SEANDAINYA tidak terjadi kebakaran hebat di hari Kamis dinihari tanggal 4 Maret 2021 subuh pagi tadi, maka almarhum Sr. Maria Zakaria Tukinem FMM (1967-2021) sudah pasti akan nglencer pergi sampai Bajawa.
Bajawa berlokasi sekitar 1,5 jam perjalanan naik mobil dari Nagekeo -lokasi di mana biara-susteran FMM terbakar dan kemudian ikut menewaskan penghuninya yakni Sr. Maria Zakaria FMM.
Nagekeo sudah mandiri sebagai kabupaten. Sementara, Bajawa ada di wilayah administratif Kabupaten Ngada. Namun, baik Nagekeo dan Ngada sama-sama berada di wilayah pastoral Keuskupan Agung Ende.
Bicarakan peresmian biara baru Nagekeo
Sedianya, kepergian alm. Suster Maria Zakaria FMM ke Bajawa di Kabupaten Ngada itu dalam rangka sebuah urusan sangat penting. Sangat prestisius, historis, dan bahkan mungkin juga sangat personal.
Boleh dibilang begitu. Tidak hanya bagi Kongregasi Suster Fransiskan Misionaris Maria (FMM) di mana Sr. Maria Zakaria FMM menjadi anggotanya.
Tapi lebih dari itu semua, perjalanan penting hari Kamis tanggal 4 Maret 2021 ini punya makna historis-personal bagi almarhumah Sr. Maria Zakaria Tukinem sendiri. Karena kepergiannya ke “Biara Pusat” FMM Bajawa, Kabupaten Ngada, Flores itu untuk membicarakan rencana peresmian biara baru yang bangunannya sudah jadi di Nagekeo.
Tapi, malang sungguh tak dapat dia tolak. Beberapa jam sebelum dia harus pergi ke Bajawa untuk urusan peresmian biara, Sr. Maria Zakaria malah harus merenggang nyawa.
Sendirian di kamar tidurnya karena tak berhasil lolos “melarikan diri” dari kepungan kobaran api yang sudah mengurungnya di dalam kamar.
Biara lama dan baru
Ada dua bangunan “biara” Susteran FMM di Nagekeo. Satu kompleks bangunan biara lama terdiri dari dua unit “rumah”.
Sebut saja Rumah A dan Rumah B. Masing-masing berjarak sekitar 10 meter.
Saat insiden kebakaran itu terjadi, alm. Sr. Maria Zakaria FMM -katakanlah- tidur sendirian di Rumah A. Sementara, dua suster FMM lainnya yang berhasil selamat selama ini tinggal dan tidur di Rumah B.
Bangunan Rumah A dari tembok semua. Dengan jendela berteralis besi. Sedangkan bangunan rumah B setengah tembok, setengah terbuka.
Ketika kebakaran itu terjadi –sekitar pukul 02.00 dinihari—api sudah berkobar cukup besar menyambar atap dan bangunan Rumah A.
Dua suster di Rumah B berusaha “membangunkan” Sr. Maria, namun tak berhasil “mencapai” TKP di mana Sr. Maria selama tidur dan tinggal. Bahkan mendobrak pintu rumah pun mereka juga tak mampu. Bisa jadi, kamar tidur itu dalam kondisi terkunci dari dalam dan sudah terbakar.
Penyebab pastinya kebakaran yang berkobar di Rumah A hingga saat ini belum jelas.
Posisi Rumah A dan Rumah B juga jauh dari penduduk. Sekitar 150-200 meter jauhnya.
Nah, tidak jauh dari kompleks Rumah A dan Rumah B, sudah berdiri megah bangunan biara-susteran yang baru.
Rencana membicarakan acara peresmian Biara-Susteran yang baru inilah yang menjadi agenda perjalanan almarhum Sr. Maria Zakaria Tukinem FMM dari Nagekeo ke Bajawa di hari Kamis tanggal 4 Maret 2021.
Perintis karya di Nagekeo
Sr. Maria Zakaria Tukinem FMM lahir di Banyuwangi, Jatim, tanggal 5 Juli 1967.
Demikian tulis Sr. Ona Kerans FMM dari Meksiko -tempat dia bermisi sekarang; setelah lepas tugas dan tanggungjawab sebagai Provinsial FMM Provinsi Indonesia sejak setahun lalu.
Dibanding teman-teman satu kongregasi di Nagekeo, almarhum Sr. Maria Zakaria FMM boleh dibilang suster yang mbaurekso biara.
“Beliau adalah perintis biara di Nagekeo,” tutur Br. Gregorius CSA kepada Sesawi.Net hari Kamis malam (4/3/2021).
Bruder Greg secara pribadi mengenal almarhumah. Boleh dikatakan, mereka berada dalam satu “wilayah kota” yang sama.
”Kami pernah sama-sama mengikuti retret bimbingan bersama dengan Romo Bernardus Rukiyanto SJ di Nagekeo ini,” tuturnya.
Saksi historis
Menurut Br. Greg CSA, biara lama terdiri Rumah A dan B ibarat saksi bisu atas kisah sejarah yang lekat dengan perjalanan karya almarhumah Sr. Maria Zakaria Tukinem FMM dalam merintis karya kategorial Kongregasi Suster FMM di Nagekeo.
Biara baru yang sedianya akan diresmikan dalam waktu dekat ini juga menjadi “saksi bisu” tentang kiprahnya merintis karya karya FMM di Nagekeo.
Rumah baru harus dia tinggalkan
Biara baru itu pula yang kini menjadi “rumah” terakhir bagi Sr. Maria Zakaria Tukinem FMM. Terjadi saat berlangsung misa requiem sederhana, sebelum akhirnya jenazahnya dibawa mobil ambulans ke Bajawa –kota indah di Kabupaten Ngada- yang di hari Kamis pada tanggal yang sama ini sedianya mau dia kunjungi.
Sr. Maria Zakharia Tukinem FMM masih tetap bisa mengunjungi Bajawa. Ia datang ke Bajawa, bukan lagi bicara tentang peresmian biara baru. Namun, teman-teman FMM Bajawa justru akan mengantar peti matinya menuju liang lahat untuk dimakamkan.
Sr. Maria Zakaria FMM, kini beristirahatlah dalam damai Tuhan.
Requiescat in pace et vivat ad vitam aeternam.