In Memoriam Romo Florentinus Subroto Widjojo SJ, Setahun Bersama Pak Broto di Kramat VI

0
108 views
RIP Romo Florentinus Subroto Widjojo SJ (1939-2024).

TAHUN 1986-1987 adalah hari-hari sepanjang tahun perkenalan saya dengan almarhum Romo Florentinus Subroto Widjojo SJ. Bersama para frater Jesuit waktu itu, kami tinggal bersama dengan almarhum Romo Broto di Frateran SJ Unit Kramat VI/22.

Kolega para frater Jesuit waktu itu yang saat ini masih menjadi imam adalah:

  1. Romo Sugiyapitaya SJ (kini Rektor Kolese de Britto Yogyakarta).
  2. Romo Paulus Agung Wijayanto SJ (Paroki Muntilan).
  3. Romo Agus Sriyono SJ (ATMI Cikarang).
  4. Romo Bernardus Rukiyanto SJ (dosen teologi Universitas Sanata Dharma Kampus IPPAK Kali Code Yogyakarta).
  5. Romo Bambang Triatmoko SJ (Paroki Ekspatriat Jakarta).
  6. Lalu masih ada almarhum Romo Hadi Susilo SJ yang beberapa tahun pasca tahbisannya kemudian memutuskan tanggalkan jubah imamatnya.

Sementara para mantan frater selain saya ada Bambang Sutanto (penggiat koperasi di Paroki Katedral Jakarta), Harjono dari Njali. Berikut almarhumah Ibu Hadi yang menjadi koki rumahtangga Frateran Jesuit Kramat VI.

Saat itu di Unit Kramat VI, saya menjadi yang paling “tua” di antara para kolega frater lainnya.

Berbagai karakter berbeda-beda

Selama empat tahun kuliah di STF Driyarkara kurun waktu 1984-1988, saya mengenal empat imam Jesuit yang masing-masing punya karakter sendiri -sangat spesifik- yang itu membedakan satu dengan lainnya secara signifikan.

  • Dua tahun pertama di Frateran Unit Kampung Ambon (1984-85) di sana ada almarhum Romo Ignatius Sumaryo SJ, almarhum Romo Widayaputranto SJ yang kemudian lepas jubah imamatnya.
  • Dua tahun kemudian (1986-1988) di Frateran Unit Kramat VI ada almarhum Romo Sewaka SJ dan almarhum Romo Florentinus Subroto Widjojo SJ.

Hanya kurang lebih setahun saja, saya dan para frater Jesuit Unit Kramat VI mengenal sosok Romo Broto SJ yang oleh angkatan-angkatan sebelumnya secara gurauan sering disapa “Pak Broto” di belakang layar.

Sebutan ini mengacu pada ingatan kolektif para frater waktu itu yang begitu kesengsem dengan sosok Pak Broto dalam sinetron Losmen yang begitu fenomenal.

Ketika pertama kalinya mendengar sebutan “Pak Broto” yang disematkan kepada sosok almarhum Romo Florentinus Subroto Widjojo SJ, saya tidak menyangka bahwa nama karapan tersebut rupanya sedikit berbau peyoratif. Tentu bagi mereka yang pernah “bersinggungan” tidak enak dengan almarhum Romo Broto.

Tapi bagi angkatan frateran penghuni Unit Kramat VI kurun waktu tahun 1986-87, Pak Broto bagi kami tampil sebagai sosok imam Jesuit yang kokoh dalam sikap beriman dan tegas dalam pendirian. Juga tidak jaim seperti layaknya para imam yang waktu itu menduduki posisi strategis di dalam struktur karya Serikat Jesus atau hierarki gerejani.

Romo Broto dalam kesehariannya sebagai Pastor Unit sangat bersahaja. Komunikasi dengan para frater juga lancar-lancar saja.

Sebagai pemimpin besar di jajaran manajemen Majalah Hidup, tentu saja sosok Romo Broto alias Pak Broto menjadi “wajah” Gereja Katolik Indonesia. Karena apa yang dikerjakan almarhum Romo Broto melalui karya media massa, sungguh mencerminkan apa yang sedang atau telah berlangsung di Gereja Katolik.

Kalau soal selera, jangan tanya gimana itu Romo Broto. Kendaraan dinas yang dia pakai saat itu kalau tidak salah ingat adalah Toyota Corolla DX warna biru tosca. Fr. Bambang Sutanto yang sedari sono-nya sudah biasa nyopir selalu mendapat kepercayaan dari Romo Broto untuk memanasin mesin dan memarkir maju-mundurnya mobil itu masuk ke garasi atau keluar jalan.

Mengenal kharismatik

Karena almarhum Romo Broto sangat aktif beraktivitas di kalangan penggiat Gerakan Kharismatik, maka dalam beberapa kesempatan ia mengajak para frater untuk ikut “melihat” dinamika hidup beriman kalangan terbatas ini.

Saat itu, tiga nama besar imam yang sangat moncer di kalangan penganut gerakan kharismatik adalah Romo Sugiri SJ, Romo Johannes Indrakusuma O.Carm yang kemudian mengganti keberadaannya sebagai pendiri Tarekat CSE, dan tentu saja Romo Subroto Widjojo SJ.

Itulah barangkali “perkenalan” para frater Jesuit muda dengan apa yang disebut kelompok gerakan kharismatik yang sering diwarnai aksi “keplok-keplok” atau sering menyebut “alleluia” dan “puji Tuhan” dalam setiap ungkapan pujian dan doa.

Romo Subroto Widjojo SJ tentu amat sadar dan paham bahwa pada saat itu, cara berdoa seperti itu belumlah amat lazim “diakrabi” oleh para Jesuit dan apalagi di kalangan para frater yang masih “seumuran jagung” mengenal dinamika hidup menggereja.

Karenanya, prakarsa almarhum mengajak para frater untuk sedikit “lihat-lihat” di sana sungguh menarik diamati. Saya sendiri saat itu tengah sibuk menulis skripsi sehingga ajakan tersebut tidak pernah saya respon dengan semestinya.

Sibuk pergi sana-sini

Sebagai “selebriti” Gereja Katolik Indonesia di bidang layanan komunikasi dan informasi, Romo Broto sangat sibuk pergi sana-sini. Sekali waktu, pernah hampir selama dua pekan lamanya, Romo Broto pergi menghadiri rapat jaringan para penggiat komunikasi dan informasi di kalangan Gereja Katolik yang waktu itu belum bernama “Signis” seperti saat ini.

Kalau tak salah ingat, Romo Broto pergi ke Brasil selama dua pekan lamanya.

Karena Kramat VI tidak ada “pater unit” yang berarti juga tidak ada misa harian, maka kami harus pergi ke Frateran Unit Kramat VII untuk ikut ekaristi harian. Kalau tak salah ingat, waktu itu Pater Unit-nya adalah Romo Ismartana SJ.

Sedangkan, hari-hari biasa ketika Romo Broto di rumah, maka ekaristi harian kami di ujung pojok garasi bagian dalam itu selalu dihadiri oleh para Suster BKK misonaris Belanda.

Sejauh saya masih ingat, para Suster BKK ini baru saja menyelesaikan karya kesehatan mereka di wilayah pedalaman Tumbang Titi – sebuah kawasan pedalaman di Kabupaten Ketapang, Kalbar, yang baru saya kenal tahun 2018.

Kembali tentang Romo Broto alias Pak Broto. Saya amat menyenangi gaya almarhum bicara dengan para frater – to the point dan apa adanya. Ia memberi kepercayaan besar kepada para fraternya tanpa pernah suka tanya ini dan itu – hal yang tentu saja disenangi para frater.

Sekali waktu, saya mendapat titipan kiriman sebuah kacamata dari Optik Boelaard untuk Romo Broto. Kali lain, juga mendapat titipan kiriman jamu-jamu herbal dari relasi Romo Broto.

Program Camp Sukses Sejati Katolik di Ancol

Pertemuan fisik terakhir saya dengan almarhum Romo Subroto Widjojo SJ terjadi di sebuah hotel di kawasan Pantai Ancol, Jakarta Utara. Dalam sebuah sesi pelatihan menjadi “seorang pebisnis andal” yang diselenggarakan oleh Camp Sukses Sejati Katolik di Mercure Hotel Ancol Bulan Agustus 2017.

Program Camp Sukses Sejati itu digelar bagi kelompok Usahawan Profesional Katolik dengan tujuan mampu menghadirkan “Kerajaan Allah” di dunia usaha dan kerja.

Almarhum Romo Broto menjadi moderator Camp Sukses Sejati Katolik dan selalu mendorong program ini bisa menjadi berkat bagi umat Katolik.

Ketika saya menyebut nama diri, Romo Broto langsung ingat siapa saya ini dan sedikit bernostalgia tentang hidup bersama kami di Frateran Unit Kramat VI tersebut.

Tahun 1988, posisi Romo Broto SJ sebagai Pater Unit digantikan oleh Romo Sewaka SJ yang baru saja “pensiun” dari posisi Rektor Kolese Kanisius Menteng dan masih bekerja di KWI sebagai Sekretaris Eksekutif Komisi Pendidikan.

Saya tidak ingat persis, sejak meninggalkan Kolese Hermanum sebagai Pater Unit, almarhum Romo Subroto Widjojo SJ “pergi” ke mana. Bisa jadi, ia menjalani pengutusan baru sebagai dosen sekaligus pengampu karya baru berupa pastoral campus ministry di Universitas Sanata Dharma yang di tahun-tahun itu baru saja berubah statusnya dari IKIP (Institut Keguruan Ilmu Pendidikan) menjadi universitas.

Terakhir kali saya membaca sebuah pesan dari teman, Romo Broto di masa tuanya masih berkarya pastoral di Gereja Santa Perawan Maria Paroki Blok Q, Jakarta Selatan.

Tahun 2023 lalu, Romo Broto SJ akhirnya berani memutuskan sudah rela meninggalkan “dunia ramai” dan tepiskan semua karya di lapangan; lalu kemudian pergi menepi untuk menjalani masa purna karya di Wisma Emaus Girisonta, Karangjati, Ungaran Selatan, Jateng.

Requiescat in pace et vivat ad vitam aeternam.

Baca juga: In memoriam Romo Florianus Subroto Widjojo SJ (85)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here