DALAM “Meditasi Akhir Hidup” almarhum Pastor Jan van Paassen MSC menulis:
“Sebagai dosen STFSP dan Komkat, sudah ratusan kali saya mengakui imanku katolik. Pada akhir hidupku sekali lagi saya mengaku imanku, khususnya akan kata–kata Jesus tentang arti dan makna seluruh eksistensiku, sejak konsepsi dalam rahim ibuku sampai dibangkitkan kembali sesudah Jesus kembali dalam KemuliaanNya pada akhir zaman.
Sebagai contoh, bisa dibandingkan dengan metamorphose (kata Yunani) atau transformasi (kata Latin) dari ulat, kemudian menjadi kepompong dan akhirnya menjadi kupu-kupu . Binatang yang sama mengalami tiga tahap dalam seluruh eksistensi. Atas dasar data Kitab Suci, Tradisi dan atas dasar renungan pribadi dalam immobilitas tempat tidurku, saya bisa membedakan dalam seluruh eksistensi/keberadaan manusiawi yang sama 5 tahap. Dari titik konsepsi JvP (Jan van Paassen MSC) sampai kemanusiaanku mulia untuk selama-lamanya, pada Hari Kedatangan Jesus yang kedua dalam KemuliaanNya, ada 5 tahap yang cukup berbeda, namun mengenai oknum “JvP” yang sama saja.
Manusia dan juga JvP akan mengalami bukan tiga melainkan lima tahap. Biar pada zaman modern ada semakin banyak orang yang hanya percaya akan dua tahap dalam seluruh eksistensi manusia ialah sebagai foetus dalam rahim ibunya dan nanti sebagai manusia lk otonom, saya sebagai orang katolik sering mengisi waktu di tempat tidurku dengan merenungkan sampai 5 tahap dalam seluruh eksistensi sebagai manusia , sebagai JvP.”
Sebagai dasar Biblis dari Credo: Aku percaya akan kebangkitan badan dan kehidupan kekal, P. Jan mengutip dari 1 Tes 4: 13 – 17: di bawah ini, dari kata–kata Rasul Paulus:
13 Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan.
14 Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia.
15 Ini kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan: kita yang hidup, yang masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang telah meninggal.
16 Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit;
17 sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.
- Jan terus mencari dan berefleksi tentang dasar Kitab Suci dari Credo akan kebangkitan badan dan kehidupan kekal itu. Dan beliau mengutip dari Surat St. Paulus yang paling tua atau yang pertama dari semua surat yang ditulisnya, yaitu kepada umat di Tesalonika.
Sebagai orang katolik, Pastor Jan mewartakan bahwa biar pun semakin banyak manusia modern hanya percaya pada dua tahap kehidupan manusia: yaitu dalam kandungan ibu dan setelah lahir; atau tiga tahap, yaitu ditambah dengan hidup di akhirat (entah di surga atau di neraka); atau empat tahap seperti dipercaya oleh orang katolik pada umumnya, yaitu ditambah dengan purgatorium kemudian masuk surga sebagai santo dan santa dan sudah selesai; namun Pastor Jan mengingatkan bahwa masih ada tahap kelima, yaitu pada saat kedatangan Kristus yang kedua kali pada akhir zaman dan semua orang akan dibangkitkan dan berjumpa dengan Allah bukan dalam bentuk jiwa atau roh saja, melainkan sebagai pribadi yang utuh dalam kemuliaan.
Tentang hal itu Rasul Yohanes menjelaskan, “Bagaimana keadaan kita kelak, belum dinyatakan. Akan tetapi kita tahu, bila Kristus menyatakan diri, kita akan menjadi serupa dengan Dia. Sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.” ( I Yoh.3:2).
Kita mungkin akan bertanya: Jadi kita akan dibangkitkan dengan tubuh kita yang sama ini? Bagaimana dengan orang yang mati dengan tubuh yang hangus terbakar? Atau orang yang tenggelam di laut dan sudah dimakan ikan? Atau kebiasaan orang yang melakukan kremasi? Apakah hanya orang yang dimakamkan dengan tubuh yang utuh saja yang bisa dibangkitkan secara utuh juga? Tentu pertanyaan itu tidak relevan, karena orang yang dimakamkan secara utuhpun, jenasahnya menjadi busuk dan menjadi tanah.
St. Paulus juga menghadapi pertanyaan itu dalam I Kor.15: 35 dst.
Tetapi mungkin ada orang yang bertanya: “Bagaimanakah orang mati dibangkitkan? Dan dengan tubuh apakah mereka akan datang kembali?” Hai orang bodoh.…—Tepat seperti itu, anda tidak memikirkannya seperti itu— Apa yang engkau sendiri taburkan, tidak akan tumbuh dan hidup, kalau ia tidak mati dahulu. Dan yang engkau taburkan bukanlah tubuh tanaman yang akan tumbuh, tetapi biji yang tidak berkulit, umpamanya biji gandum atau biji lain. Tetapi Allah memberikan kepadanya suatu tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya: Ia memberikan kepada tiap-tiap biji tubuhnya sendiri.
Kemudian St. Paulus bicara tetang Tubuh Rohani, tubuh yang sudah dibangkitkan dalam kemuliaan. Mungkin Paulus menunjuk pada pengalamannya di depan pintu gerbang kota Damsyik di mana ia melihat Tubuh Kristus yang sudah bangkit itu menjumpainya.
Saat kebangkitan badan pada kedatangan Kristus yang kedua akan terjadi pada akhir zaman. Akhir zaman itu tidak sama dengan zaman akhir. Zaman akhir sering disebut zaman eskatologis.
ésxatos (from esxaton, “end, last”) – properly, last, final (the furthest, extreme-end). 2078/esxatos (“future things”), the root of “eschatology” is “the study of last things.” This includes future Bible prophecy, the end-times, and life after death (“the after-life”).