Pastor Frangky Rengkung, MSC.
Saya mulai mengenal Pastor Frangky pada tahun 2005.
Saat itu, kami bersama-sama masuk Pra Novisiat MSC Pineleng bersama dengan 38 anak muda lainnya yang mau membaktikan diri untuk Tuhan dan sesama dalam Tarekat MSC.
Setelah menjalani pendidikan di Seminari Augustinianum, Tomohon, almarhum lalu mengikuti pembinaan sebagai Pra Novis MSC di Pra Novisiat MSC Pineleng pada 2005–2006.
Saat itu, tim pembina kami di Pra Novisiat MSC Pineleng adalah Pastor Hendrikus Suhendro MSC dan Saudara Godfrid Kariana Samderubun.
Ketekunan dan kesungguhan dalam hidup sudah ditunjukkan sejak masa awal pembinaan. Ia begitu tekun membaca. Tidak heran apa yang dibacanya, dia tuangkan dalam kemampuan menulis. Ia banyak menulis renungan-renungan Percikan Hati dan beberapa buku tentang Permesta.
Pastor yang yang biasa dipanggil Eki ini lahir di Tomohon pada tanggal 4 Agustus 1982. Keluarganya berasal dari Desa Kinilow, Tomohon di mana bersama teman-teman tingkat kami sering kunjungi pada saat Natal.
Lewat pelabuan Bitung, kami berangkat ke Jawa untuk melanjutkan masa pembinaan di Novisiat Karanganyar pada tahun 2006 silam. Kami sama-sama pada tanggal 24 Juli 2006 diterima sebagai Novis MSC di Karanganyar, Kebumen, Jawa Tengah.
Pastor Alo Lamere MSC dan Pastor Anis Salaki MSC membimbing kami untuk menjadi seorang biarawan yang baik.
Kami mengikrarkan kaul-kaul pertama dalam Tarekat MSC pada 25 Juli 2007 di Novisiat MSC, Karanganyar, Kebumen, Jateng, setelah sebelumnya mengikuti retret persiapan yang dibawakan oleh Pastor Handoko MSC (Wakil Provinsial MSC Indonesia saat ini). Dan juga tentu pada tanggal 18 Oktober 2014, kami mengikrarkan kaul-kaul kekal dalam Tarekat MSC di Pineleng.
Mantan petinju amatir
Lewat sharing-sharing, kami mulai saling mengenal. Si Eky ini ternyata adalah mantan petinju amatir daerah Bumi Nyiur Melambai.
Tidak heran disiplin dalam dunia tinju dia terapkan dalam kehidupannya di dalam biara.
Para juara itu lahir dari sesuatu yang ada di dalam diri mereka: keinginan, mimpi, dan visi.
Yah memang benar. Hal inilah yang ditunjukkan oleh konfrater Eky MSC. Ia memilik target-target dalam hidupnya. Hal yang menarik adalah bahwa dia menyelesaikan dengan baik studi filsafat dan teologi di Sekolah Tinggi Seminari Pineleng pada 2007 sampai 2015.
Pada masa studi di Skolastikat MSC Pineleng, saya teringat kalau ada tugas-tugas kuliah yang banyak menyita waktu dan energi, Eky selalu menjadi yang terdepan dalam membuat tugas-tugas kuliah tersebut.
Ia tidak kerja asal-asalan. Ia kerja dengan segenap kemampuan dan tenaga yang ada di dalam dirinya. Tidak heran pada saat yudisium nilai-nilainya pasti selalu bagus, alias sesuai ekspektasinya.
Setelah menyelesaikan skripsi bidang kitab suci, ia menjalani tahun pastoral di Paroki Siantan, Keuskupan Agung Pontianak, Kalimantan Barat.
Lagi-lagi kami menjalankan masa pastoral di keuskupan yang sama. Hanya saja, saya menjalankan masa pastoral di karya kategorial Radio Banua Cordis di Darit, Kalimantan Barat.
Sering sekali kalau ada kebutuhan pelayanan pastoral di kampung-kampung daerah Darit, Eky bersedia datang dan memberikan hatinya untuk umat pedalaman.
Selama di Kalimantan Barat, saya teringat suatu waktu pada masaPpaskah tahun 2011, kami sama -sama ke rumah Pastor Sisko Alexander MSC di daerah Semade, Kalimantan Barat, dengan mengendari motor masing-masing.
Kami bersuka cita bersama dengan keluarga Konf Sisko MSC. Kami pulang kembali ke Darit pada malam hari. Eh ternyata nasib sial dialami Eky.
Dalam perjalanan pulang, si Eky jatuh motor. Bibir dan kakinya berdarah-darah. Setelah istirahat beberapa menit dia masih mampu mengendarai motor ke arah Darit.
Sungguh pantang menyerah si Eky.
Kami juga sama-sama menerima pelantikan lektorat pada 26 Juni 2010 dan akolit pada 25 Juni 2011. Kemudian kami menerima Tahbisan Diakon pada tanggal 20 Juni 2015 di Pineleng. Dia ditahbisan imam pada 9 April 2016 di Manado.
Setelah tahbisan imamatnya sebagai neomis, Franky diutus untuk menjalankan karya Tarekat di Komunitas Skolastikat MSC Pineleng, khususnya sebagai anggota staf Percikan Hati.
Gagal ginjal
Pada tahun 2017, Pastor Franky mulai menjalani perawatan gagal ginjal, baik di Tomohon maupun di Jakarta.
Selama menjalani perawatan di Jakarta ia tinggal di Komunitas Rumah Induk/Provinsialat MSC lalu di Rumah Superiorat MSC Jakarta di Cengkareng. Lalu, untuk menjalani perawatan selanjutnya Franky kembali ke Manado dan tinggal di Komunitas MSC Karombasan, Manado.
Pada awal tahun 2019 ini saya sempat mengunjungi Eky di Manado. Kata-kata baku sedu keluar dari mulutnya, ketika melihat saya : ”Ehhh pace, macam tambah hitam saja koo!!” Kami sharing dan saling meneguhkan selama kunjungan itu.
Dua hari lalu saya menelpon konfrater Rikardo Senduk MSC yang berkarya di Ekuador. Salah satu topik menarik dalam telepon itu adalah bercerita mengenai keadaan Eky.
Kami sempat berdiskusi bagaimana mendapat donor ginjal dll. Dan tentunya sambil berdoa agar Eky selalu kuat.
Pagi ini setelah doa pagi di Crypte atau kubur Jules Chevalier dan setelah makan pagi, saya kembali ke kamar. Saya kaget melihat pesan-pesan yang begitu banyak mengenai berpulangnya saudara dan konftater terkasih Eky.
Pastor yang yang baik hati ini meninggal di RS Gunung Maria, Tomohon, pada tanggal 5 April 2019, pkl 10.50, setelah bergumul dengan penyakit ginjal selama dua tahun.
Jenazahnya akan disemayamkan pertama-tama di rumah keluarga di Kinilow, lalu biara MSC Pal 3 Karombasan dan Gereja Hati Kudus Karombasan, Manado.
Jenazahnya akan dimakamkan di pekuburan Seminari Menengah Kakaskasen pada Senin, 8 April 2019.
Pastor Franky, selamat memasuki hidup abadi bersama Bapa di surga. Terima kasih atas kebersamaan sebagai MSC dan atas pengabdian dan pelayanan sebagai imam dan gembala Kristus.
“Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah” (Yohanes 12:24).