USKUP Agung Keuskupan Agung Pontianak (KAP) Mgr. Agustinus Agus menyebut meninggalnya Pastor Yeremias “Yere” Melis OFMCap sebagai kehilangan besar. KAP, kata beliau, kehilangan akan sosok ‘duta ekologi’ dan pejuang kemanusiaan di bidang pemberdayaan sosial-ekonomi, utamanya di Kalimantan Barat.
Ungkapan itu disampaikan saat berlangsung Misa Requiem di “Gereja Ayam” Paroki St. Fransiskus Assisi di Kota Singkawang, Kamis (15/3/18) lalu. “Kita telah kehilangan seorang duta ekologi dan pemerhati sosial ekonomi untuk masyarakat khususnya yang miskin di Kalimantan Barat,” ungkapnya.
Misa requiem itu digelar dalam sebuah misa konselebrasi bersama Uskup Emeritus KAP Mgr. Hieronimus Bumbun OFMCap dan Vikjen KAP Pastor William Chang OFMCap, dan Minister Provinsial Ordo Fransiskan Kapusin Provinsi Pontianak Romo Herman Mayong OFMCap.
Ikut bergabung di sini puluhan imam lainnya. Usai misa requiem, berlangsunglah prosesi pemakaman di kerkop katolik di Jl. Kridasana, Singkawang. Walikota Singkawang Tjhai Chui Mie tampak hadir melayat.
Pastor Yeremias “Yere” Melis OFMCap meninggal dunia dalam usia 80 tahun di RS Vincentius Singkawang, Selasa tanggal 13 Maret 2018. Dua hari kemudian, jenazahnya dimakamkan dua hari kemudian.
Apa kata mereka
Indies Loner, asal Singkawang dan berdomisili di Solo, Jateng.
“Almarhum pastor adalah sosok imam pencinta sejarah Kalimantan Barat . Semua itu bermula dari rasa cintanya yang mendalam, membuatnya tidak berhenti mendalami dan menggali era kehidupan Borneo di masa lalu. Ketekunannya telah menghasilkan beberapa karya buku, dengan tujuan agar masyarakat setempat tidak buta terhadap sejarah daerah mereka.”
Hes menulis di Warta Paroki Singkawang
“Dengan tinta dan pena, sebuah nama akan kekal sepanjang masa. Dikenang karena sumbangsih berupa tulisan bagi dunia pengetahuan, pendidikan maupun kebudayaan. Ini tentu akan berguna baik di masa sekarang maupun masa depan,” tulis Hes.
“Ini pula yang tengah ditapaki oleh salah satu gembala kita. Meski karya-karyanya beliau hasilkan itu dikerjakan tanpa tendensi apa-apa, namun publik boleh percaya bahwa apa yang telah dikerjakannya bukanlah suatu yang sia-sia dan besar pengaruhnya pada dunia pengetahuan, sejarah juga budaya.”
Br. Gregorius MTB, Kurator Museum MTB Singkawang
Almarhum Pastor Jeremias adalah sosok imam Fransiskan Kapusin sejati yang sangat peduli dan mencintai lingkungan hidup. Semasa hidupnya, pastor tersebut selalu mengimbau masyarakat untuk ikut memelihara dan menjaga kelangsungan hidup khususnya hutan.
“Hutan adalah paru-paru dunia. Hutan perlu dijaga dan pentingnya menjaga keseimbangan ekologi perlu ditanamkan di hati masyarakat demi kelangsungan hidup anak cucu kita ke depan,” demikian berkali-kali almarhum Pastor Melis OFMCap selalu omong di banyak kesempatan.
Lerry, mantan anak asrama binaan di Mejalin
“Selamat jalan Pastor Yeremias OFMCap. Tak terasa 10 tahun telah berlalu, ketika Pastor masih berkarya di Paroki Menjalin,” tulisnya.
“Pastor dengan penuh kesabaran dan kasih telah dan selalu menyayangi kami semua anak Asrama Putra St. Petrus dan Paulus Menjalin. Setiap sore, sesekali diselingi dengan gaya humoris yang mengocok perut, Pastor selalu bercerita tentang cinta kasih Kristus.
Paskalis Adis pernah bekerjasama di Paroki Menjalin
Kenangan ini terjadi 18 tahun yang lalu, ia berada bersama alm. Pastor Yeri di Paroki Menjalin.
“Tolong jelaskan pembukuanmu ini, saya coba mengerti semua yang kamu tulis, satu yang saya tidak mengerti ‘kwaci’ itu apa?,” kenang Adis.
Dengan agak malu, mantan Frater Kapusin lalu menjelaskan bahwa kwaci itu sejenis makanan ringan dari biji bunga matahari.
Ho ho ho….beliau berlalu sambil tersenyum dan senyum itu khas sekali.
“Selamat jalan Pater, jadilah pendoa bagi kami yang masih berziarah di dunia ini.”
Cinta lingkungan
Pastor Kapusin misionaris asal Negeri Belanda ini resmi menjadi WNI pada 1981. Karyanya yang mulia pasti akan selalu dikenang umat Katolik di Kalbar, khususnya komitmennya menjaga kelestarian lingkungan dan berjuang meningkatkan martabat hidup Masyarakat Dayak, utamanya di kampung-kampung dan pedalaman.
Dalam setiap isu lingkungan hidup, almarhum Pastor Yeremias Melis OFMCap selalu berada di garis depan bersama tim Pemerhati ingkungan dan Pengembangan Sosial Ekonomi-Komisi Keadilan dan Perdamaian Kesukupan Agung Pontianak (PSE-KKP KAP).
Komisi PSE-KKP KAP adalah satu lembaga dibawah naungan gereja katolik. PSE-KKP KAP merupakan ujung tombak gereja katolik diosesis Pontianak dalam melaksanakan misi sosial kemanusiaan yang merupakan suatu wujud pengabdian gereja pada umat dan masyarakat.
Imam Ordo Kapusin asal Negeri Belanda ini lahir pada tanggal 24 April 1938. Sejak berkarya di Kalimantan Barat, ia sudah terlibat aktif dalam gerakkan pemerhati lingkungan, sosial-ekonomi, ikut memajukan dan mengembangkan perekonomian masyarakat Dayak Kalimantan Barat melalui Credit Union (CU) sejak tahun 1992-2015.
Hentikan penghancuran hutan
“Hentikan penghancuran Kalimantan, lestarikan alam dengan menjaga tanah, air, hutan dan udara yang ada di kampung kita,” tulisnya sekali waktu.
“Kemajuan memang telah kita rasakan, namun itu hanya sementara untuk saat ini, tetapi dikemudian hari akumulasi persoalan atau gejolak sosial dalam memperebutkan tanah, air, hutan, akan membunuh anak cucu kita. Hal ini berarti hak paling asasi untuk hidup anak cucu kita pasti hilang,” demikian wejangan almarhum Pastor Jeremias Melis OFMCap di laman http://psekap.blogspot.co.id.
Kata-kata itu terungkapkan saat beliau tampil bicara di hadapan umat pada kesempatan kunjungan tim Pengembangan Sosial Ekonomi-Komisi Keadilan dan Perdamaian Kesukupan Agung Pontianak (PSE-KKP KAP) di Desa Subah, Kabupaten Sambas, 20 Mei 2011.
Koleksi dokumentasi Borneo
Karya besar almarhum juga terukir lewat warisan dokumentasi dalam bentuk beberapa buku.
- Doa dan Berkat Sepanjang Tahun (1979) yang hingga kini masih naik cetak dan bisa diperoleh di Emaus, Singkawang.
- Batakki – Berita Antar Kampung Kita (1997).
- Borneo Bagian Barat Geografis, Statistis, Historis 1854 karya PJ Veth dan diterjemahkan oleh Pastor Yeremias OFMCap (April 2012), diterbitkan oleh Institut Dayakologi.
- Sejarah dan Geografi Daerah Sungai Kapuas Kalimantan Barat karya JJK Enthoven (1905) dengan judul asli Bijdragen Tot De Geographie van Borneo’s Wester-Afdeeeling dan dialibahasakan oleh P. Yeremias OFMCap (2013), diterbitkan oleh Institut Dayakologi.
- Sejarah Sanggau Het Rijk Sanggau (2014) terjemahan diambil dari buku Indische Taal, Land, en Volkenkunde, terbitan Bativaansch Genootschapp van Kunsten en Wetenschappen (1884) karya HPA Bakker, dialihbahasakan oleh P. Yeremias, OFMCap; diterbitkan kembali oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sanggau.
- Adat dan Bahasa Dayak Kendayan Kalimantan Barat karya Donatus Dunselman OFMCap dan dialihbahasakan oleh P. Yeremias OFMCap (September 2015), terbitan Pohon Cahaya dan tersedia di Pastoran Singkawang.
- Kongsi-kongsi Monterado Sumbangan kepada Sejarah dan Pengetahuan dari Perkumpulan-perkumpulan Orang Cina di Pantai Barat Borneo karya SH Schaank, dialihbahasakan Yeremias Melis OFMCap (September 2015), terbitan Pohon Cahaya dan tersedia di Pastoran Singkawang.
- Kronik Mampawah (dan Pontianak) karya JT Willer dialihbahasakan oleh P. Yeremias OFMCap (September 2015), terbitan Pohon Cahaya dan tersedia di Pastoran Singkawang.
- Lanskap-lanskap di Pinoh-Hulu (Bagian Barat Borneo) karya JPJ Barth, dialihbahasakan oleh P. Yeremias OFMCap (September 2015), terbitan Pohon Cahaya.
- Sejarah Kongsi Lan-Fong Mandor karya JJM De Groot dan JW Young, terjemahan P. Yeremia OFMCap (September 2015), terbitan Pohon Cahaya.
Kredit foto: Sany Willy, Merry Cen, Lucia Sutiono.