TANGGAL 29 Januari 2024 lalu menjadi hari “baik” bagi Titch TV. Karena di Griya Kasepuhan “Biara Santa Maria” SND Pekalongan, Jateng, itulah kami bisa menjumpai Sr. Maria Priska SND.
Susteran SND “Biara Santa Maria” Pekalongan
Ia termasuk kelompok terakhir sesi in-depth interview dengan Titch TV di Susteran Kongregasi Soeurs de Notre Dame (SND) Pekalongan. Karena kondisi kesehatannya memang sudah sangat rapuh.
Apalagi di usianya yang sudah 84 tahun itu, bisa jadi tidak banyak hal bisa kami “korek” dari memori ingatan masa lampau. Saat ia masih berstatus sebagai suster biarawati SND muda, senior, dan pengalaman-pengalaman penting lainnya selama menjalani hidup bakti sebagai seorang suster biarawati SND.
Interpiu bersama Titch TV di akhir bulan Januari 2024 itu terjadi di semacam ruang tamu di Griya Kasepuhan Biara Santa Maria SND Pekalongan, Jateng. Letaknya di posisi bagian belakang susteran. Jauh dari keramaian biara di bagian depan yang kini menjadi rumah lansia bagi warga umum dan bagian tengah biara yang menjadi “rumah bersama” bagi para suster SND yang masih aktif berkarya di berbagai bidang layanan dan pastoral.
Sr. Maria Priska SND sangat sabar menunggu waktu wawancara, karena sesi pertama interpiu harus dilakukan terlebih dahulu dengan Sr. Maria Kanisia SND. Sr. Kanisia pernah mengampu tugas dan jabatan Provinsial Kongregasi SND Provinsi Indonesia.
Jalani hidup bahagia sebagai Suster SND dan guru
Faktor kesehatan yang kurang prima menjadikan sesi interpiu dengan Sr. Maria Priska SND tidak berhasil mendapatkan banyak hal. Kecuali bahwa almarhumah Sr. Maria Priska SND mengaku bahagia menjalani hidup bhakti sebagai religius suster biarawati Soeurs de Notre Dame.
Jejak-jejak hidup baik sebagai religius itu dia timba dari sosok pemimpin Kongregasi SND waktu dia menjadi Postulan dan kemudian Novis di Pekalongan, 50 tahun silam. Kedua sosok suster idola itu adalah Sr. Maria Winande SND, misionaris SND dari Negeri Belanda yang pernah menjadi Provinsial SND Provinsi Indonesia. Juga terhadap penggantinya yang bernama Sr. Maria Xavera SND, suster misionaris dari Jerman.
Dari sosok Sr. Maria Winande SND dan Sr. Maria Xavera SND itulah, almarhum Sr. Maria Priska SND belajar banyak tentang nilai-nilai keutamaan dalam kehidupan. Yakni, bagaimana sebagai suster biarawati SND sudah seyogyanya punya etos semangat kerja keras, disiplin diri yang rigid, serta senantiasa bersikap ramah terjadap sesama.
Sebagai guru, Sr. Maria Priska SND mengaku bangga. Kariernya sebagai guru dan pendidik dia jalani di SD Pius Purbalingga dan TK di kota yang sama. Selama beberapa tahun lamanya, ia juga menjadi ibu asrama untuk anak-anak dan remaja di kawasan Denggung, Kabupaten Sleman, DIY.
“Saya merasa senang menjadi guru. Karena bisa berkontribusi mendidik anak-anak menjadi pribadi-pribadi cerdas dan berakhkal budi,” ungkapnya menjawab Titch TV tanggal 29 Januari 2024 lalu.
Rasa bangga menjadi guru dan pendidik itu semakin lengkap, demikian pengakuan Sr. Maria Priska SND, “karena masih diingat oleh mantan murid yang pernah saya ajar dan didik saat mereka itu dulu masih sekolah.”
Sr. Maria Priska SND meninggal dunia di RS Budi Rahayu Pekalongan, hari Kamis 21 Maret 2024 dalam usia 84 tahun. Pada akhir Maret 2024 ini, almarhum sebenarnya akan menggenapi umurnya jadi 85 tahun.
Requiescat in pace et vivat ad vitam aeternam.
Kredit foto: Titch TV/Budi Handoyo