RIP Romo Paulus Suradibrata SJ.
Keluarga ayah saya, RG Doeriat, sangat dekat dengan keluarga almarhum sejak di Solo. Kakak almarhum termasuk anggota Tentara Pelajar (TP) bersama-sama oom dan bapak saya serta banyak pemuda lain.
Markas mereka ada di Kebalen Solo di rumah Pak Harjosubroto yang berlokasi di depan rumah Sadinoe
Keluarga saya tinggal di gandok-nya rumah Pak Harjo, yang selalu dipakai untuk rapat TP. Kakak Romo Sura yang bernama Subroto juga merupakan anggota TP. Sekali waktu, dalam sebuah perjalanan perjalanan dari Solo ke Jogya bersama oom saya, ia pernah ditembak kakinya oleh Belanda.
RIP Romo Paulus Suradibrata SJ, Mantan Provinsial SJ dan Asisten Jenderal untuk Asia Timur-Oceania
Melindungi pemuda TP
Waktu itu tahun 1948-1949, Indonesia tengah berperang melawan Belanda. Ibu saya sangat membantu TP. Pernah pasukan Belanda berpatroli dan masuk pekarangan rumah. Ibu saya keluar menemui mereka dan bicara berbahasa Belanda. Ibu melapor kepada pasukan Belanda bahwa rumah kita dipakai untuk latihan koor.
Karena itu, pasukan patroli Belanda tak jadi masuk rumah yang sedang padat dengan pemuda yang rapat di gandok (bijgebiuw). Tetapi suatu saat, salah satu anggota TP berhasil ditangkap dan dipenjara.
Ibu saya datang ke penjara dan minta dia dikeluarkan karena dia anggota koor kita. Dan ia berhasil bebas.
Kebalen – Banjarsari
Waktu itu, saya baru berumur 10 tahun, namun juga aktif membantu TP. Kerjaan saya adalah mengantar surat ke kantor TP di Banjarsari pergi pulang. Saya naik sepeda dari Kebalen ke Banjarsari dengan membawa dokumen yang ditlesepke (disembunyikan dengan cara ditaruh masuk ke dalam rongga) di setang sepeda.
Almarhum Romo Suro juga kecil seperti saya, meski beliau lebih tua. Ternyata setelah dewasa ketemu di Girisonta sama-sama ingin menjadi Jesuit.
Semoga Romo Sura diterima di surga untuk memuji Tuhan untuk selama-lamanya bersama para Nostri Jesuit yang juga telah meninggal.
Sampai ketemu lagi Romo Suro.
Semoga Beristirahat dalam Damai bersama Kristus