In Memoriam Yosef Maryata Prawirotaroeno alias Mbah Paul Maryata (94), Alumnus Angkatan Pertama Kolese de Britto

0
331 views
RIP Yosef Marwoto Prawirotaroeno di Semarang, alumnus angkatan pertama Kolese de Britto. (Beni Antono)

MBAH Paulus Joseph Maryata (94) telah berpulang ke hadiran Tuhan di RS Elizabeth Semarang pukul 17.00 WIB, Kamis petang tanggal 22 Desember 2022.

“Mbah Paul” adalah sapaan akrabnya di SMA Kolese de Britto (JB). Bisa jadi, Mbak Paul merupakan orang terakhir angkatan terawal JB itu.

Beliau pernah rerasan demikian. “Nek reuni kancaku angkatan kok wis ora ana ya” (Setiap reuni, temanku angkatan sudah tidak ada lagi).

Kita pun mahfum, enam tahun lagi usianya mencapai seabad.

Suami dari pianis dan guru musik di kota Semarang, mendiang Ny. Lestari Maryata ini, pada masa Perang Kemerdekaan menjadi seorang pejuang gerilya di fron Kedu. Pasca kemerdekaan, Mbah Paul pernah bekerja sebagai anggota manajemen Borsumij Wehry.

Kemudian meneruskan ke karir politik pemerintahan sebagai anggota DPRD Semarang di era 80-an. Di rezim pembangunan itu, beliau rajin mendampingi dan melayani nelayan Tambaklorok. Kampung pesisir tersohor di Semarang.

Lalu apa sedikit cerita yang tersisa?

***

Hari kepulangannya sama dengan adik kandungnya yakni Johannes Markiswo: hari Kamis. Adiknya Mbah Paul ini dipanggil belum lama. Tujuh hari usai isteri saya almarhumah Irma berpulang pula.

Tanggal seda Mbah Paul, wali nikah saya hari ini adalah 22-12-22. Mirip hari kepulangan isteri saya yang disebut rekan Dahlan Iskan sebagai Irma22, karena berpulang pada 22-09-22 pkl. 22.22, dan terlahir 22 Agustus 1972.

***

Terkait kepulangan Mbah Paul Maryata, bila sela dan berada di sekitar Jogja atau Muntilan, kita bisa bersama-sama mengantarkan senior JB angkatan ke-1 (tahun 1951) ini. Bisa jadi, beliau orang terakhir yang berpulang di angkatan terawal JB ini. Betapa bersejarahnya peristiwa ini. Detil acara misa requiem dan pemakaman Mbah Paul terlampir ya.

Bayangkan para sedherek JB, kita melayat Mbah Paul. Penjaga gawang terakhir angkatan terawal, tak lama usai JB berdiri. Dan kita mengepalkan tangan di dada, sembari nyanyi lagu mars De Britto karya sahabat mendiang yaitu Romo L. Moerabi SJ.

Pasti khidmat dan dahsyat.

Di angkatan pertama JB tahun 1951-an ini juga terdapat Dokter Nawawi. Tokoh pembuat logo JB dengan gambar obornya. Beliau bapaknya Mas Iskandar (Eok).

Mas Eok tak lain adalah bos dari Mas Ganjar Pranowo dulu di kantor. Zaman kami masih naik metromini bareng, bila pulang dari kantor Tanah Abang.

Pasca generasi mereka banyak pula tokoh alumni JB baik di medan karya internasional, regional, nasional pun lokal. Tersebar dalam beragam profesi.

***

Dari sisi riwayat JB, era Mbah Paul inilah, awal mula kepindahan JB. Dari lokasi sementara di Bintaran ke ujung timur kota Jogja kala itu lalu pindah ke desa Demangan. Jauh sebelumnya sempat di bilangan Senopati Kidul Loji.

Dipamongi oleh Romo van Thiel SJ yang legendaris itu. Patung Romo kini diabadikan di depan pasturan Kolese JB di Jalan Adi Sucipto No. 161, Kota Yogyakarta.

Di masa itulah “Mbah Paul” Maryata, kakak sulung cer bapak saya Andreas Marhadi, bila pulang sekolah JB malah “ngeluyur”. Pergi boncengan. Mengangkut beberapa potong batu bata merah dari lokasi sekolah JB lama di Bintaran.

Untuk apa? Sepeda ontelnya digenjot dari Bintaran lewat Kridosono, lompat rel kereta Lempuyangan ke Klitren menuju Demangan.

Tumpuk demi setumpuk batu bata itu satu per satu kelak disusun jadi tembok gedung sekolah. Tembok-tembok “kotangan” setinggi leher dan atasnya dibiarkan terbuka, nir jendela.

Jadilah tembok-tembok kelas kita JB di Demangan kini. Semua siswa wajib melakoninya tiap usai jam sekolah.

***

Luar biasa ya. Pembelajaran holistik bagi mendiang “Mbah Paul” Maryata dan siswa-siswa JB kala itu, telah dengan bagus dirumuskan metodenya oleh pamong Romo van Thiel SJ dan tim: merawat kesetiaan-kesetiaan kecil, ketekunan, pantang menyerah, olah mental, olah raga sembari membangun sekolah, bekerjasama, setia pada proses.

Entah mereka menikmati hasil (output) atau tidak. Entah turut menyaksikan gedung sekolah barunya di Demangan atau hanya selulus Bintaran tidak penting lagi.

Legacy is a legacy. No need to be argued. They are the pioneer of all JB Generations.

***

Banyak pelajaran lain bisa kita petik dari pribadi yang gembira ini. Sosok multi faset: pejuang gerilya, pekerja swasta, wakil rakyat bagi nelayan kota Semarang. Di dunia pergerakan, Mbah Paul adalah ketua pertama Sentral Organisasi Karyawan Swadiri (SOKSI) Jateng pada 1964.

Bukan sesuatu yang mudah berhadapan dengan massa Partai Komunis Indonesia (PKI) kala itu. Stronghold PKI berada di Jawa Tengah. Selain itu, beliau juga masih sempat menulis.

Sosok die hard tersebut jauh sebelum tutup usia 94 tahun pada Kamis, 22-12-22 pukul 17.00 wib, masih sempat menerbitkan buku Sejarah Musik bersama Romo Karl Edmund Prier SJ.

Mbah Paul terjemahkan larik dari demi larik buku-buku musik di teras rumahnya yang asri di Jalan Mangga, kawasan Peterongan Semarang. Beberapa buku referensi berbahasa Belanda dan Inggris ia jadikan acuan.

Tentu sebuah ketekunan tanpa pamrih di masa senjanya yang lebih teduh. Ketimbang masa mudanya yang penuh pergolakan dan perjuangan.

Pesan akhir mendiang Mbah Paul kepada putera-puterinya, yang juga sesama alumni Kolese Loyola, Mbak Titik, Mbak Asti, dan Mas Gendut: “Ben dha seneng, be happy (aku wis mulih omah Allah Bapa nang surga)”

Ben Antono adalah alumnus B91, ponakan “Mbah Paul” Maryata JB51; anak sulung Marhadi JB51, adik cer Maryata JB51.

Baca juga: RIP Yosef Marwoto Prawirotaroeno, Alumnus Angkatan Pertama Kolese de Britto

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here