NAMA Sr. Aloysia Soesbandiah BKK tercatat di buku sejarah Kongregasi Biarawati Karya Kesehatan (BKK) dengan “tinta emas”.
Lantaran almarhumah Sr. Aloysia BKK adalah suster BKK generasi pribumi pertama. Ia juga menjadi provinsial pribumi pertama untuk BKK atau Medical Mission Sisters.
Ref: Kisah Kongregasi Suster BKK diambil dari https://apibkk.wordpress.com/mms-our-history/
Sr. Aloysia Soesbandiah BKK lahir di Lhokseumawe, Aceh, tanggal 11 Januari 1928. Ia meninggal dunia di Solo hari Rabu dinihari tanggal 30 Agustus 2023.
Sebelum sakit-sakitan karena jatuh awal tahun 2023, almarhumah Sr. Aloysia BKK masih sangat aktif merasul di tengah masyarakat di sekitaran Biara BKK di Manahan, Solo.
Hidup di atas kursi roda, tapi memori dan pikiran sangat baik
Sejak jatuh dan kemudian mengalami kesulitan berjalan, Sr. Aloysia BKK terpaksa “menahan diri” untuk tidak bisa keluar merasul lagi, karena sehari-harinya harus bertumpu di atas kursi roda.
Tanggal 18 Juni 2023, Sesawi.Net bersama Titch TV berhasil menjumpai almarhum Sr. Aloysia BKK di Biara BKK di bilangan Manahan, Kota Surakarta. Untuk sebuah wawancara mengisi Program Bincang-bincang Panjang.
Memori tentang Tumbang Titi dan Tanjung di Kabupaten Ketapang, Kalbar
Kali ini, Titch TV mengajak Angelika Mangala Muras sebagai pewawancara mengisi program Bincang-bincang Panjang bersama Sr. Aloysia BKK ini. Ia adalah salah satu penerima bantuan beasiswa Program Pintu Depan besutan Yayasan Karsa Cipta Asa (YKCA).
Menarik mengajak Angel dalam program ini. Karena ia berasal dari Ketapang, Kalbar – wilayah di mana dulu sekali para suster misionaris BKK dari Negeri Belanda aktif berkarya di layanan kesehatan di dua wilayah udik terpencil dari pusat kota.
Di Tumbang Titi dan Tanjung inilah, dulu para suster BKK berkarya.
Sejak tahun 1974, Sr. Aloysia Soesbandiah BKK juga sering bertandang pergi mengunjungi Ketapang, Kalbar. Ingin menengok kolega para suster yang berkarya di Tumbang Titi dan Tanjung, Kabupaten Ketapang.
“Mesti naik perahu motor menyusuri aliran sungai untuk bisa mencapai dua wilayah pedalaman di Tumbang Titi dan Tanjung. Lama perjalanan bisa sampai dua hari,” papar Sr. Aloysia BKK menjawab Titch TV dan Sesawi.Net, media Juni 2023 lalu.
Requiescat in pace et vivat ad vitam aeternam. (Berlanjut)
Baca juga:
- HUT ke-95 Sr. Aloysia BKK di Solo (1)
- 90 Tahun Sr. Aloysia BKK, Jadi Suster Biarawati tanpa Izin dan Restu Orangtua (2)
- Sr. Aloysia BKK (95), Tak Ada Kata Pensiun bagi Religius (1)