In Memoriam Sr. Theresia Tembaga OSA, Suster Pribumi Indonesia Pertama di Ketapang, Kalbar (3)

1
52 views
In memoriam Sr. Theresia Tembaga, suster pribumi pertama Kongregasi Suster-suster Santo Agustinus dari Kerahiman Allah (OSA) Ketapang. Mereka bertiga hadir di Belanda saat memperingati 100 tahun berdirinya Kongregasi OSA. Ki-ka: Sr. Nicolausina OSA, Sr. Albertina OSA, dan Sr. Theresia Tembaga OSA di Belanda tahun 1988.(OSA)

NAMA kecilnya adalah Macrina Tembaga. Ia berasal dari kampung Menyumbung. Macrina Tembaga adalah anak bungsu dari empat bersaudara.

Macrina mendengar pertama kali tentang apa dan bagaimana Kongregasi Suster-suster Santo Agustinus dari Kerahiman Allah (OSA) dari Pastor Raymudus CP. Waktu itu, beliau bertugas di Randau, Sandai, dan Menyumbung.

Dari kelas 1–3 SD, Macrina bersekolah di Menyumbung. Guru-guru yang dia ingat adalah Guru Akeng dan Guru Bojat, Guru Karobin. Kemudian dari kelas 4 6 SD, ia melanjutkan sekolah di Randau dan menjadi murid diajar ole guru bernama Silvinus Umar yang tak lain adakah ayah kandung Pastor Krisantus CP.

Harus ke Ketapang

Baru ketika harus mengikuti ujian SD, mereka harus pergi ke pusat kabupaten dan itu adalah Kota Ketapang. Pada tahun 1954, Macrian dan temannya Ester pergi ke Ketapang dengan Pastor Raymundus CP.

Dari Menyumbung mereka naik motor klotok ke Sandai. Kemudian dari Sandai, mereka naik motor kelotok lagi menuju Ketapang.

Ilustrasi: Inilah pemandangan biasa ketika para Suster Kongregasi OSA di Keuskupan Ketapang di Kalbar harus rela naik perahu motor untuk menjangkau kawasan udik menuju hilir sungai. (Dok. OSA)

Selanjutnya mereka tinggal di asrama dan sekolah di SKKP. Ketika di asrama itulah muncul benih panggilan dalam diri Macrina Tembaga untuk menjadi suster. Di asrama berteman akrab dengan Endjol.

Mereka sama-sama beringinan untuk masuk menjadi suster. Sebenarnya, ibu Macrina melarang anaknya masuk biara. Waktu tahu bahwa anaknya mau menjadi suster, sang ibu minta abang Macrina datang ke Ketapang untuk menjemputnnya pulang.

Tapi keinginananya untuk menjadi suster begitu kuat. Abang Macrina pulang sendirian tanpa adiknya. Akhirnya keluarga mendukung panggilan Macrina Tembaga.

Satu angkatan pertama ada empat calon suster pribumi

Pada tanggal 28 Agustus 1955, mereka diterima sebagai postulan. Angkatan mereka ada empat orang yaitu: Marsia Endjol dari Randau, Macrina Tembaga dari Menyumbung, Florentina Dondot dari Beginci, dan Julia Joka dari Randau.

Pada tanggal 28 Agustus 1958 mereka mengucapkan profesi pertama. Marsia Endjol menjadi Sr. Agustina, Macrina Tembaga menjadi Sr. Theresia, Florentina Dondot menjadi Sr. Albertina, dan Julia Joka menjadi Sr. Agnes.

Pada tanggal 28 Agustus 1961 Sr. Theresia, Sr. Agustina dan Sr. Agnes mengucapkan profesi seumur hidup. Pada saat yang sama, Sr. Nicolausina dan Sr. Frederika mengucapkan kaul sementara. Namun sayang, baru dua tahun sejak mengucapkan kaul kekal, pada tahun 1963 Sr. Agnes mengundurkan diri dari hidup membiara.

Ketika postulan mereka masih menempati rumah kontrakan di Jalan Radio (sekarang Jl. Urip Sumoharjo). Bersama dengan anak asrama mereka berjumlah 12 orang. Novis ada empat orang dan delapan orang adalah siswa SKKP.

Mereka menempati ruang jahit, tidur di ranjang-ranjang lipat dengan alas tikar. Meskipun rumah mereka sempit dan banyak kepinding, tapi mereka senang di situ. Kebersamaan membuat mereka betah di rumah itu.

Setelah mengucapkan kaul kekal tahun 1961, Sr. Theresia dan Sr. Frederika dikirim melanjutkan pendidikan keperawatan di Pontianak. Pendidikan itu ditempuh Theresia selama empat tahun. Sr. Theresia dan Sr. Frederika lulus ujian keperawatan tanggal 28 November 1965.

Setelah lulus, Sr. Theresia bertugas di rumah sakit umum pemerintah selama tiga tahun karena harus ikatan dinas. Karena pada tahun 1969, kongregasi membuka rumah sakit di Tumpang, Malang, maka Sr. Theresia pindah menjadi perawat di sana. Cukup lama, ia betugas di Malang.

Selain bertugas di Malang, Sr. Theresia juga pernah bertugas di RB Fatima Ketapang dan di Menyumbung, Kampungnya sendiri. Di Menyumbung, ia dan Sr. Bernadette membuka poliklinik Ria Rantai. Baru setahun di Menyumbung, Sr. Theresia pindah ke Ketapang.

69 tahun hidup membiara

Hingga tahun 2024 ini, Sr. Theresia telah 69 tahun menjalani kehidupan membiara. Mengapa ia tetap setia dengan panggilannya?

“Hal ini karena saya menjawab panggilan dengan serius, bukan dengan main-main,” demikian pengakuannya kepada penulis ketika diwawancarai penulis tahun 2019 lalu

Sabtu, 29 Juni 2024 kemarin Sr. Theresia Tembaga meninggal dalam usia 85 tahun.

Selamat jalan Sr. Theresia. Kebaikan-kebaikanmu tetap kami kenang sepanjang masa. Jejakmu akan selalu abadi dalam sejarah kehidupan rohani di Keuskupan Ketapang, Kalbar.

Beristirahat dalam damai Tuhan.

Baca juga: Requiem untuk Sr. Theresia Tembaga OSA, suster pribumi pertama Kongregasi Suster-suster Santo Agustinus dari Kerahiman Allah (2)


1 COMMENT

  1. Selamat jalan Sr.Theresia… Terima kasih untuk semua pelayanan dan cinta kasihmu.. 🙏

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here