In Memoriam Romo Kees Bertens MSC: Sangat Menuntut dan Harus Tepat Benar pada Mahasiswanya (8)

0
44 views
RIP Romo Kees Bertens MSC (1936-2024)

ROMO Kees Bertens MSC (1936-2024) Jumat malam tanggal 19 Juli 2024 kemarin lalu meninggal dunia. Semalam pkl. 20:00 WIB, saya menghadiri misa requiem untuk ikut mendoakan Romo Kees Bertens MSC di aula paroki Kemakmuran bersama keluarga besar Tarekat MSC.

Pada bulan Mei sebelumnya, saya telah menelpon beliau dan bermaksud membuat janji apakah boleh menemui beliau dan melihat keadaannya. Beliau berterimakasih atas telepon itu. Ia mengatakan tidak perlu datang menemuinya, sebab kata dia almarhum sedang baik-baik saja. Ternyata jawaban itu adalah komunikasinya yang terakhir dengan saya.

Sejak tahun 1985

Saya mengenal Romo Bertens secara flüchtig (sekilas saja). Terjadi begitu saja, saat saya mulai studi di STF Driyarkara tahun 1985. Saat itu, almarhum sudah tidak lagi mengajar kami – para mahasiswa baru. Tetapi kakak-kakak kelas kami mengalami Romo Bertens MSC sebagai dosen filsafat di STF Driyarkara selama 11 tahun (1975-1986). Konon, juga dosen mata kuliah bahasa Inggris (translation).

Menyangkut yang terakhir, cara penilaiannya unik: mahasiswa bisa mendapat nilai minus.

Lho kok bisa? Bisa saja. Sebab bahan ujiannya lebih dari 10, padahal nilai tertinggi 10. adi, kalau ada mahasiswa melakukan 12 kesalahan, maka dia akan memperoleh nilai -2 (minus dua).

Begitu misalnya, mahasiswa harus menerjemahkan satu halaman teks bahasa Inggris. Maka jika dalam penerjemahan, ada satu kata saja yang diterjemahkan secara salah atau tidak tepat, maka nilai 10 akan dikurangi 1. Begitu seterusnya, hingga mundur jadi minus.

Menuntut akurasi dalam mengerjakan terjemahan

Pada akhirnya, jika misalnya mahasiswa mendapatkan nilai 2 saja, maka takaran itu bisa jadi sudah bagus. Karena, nilai teman-teman lain adalah -3, -10.

Bagaimana Romo Bertens bisa melakukan konversi hasil penilaian ini ke dalam sistem penilaian konvensional (A hingga E), tidak pernah diketahui.

Misionaris MSC terakhir ke Indonesia

Romo Bertens adalah misionaris MSC asal Belanda yang terakhir datang untuk berkarya di Indonesia. Dengan kematiannya, beliau menutup buku sejarah misionaris MSC Belanda ke Indonesia yang sudah dimulai tarekat ini sejak 1902.

Tidak boleh ada ruang bagi keraguan: Dengan segudang buah karyanya dalam aneka tulisan, beliau termasuk ahli filsafat paling bermutu di Indonesia yang tulisannya bisa diandalkan untuk memperoleh pengetahuan filosofis yang akurat.

Tapi terutama menyangkut filsafat praktis (Etika), lebih khusus lagi soal Etika Kedokteran dan Etika Bisnis, beliau jelas tempat konsultasi yang tepat dan kompeten.

Dalam kotbahnya yg singkat-padat pada misa requiem kemarin malam, Romo J. Luntungan MSC menggambarkan sosok pribadi Romo Bertens secara alegoris sebagai matahari bagi kita semua.

Sama seperti matahari yang terbit pagi dan akhirnya meredup di senja hari, maka begitulah kehidupan almarhum Romo Bertens MSC itu berjalan biasa. Tapi dalam “kebiasaan” itu, ia memberi pencerahan dan vitalitas kepada semua orang. Melalui aktivitasnya.

Matahari tak pernah hidup demi diri sendiri.

Terima kasih, Pater. Untuk semua legacy Pater. Selamat mengalami visio beatifica (tatapan penuh kebahagian) pada Tuhan, Sang Tujuan Terakhir, tempat semua jiwa gelisah kita memperoleh istirahat paripurnanya.

Romo Simon L. Tjahjadi Pr

Baca juga: In memoriam Romo Kees Bertens MSC, Program Duit (7)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here