In Memoriam Romo Kees Bertens MSC: Program DUIT, Didik dan Bina Calon Dokter dari Indonesia Timur (7)

0
63 views
Foto kenangan Th. Wiryawan dan almarhum Romo Kees Bertens MSC. (Dok Th.Wiryawan)

FOTO di laman muka ini menjadi sebuah kenangan istimewa.

Saya mengenal Romo Kees Bertens MSC saat di usia muda, ketika saat itu saya masih menjadi warga Paroki Kemakmuran. Pastoran Kemakmuran menjadi tempat berkumpul para imam MSC (Provinsial MSC). Kadang setelah misa, kami bertemu dan ngobrol bersama para mudika.

Program DUIT

Saat saya menjadi aggota pengurus Yayasan Atma Jaya, saya lebih sering bertemu Romo Bertens. Foto ini terasa istimewa, karena saat itu Romo Prof Dr. Kees Bertens bercerita banyak. Bukan soal filsafat atau etika yang menjadi keahlian beliau.

Saya tanya apa yang mengesankan saat di Unika Atma Jaya. Salah satunya adalah Program DUIT (Dokter untuk Indonesia Timur), demikian kata beliau.

Menurut Prof. Dr Bertens dan juga informasi Dr. Felicia, program DUIT terjadi saat ditahun 2000-2004 Dr. Sintak sebagai Wadek 3 melihat adanya kesenjangan antara jumlah dan kebutuhan dokter di Indonesia Timur.

Tersentuh hati dan bergerak

Dr. Sintak menyampaikan ke Romo Bertens mengenai hal ini dan informasi itu lalu menggerakkan hati Romo Bertens membuat tindakan nyata yang telah berjalan selama 17 tahun sampai Romo MC Bertens MSC berpulang Jumat malam 19 Juli 2024 kemarin.

Pada tahun 2006, Romo Bertens mendapatkan dana dari Misereor untuk digunakan sebagai dana beasiswa penuh kepada calon mahasiswa dari NTT, Maluku, dan Papua; dengan syarat Dr Sintak sebagai pembimbing akademiknya. Sedangkan untuk kegiatan perekrutan calon mahasiswa baru, administrasi, dan keuangan ditangani oleh Romo Bertens.

Mencari mahasiswa dari kawasan Indonesia Timur

Romo Bertens begitu serius menangani program DUIT. Beliau membuat pengumuman ke sekolah-sekolah Katolik melalui keuskupan, pastor, dan para kepala sekolah Katolik di NTT, Maluku, dan Papua untuk mencari pemuda-pemudi yang bersedia menjadi dokter dan kembali berkarya di kampung halamannya.

Romo Bertens melakukan seleksi administrasi dan calon mahasiswa yang lulus seleksi administrasi diminta ke Jakarta untuk mendapatkan matrikulasi.

Matrikulasi dilakukan oleh Bu Lusia selama dua bulan yang bertujuan agar mereka bisa lulus seleksi masuk Fakultas Kedokteran UAJ.

Menjadi “orangtua” bagi segenap mahasiswa penerima manfaat Program DUIT

Setelah masuk kuliah, peranan Rm Bertens malah bertambah banyak. Dengan telaten dan penuh dedikasi, Romo Bertens menjalankan peran sebagai orangtua, pembimbing sekaligus guru bagi para mahasiswa-mahasiswi dan memberikan motivasi serta pendampingan bagaimana hidup di Jakarta. Bagaimana berperilaku baik dan tidak hanyut dalam gemerlap kota Jakarta.

Romo Bertens membimbing hal hal apa saja yang perlu dilakukan.

Romo Bertens juga memberikan pelajaran bahasa Inggris, dan menanyakan masalah mereka sebulan 2-3 kali, sedangkan Dr Sintak memberikan bimbingan akademik 1-2 kali sebulan.

Dapat dikatakan Romo Bertenslah yang menjadi “orangtua” para mahasiswa dari Indonesia Timur yang berkuliah di Fakultas kedokteran. Tanpa keseriusan bimbingan yang begitu intens, tentu program DUIT ini tidak sehebat seperti yang kita kenal saat ini.

Menciptakan banyak dokter untuk Indonesia Timur

Program ini secara konsisten membantu dunia kesehatan dengan membiayai 60 mahasiswa tiap tahun. Tak tanggung-tanggung, para mahasiswa pilihan mendapat pembiayaan hingga mendapatkan sertifikasi profesi dokter atau 11 semester.

Beasiswa DUIT meliputi biaya kuliah 11 semester, uang saku, dan biaya perjalanan dari daerah. Usai menyelesaikan pendidikan, para dokter muda ini diminta kembali ke daerah asal mereka untuk membantu pelayanan kesehatan di sana.

Ini adalah tugas mulia yang terus ditanamkan Romo Bertens ke para mahasiswa program DUIT.

Saat ini sudah ada 51 dokter dari sentuhan dan bimbingan Rm Bertens. Para dokter yang memperoleh wajib kembali mengabdi di daerah asalnya minimum selama 2 tahun.

Setelah dilakukan evaluasi kembali terkait jumlah dan kebutuhan dokter di NTT, Maluku, dan Papua, disimpulkan bahwa kebutuhan dokter di NTT dan Maluku sudah berkurang dibandingkan dengan di Papua. Akhirnya diputuskan, beasiswa Misereor ini diberikan hanya untuk calon mahasiswa dari Papua.

Saat ini, ada lebih dari 51 dokter menundukkan kepala, berdoa, semoga Romo Kees Bertens beristirahat dalam damai.

Requiescat in pace

Tuhan, saat ada duka dan tangis di hati kami karena Romo Kees Bertens orang yang kami kenal, orang yang pernah bersama kami bekerja sama, telah meninggalkan kami.

Biarlah kami juga bersuka, karena Romo Kees Bertens telah purna perjalanan hidupnya. Dan kami percaya Romo Kees Bertens MSC kini sudah berbahagia ada bersama-Mu di surga. (Berlanjut)

Baca juga: In Memoriam Romo Kees Bertens MSC, 69 tahun sebagai religius MSC dan 69 tahun setia jadi imam (6)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here