WAKTU pertama perkenalanku dengan almarhum Mas Yus Panon Pratomo itu berakar pada pergelaran seni budaya A Tribute to Al. Yan Sukanda yang merupakan salah satu putera terbaik Ketapang yang mengabdikan diri kepada seni dan budaya.
Pergelaran ini menyuguhkan kolaborasi musik etnik dan musik orkestra. Ini bentuk apresiasi budaya Dayak di tengah himpitan budaya sekuler.
Acara tersebut dilaksanakan di Gereja Katedral St. Gemma Galgani Ketapang tanggal 20 Januari 2012 silam dan bertepatan dengan 100 hari meninggalnya Bapak Al. Yan Sukanda.
Berbagai kelompok musik
Lebih dari 10 lagu kami persembahnkan. Antara lain dari kelompoik AMBA Choir, Sanggar Betuas, Ompe Harmoni, Pedahasan Tikar Selembar, dan tak lupa juga Nafs-i- Gira kelompok musik yang dibesut oleh Mas Yus menjadi bintangnya malam itu.
Misi terselenggaranya acara ini adalah menunaikan cita-cita Bapak Al. Yan Sukanda. Semasa hidupnya, almarhum Pak Yan Sukanda ingin mengundang orkestra dari Yogyakarta untuk berkolaborasi dengan komunitas-komunitas musik yang dia bina.
Sesudah acara selesai, kami berpisah dan hanya saling melempar kabar dari sosial media. Saat libur datang dan berkelana ke Yogyakarta, saya selalu hubungi Mas Yus dan dia sedia menjemput dengan motor ala Satria Baja Hitam.
Waktu itu, aku masih menjadi seminaris, sehingga Mas Yus menaikkan tensi pembicaraannya ke arah panggilan dan pelayanan saja, “Nggak usah berat-berat,” katanya.
Membantu tanpa pamrih
Aku senang sekali saat itu, karena diajak kemana saja yang kuingini. Ke Gamping untuk bertemu Mgr. Blasius, makan-makan di emperan, visitasi ke rekan sesama pemusik.
Ya, sangat menyenangkan. Kesetiakawanan yang tanpa pamrih adalah stempel yang tepat untuk dia.
Setelah aku masuk biara dan menjadi bruder Kapusin, dia selalu menyapa dan mengajak diskusi via WA.
Tak segan ia berbagi cerita mengenai perjalanan karier dan lain lain, suka dan dukanya berkarya tanpa banyak kata.
Lagu “Beralih dari Dunia”
Album pertama yang telah dirilis sampai membuat aku terpana. Terutama lagu Beralih dari Dunia.
Lukisan kematian yang sungguh membahagiakan. Tak ada ketakutan dan kegetiran.
Semua dilukiskan dalam syair sendu yang mengarah kepada Allah yang adalah kasih.
Bentuk dan bukti cintanya pada sang Ibu menelurkan karya indah dalam lagu. Siapa pun betah mendengarnya dan menenangkan hati yang sedih.
Kepergianmu meninggalkan banyak jejak. Bercampur aduk rasanya hati ini. Sedih karena terlalu cepat, senang karena kini saatnya Mas nikmati seluk beluk syair indah di dalam hadiratNya.
Juga merasa bangga, karena telah bisa mengenal dan berelasi dengan penuh berkat atas partisipasi dari-Nya.
Untuk keluarga dan para sahabat.
Saya mengucapkan turut berdukacita. Tetaplah tegar serta tabah.
Teriring doa dan cinta untuk mengantar Mas Yus sampai pada Kristus sehingga bisa saling memandang dari wajah ke wajah.
Mas, jangan lupa tiup kencang-kencang flute-nya dengan Om Yan Sukanda.
Dariku: Br. Serafinus Vally OFMCap yang siap mengirimimu doa.