Home BERITA In Memoriam Romo L. Smit SJ: Imam Jesuit Misionaris Belanda Terakhir (2)

In Memoriam Romo L. Smit SJ: Imam Jesuit Misionaris Belanda Terakhir (2)

0
1,031 views
In Memoriam Romo Leonard Smit SJ (1941-2022), imam misionaris Jesuit dari Negeri Belanda yang terakhir berada di Indonesia dan meninggal di sini. (Ist)

BELANDA terakhir itu telah “pergi”.

Sabtu siang, 29 Januari 2022 pukul 13.40, Romo Leonardus Smit SJ telah dipanggil Tuhan di kamarnya di Wisma Emaus Girisonta.

Beliau adalah misionaris Yesuit Belanda terakhir. Dengan wafatnya beliau, maka kini tiada lagi imam misionaris Yesuit Belanda di Indonesia.

Tahun 2021-2022 adalah Yubileum Peringatan 50 tahun Serikat Yesus Provinsi Indonesia. Memang Yesuit pertama yang datang ke Indonesia adalah Fransiskus Xaverius, akan tetapi misi Yesuit di Indonesia praktis baru dimulai 1859, dengan kedatangan dia imam Yesuit Belanda yakni:

  • P. van den Elzen SJ.
  • Pater JB Palinckx SJ.

Setelah masa itu, Yesuit Indonesia berada di bawah penanganan Yesuit Provinsi Belanda. Kemudian setelah dianggap matang dan dewasa baru di tahun 1971 dipisahkan dari Provinsi Belanda dan menjadi Provinsi mandiri.

Di saat masa peringatan 50 tahun mandiri sebagai Provinsi, dilepaskan dari tanggungjawab Provinsi Belanda, para Yesuit Belanda terakhir di Indonesia pun ikut melepaskan semuanya, pergi meninggalkan tanah misinya dan kembali kepada Dia yang mengutus.

Almarhum Romo Smit SJ menempuh pembinaan dasar sebagai Yesuit di Belanda, baru ketika menjalani tahun orientasi, dia menawarkan diri untuk karya misi di Indonesia.

Ketika datang yang pertama kali dipelajarinya adalah bahasa Jawa.

Tidak mengherankanlah kalau beliau fasih berbahasa Jawa, bahkan krama inggil, sebab memang sebagai imam beliau selalu berkarya di wilayah Keuskupan Agung Semarang, dan menangani pastoral paroki dan pendidikan milik Keuskupan.

Karya rangkap tiga tugas penting

Memang beliau berkarya di Paroki Muntilan, Purbayan, Bongsari, Gedangan, dan Sukorejo. Bahkan sempat pula menjadi anggota konsultor Keuskupan Agung Semarang.

Selain itu, ditangani pula selama beberapa tahun Yayasan Pendidikan Kanisius, baik di Surakarta maupun di Semarang, bahkan Yayasan Kanisius pusat.

Yayasan ini adalah yayasan milik Keuskupan.

Maka Romo Smit SJ banyak pengalaman dan kenal situasi Keuskupan Agung Semarang. Dia banyak membangun juga, entah itu merenovasi gereja maupun sekolah.

Kemampuannya dalam bidang manajerial dan keuangan itu membawanya pula untuk menangani Yadapen (Yayasan Dana Pensiun). Inilah lembaga yang mengelola dana untuk para pensiunan, terlebih karyawan milik lembaga-lembaga Gereja.

Malahan sempat pada waktu yang sama, almarhum Romo Smit bertanggungjawab atas tiga karya yang tidak mudah:

  • Pastor Kepala Paroki Bongsari Semarang.
  • Direktur Yayasan Kanisius di Semarang.
  • Direktur Yadapen juga di Semarang.

Kiranya, ini satu-satunya yang pernah terjadi, rangkap tiga jabatan sekaligus, dan tidak ada orang lain yang sanggup meneruskan apalagi menirunya.

Keras dan blak-blakan

Romo Smit orangnya keras, blak-blakan, sulit menyembunyikan apa yang disenangani dan yang tidak disenanginya. Malahan bisa bicara terus-terang di depan orang yang sikap atau pandangannya tidak disetujuinya.

Maklum, dia suka bicara dan bercerita, bahkan tahan bicara berjam-jam. Namun beliau ramah dengan orang yang membutuhkan pertolongan, mudah tergerak pada mereka yang miskin.

Mengenal beliau, berarti mengenal dengan mudah apa yang disukai dan yang tidak disukainya. Jelas.

Almarhum Romo Leonard Smit SJ (1941-2022) semasa masih hidup. (Dok. St. Kartono)

Dengan kepergian beliau, di usia 81 tahun, telah habislah misionaris Yesuit Belanda di Indonesia.

Tidak ada lagi orang yang bisa diledek, kalau dia datang, “Awas, Belanda datang”. Dan dia tertawa, sadar akan konteks sejarah Indonesia.

Generasi misionaris dari Belanda yang telah ikut merintis karya Serikat Yesus dan Gereja telah habis. Memang masih ada misionaris Yesuit Jerman di Indonesia, akan tetapi Belanda tentu punya kesan khusus.

Belanda itu telah pergi. Gereja perlu mandiri, tidak hanya menjadi Gereja di Indonesia namun pula menjadi Gereja Indonesia.

Dalam proses tersebut kita berhutang budi kepada para misionaris, terlebih para misionaris dari Belanda. Mereka telah merintis, dan kini jumlah mereka menipis.

Yesuit Belanda terakhir itu hari ini, Sabtu 29 Januari 2022, telah pergi untuk selamanya.

Jelas, bukan kepergian yang sia-sia. Namun kepergian yang meninggalkan pesan dan warisan: Gereja Indonesia yang makin Injili dan misioner.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here