BANYAK orang langsung ingat bagaimana dulu sosok almarhum Romo FX Tandean SJ. Tahun 1968-1969, setahun setelah menerima tahbisan imamatnya di Yogyakarta, almarhum langsung berkarya pastoral di Paroki Kebon Dalem, Semarang.
“Saya capet-capet masih ingat, saat kecil ke gereja sering bagi-bagi permen,” tulis Ina, warga Semarang yang kini tinggal di Bintaro, Tangsel, sekilas mengenang almarhum Romo Tandean SJ.
Tahun 1974, tulis Alex, “beliau membantu saya pergi ke Beirut, Libanon.”
Bersama teman angkatannya Prasetya, Alex pergi belajar bahasa Arab di Libanon.
Menjadi tua dan “kesepian”
Menjadi Jesuit, demikian tulis Alex, kadang bisa menjadi sangat “kesepian”. Terutama, tulisnya, “Ketika mereka mulai beranjak menjadi orang jompo dan teman-temannya sudah meninggal lebih dulu.”
Teman angkatan Romo FX Tandean SJ yang sudah meninggal adalah Bapak Soemodarsono. Yang masih tersisa adalah Winoto Doeriat.
“Senyumnya dan gaya sisiran rambutnya yang menjulang naik tetap saya kenang,” tulis Alex.
Selain pernah berkarya di Paroki Kebon Dalem, almarhum Romo FX Tandean juga pernah tinggal di Kolese Loyola Semarang dan berkarya sebagai pastor paroki di Jakarta.
Misa requiem dan prosesi pemakaman akan berlangsung di Gereja St. Stanislaus Kotska Paroki Girisonta, Ungaran, Kabupaten Semarang, pada hari Jumat tanggal 20 September 2019, mulai pukul 11.00 WIB.
In paradisum deducant te angeli et in tuo adventu suscipiant te martyres.