
PROGRAM Pendampingan yang dilakukan Romo Suto lewat PSK (Program Sosial Kardinal) terhadap para tapol dan keluarganya berlangsung belasan tahun. Bahkan berlangsung sampai tahun 1982, ketika para tapol mulai dilepas dari Inrehab atau penjara dan menjadi bebas hidup merdeka di tengah masyarakat.
Dengan segera, mereka menimbulkan masalah baru. Banyak dari mereka sudah tak ada kontak sama sekali dengan keluarganya. Pihak Koramil (Komando Rayon Militer) yang sebenarnya harus menangani mereka, menyerahkan para tapol ini kepada Romo Suto.
Menjadi seperti “Orang Lain”
Untuk menampung mereka, Romo Suto kemudian ambil inisiatif dengan mengontrak sebuah rumah plus sebuah bedeng di daerah Tebet, Jakarta Selatan. Dari sini PSK perlahan-lahan mengatur pertemuan mereka dengan keluarganya masing-masing.
Memang tidak mudah mem-persatu-kan mereka kembali yang sudah berpisah belasan tahun. Mereka sudah seperti “orang lain” saja.

Kode “Eks Tapol” (ET)
Masalah baru lain muncul dengan “hidup baru“ para eks tapol yang mau dimulai dengan sebuah pekerjaan. Sulit sekali mencarikan pekerjaan buat mereka.
Mereka bukan tenaga tErampil lagi. usia pun sudah tidak muda. Tambahan lagi –ini masalah pokoknya– Pemerintah Orde Baru Soeharto masih menghukum mereka dengan memberi labelling tanda ET (Eks Tapol) pada identitas diri yakni KTP mereka.
Dengan cap negatif ini, mereka praktis tak bisa mendapatkan akses untuk bekerja, lantaran di benak masyarakat sendiri masih terisi penilaian negatif terhadap mereka.
Masih terjadi seperti itu sebagai efek serius praktik massif dan intensif indoktrinasi ideologis mengenai bahaya laten PKI dari pihak pemerintah selama bertahun-tahun.
Menurut pengalaman Romo Suto, mencarikan pekerjaan bagi eks tapol yang beragama Katolik atau eks tapol beragama lain yang ia dampingi itu agak sedikit lebih mudah dengan memanfaatkan jalur paroki-paroki.

Namun lain halnya dengan para eks tapol yang tersebar di sana-sini. Mereka terblokir dalam pencarian nafkah hidupnya, dimusuhi, dan sering dikafirkan. Dengan begini, sesungguhnya mereka telah mati di dalam hidup.
Butuh satu generasi agar sembuh dari trauma sejarah
Sampai tahun 1986, PSK masih menampung beberapa mantan tapol yang sudah tua dan cacat.
“Tapi sekarang ini sebagian besar dari mereka sudah meninggal, sementara sebagian lainnya bisa survive dengan bekerja seadanya,” jelas Romo Suto.
Namun terkadang datang satu-dua mantan tapol yang minta bantuan kepada PSK, kendati bantuan-bantuan untuk PSK sebenarnya sudah dihentikan oleh pihak donatur. Karena, masalahnya dianggap sudah selesai dengan tak adanya lagi tahanan G30S.

Sekarang ini, PSK praktis sudah tidak berfungsi lagi, kendati secara formal sebenarnya tidak pernah dinyatakan saat selesai atau penutupannya.
Setelah selama 40-an tahun dibungkam, peristiwa G30S memang sudah lama beranjak. Namun luka-luka batin dari mereka yang terkait, utamanya para mantan tapol dan keluarganya, tidak mudah sembuh akibat beban sejarah dan cap buatan rezim Orde Baru atas mereka.
“Penyembuhannya bisa jadi butuh waktu sampai satu generasi,“ kata Romo Suto dengan tatapan yang menerawang jauh menahan haru dan pilu. (Berlanjut)
Baca juga: In memoriam Romo Sutopanitro Pr, awan gelap difitnah melawan Gereja (6E)