In Memoriam Sr. Maria “Mercyningsih” Merced SPC: Kerja dan Selalu Kerja (2)

0
713 views
Misa requiem mendoakan arwah Sr. Maria "Mercy" Merced SPC di Kapel Susteran SPC Banjarmasin. (Ist)

SEKARANG ini, engkau benar-benar sudah tiada ‘ada bersama” kami. Mungkin inilah yang bisa saya ungkapan meretas kenangan indah bersama almarhumah Sr. Maria “Mercyningsih” Merced SPC.

Sr. Mercy lahir dengan nama Maria Merced pada tanggal 23 September 1936 di Polangui, Albay, Philipina. Ia adalah anak pasangat suami isteri bernama Agusto Jose Sarte dan Ny. Rosario Layson yang sebelu menjadi suster biarawai SPC pernah mencoba berkarier ingin menjadi seorang model.

Datang ke Indonesia sebagai misionaris asing dari Filipina, almarhumah Sr. Mercy menghabiskan banyak tahun berkarya sebagai ahli gizi di RS Suaka Insan Banjarmasin dan memimpin komunitas selama dua kali periode.

Sr. Mercy menjalankan tugas pelayanan di RS Sakit Suaka Insan dengan penuh kerendahan hati dan tidak banyak omong, semua tugas dikerjakan dalam keheningan.

Disiplin waktu sangat kelihatan dalam dirinya, mulai dari bangun pagi, ke kapel dan memulai pekerjaan hariannya. Jam doa tidak tergantikannya dengan kegiatan apapun karena doa menjadi nomor satu dalam hidupnya.

Kerja dan kerja

Selama menjalankan tugas pelayanan di RS Suaka Insan selama 34 tahun dan dua kali  menjadi pemimpin komunitas. Dua periode sebagai pimpinan komunitas. Banyak hal baik pantas  dikenang oleh para suster SPC dan karyawan RS Suaka Insan.

Pengalaman menarik dalam diri Sr. Mercy adalah tiada jam tanpa kerja. Setiap jam dalam sehari tidak terlihat bagi beliau untuk nganggur selalu diisi dengan bekerja, saat jalan atau pun duduk di tangannya selalu ada pekerjaan tangan seperti  melipat kertas yang akan dibentuk jadi hiasan menarik.

Sr. Mercy terkenal  dengan suster misionaris yang fasih berbahasa Banjar. Banyak kosa kata bahasa Banjar yang beliau miliki,  karena ia sering menjalin kontak dengan dunia pasar. Dua kali dalam sepekan,  Sr. Mercy selalu pergi ke pasar untuk membeli kebutuhan makanan dan logistik untuk rumah sakit.

Percakapan dengan sahabat kenalan di pasar dalam bahasa Banjar.

Sewaktu menjadi pemimpin komunitas di Rumah Studi Susteran SPC di Kalasan, Yogyakarta mulai tahun 2010, ia suka memperkenalkan diri kepada siapa pun dengan nama barunya: “Mercyningsih”.

Bukan soal nama Jawa ini, tapi saya menangkap beliau dengan tidak langsung mau menunjuklan bahwa bagaimana ia memberi dirinya secara tulus untuk tugas baru ini dengan nama barunya Mercyningsih.

Hal yang menarik lainya adalah beliau orang yang setia dan keibuan. Terlihat dalam gerak geriknya, setiap anggota komunitas yang belum pulang beliau setia menunggu dan menemani makan.

Karena alasan kesehatan yang makin memburuk, pada  anggal 25 Oktober 2015 Sr. Mercy pulang ke Filipina. Pada hari Minggu tanggal 3 Juni 2018 jam 14.30, ia meninggal dunia sebagai  WNI di “tanahairnya” Filipina. Komitmennya sebagai WNI terus dipertahankan karena beliau masih ingin kembali ke Indonesia.

Sr. Mercy,  terima kasih engkau telah mengajarkan kami suster-suster ‘pribumi’ Indonesia tentang  banyak hal. Semoga teladan yang suster berikan kepada kami dapat menjadi pegangngan hidup dalam menapaki panggilan-Nya.

Sr. Mercy, doakan kami adik-adikmu.

Requiem di Komunitas Suster SPC Banjarmasin

Misa requem telah berlangsung di Susteran SPC Banjarmasin dan dipimpin oleh Rm. Simon Edi kabul Pr. Misa requiem ini  dihadiri oleh karyawan karyawati rumah sakit, STIKes Suaka Insan dan para  suster SPC dari empat komunitas: Banjarbaru, Banjarmasin, Kuala Kapuas, dan Sampit, serta sahabat dan kenalan Sr. Mercy.

Sekitar 200-orang menghadiri misa requiem ini.

Dalam renungan, Romo Simon Edi Kabul Pr mengatakan, Sr. Mercy adalah sosok sederhana mau menerima apa adanya sekalipun minim sarana namun tetap setia menekuni pelayanan. Inilah misionaris sejati yang taat pada karya Ilahi.

Khusus untuk para perawat rumah sakit, teladan misionaris ini  harus tertanam kuat dalam pelayanan kita setiap hari.

“Dalam pelayanan, apa yang kita cari harta atau kerajaan Allah? Kita seharusnya memberikan diri untuk karya playanan kepada Allah dan sesama. Jangan pernah marah kepada pasien sekalipun dalam situasi sulit karena kesal, karena kemarahan membuat situasi pasien akan menjadi lebih buruk. Kemarahan akan membawa aura negatif pada pasien yang kita layani,” kata romo.

In Memoriam Sr. Maria “Mercyningsih” Merced SPC, Urungkan Niat Jadi Model dan Masuk Biara

Ucapan terima kasih

Ucapan terima kasih yang disampaikan oleh Sr. Yovitha SPC sebagai Pemimpin Distrik Indonesia.

Sr. Yovitha mengatakan,  Sr. Mercy telah menghayati kaulnya secara total sehingga di usia yang sudah lanjut pun ia  siap sedia menerima tugas pengutusan sebagai pemimpin komunitas di rumah studi Yogyakarta.

Terima kasih kepada karyawan karyawati RS Suaka Insan, STIKes Suaka Insan, mahasiswa mahasiswi STIKes dan sahabat kenalan Sr. Mercy yang hadir mendukung kami, keluarga besar SPC,  yang merasa telah kehilangan satu misionaris SPC terbaik.

Kami keluarga besar SPC masih mengharapkan dukungan doa untuk kelancaran acara pemakaman besok. Urusan pemakaman masih belum bisa dilaksanakan, karena ia meninggal masih dalam statusnya sebagai  WNI.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here