Indahnya Hidup Rukun dan Damai

0
1,538 views

UNGARAN – Kabupaten Semarang (Senin, 18 Januari 2016). Sejak pukul 16.30 WIB, teras samping Gereja Kristus Raja Ungaran sudah semarak dengan anak-anak yang menyanyi dan menari untuk menyambut para tamu yakni umat dari berbagai Gereja yang berdatangan untuk mengikuti Ibadat Ekumene dalam rangka Pembukaan Pekan Doa Sedunia (PDS) untuk Kesatuan Umat Kristiani di Gereja Kristus Raja Ungaran. Umat terus berdatangan hingga menjelang Ibadat dimulai. Pada pukul 18.00 WIB mulai dihidangkan berbagai penampilan dari berbagai kelompok, misalnya Tarian Lirilir dari PIA Kristus Raja Ungaran hingga tembang Ndherek Dewi Maria oleh para Suster Abdi Kristus Ungaran.

Sudah sejak tahun 1908, terjadi kerjasama antara Gereja Katolik Roma (Vatikan) dengan Dewan Gereja-Gereja Kristen Sedunia (Genewa) dengan seruan PDS untuk Kesatuan Umat Kristiani, setiap tanggal 18 – 25 Januari, setiap tahun. Gerakan yang diserukan dan dilaksanakan dalam konteks global itu mendapat respon di Keuskupan Agung Semarang sejak tujuh tahun terakhir ini. Setiap tahun, dalam tujuh tahun terakhir, Romo Aloys Budi Purnomo Pr sebagai Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang (Kom HAK KAS) mengajak sejumlah Pendeta dari berbagai denominasi Gereja Kristen Protestan untuk mengadakan Ibadat Ekumene bersama antara Kristen Katolik dan Kristen Protestan.

Semula tidak mudah dan tidak banyak Pendeta yang terlibat. Namun, dari tahun ke tahun, dimulai di Gereja Katolik Hati Kudus Yesus Tanah Mas Semarang dan Gereja Katolik St. Fransiskus Xaverius Kebon Dalem hingga yang terbaru di Gereja Katolik Kristus Raja Ungaran, semakin banyak Pendeta dan Imam (Romo Pastor) yang terlibat di dalamnya. Untuk pertama kalinya, di Ungaran Kabupaten Semarang diselenggarakan Ibadat Ekumene Pembukaan PDS itu, ternyata upaya merajut keindahan hidup rukun dan damai antara umat Kristiani dari berbagai denominasi itu mendapat sambutan yang luar biasa istimewa.

Tercatat, jumlah Pendeta yang ikut serta dalam Ibadat Ekumene yang diselenggarakan pada hari Senin (18/1/2016) sebanyak lima puluh orang dari dua puluh sinodal, baik dari Kabupaten Semarang, Kota Semarang bahkan ada yang datang dari Surabaya, Ambon, dan Saumlaki. Imam dari Gereja Katolik ada empat orang (Romo Yakobus Sudarmadi Pr, Romo Yoh de Britto Dwijoatmoko SJ, Romo P. Surya Hadi Atmoko MSF dan Romo Aloys Budi Purnomo Pr yang bertindak sebagai seleberan utama.

Jumlah umat yang hadir menurut catatan Buyung Narendra yang menjadi Kabid Liturgi Paroki Kristus Raja Ungaran sedikitnya 1.200-an orang baik dari umat Katolik maupun umat Kristen, baik dari Ungaran, Salatiga, Ambarawa, Bedono, Girisonta, Tegalarejo dan dari Kota Semarang. Mereka terdiri dari anak-anak, remaja, orang muda, dewasa dan lansia yang terlibat aktif dalam Ibadat tersebut.

Ibadat tersebut juga disemarakkan oleh berbagai partisipasi baik musik dan nyanyian maupun tarian dari berbagai komunitas dan denominasi mulai dari PIA Kristus Raja Ungaran, SD Mardi Rahayu, Orang Muda Katolik Rahim Allah Salatiga, Orchestra SMA Sedes Sapientiae Bedono, Paduan Suara Familia, M-7, L’Eglis, Lingkungan Pederesan Kebon Dalem, Kelompok Koor Desa Lerep, Paduan Suara JKI Betesda Ungaran, Tarian Tempurung Gereja Bala Keselamatan, Vocal Group GPDI Ungaran, Persekutuan Doa Kharismatik Katolik Kristus Raja Ungaran dan Para Suster Abdi Kristus Ungaran. Dengan segala keunikan masing-masing, mereka memuliakan dan memuji Tuhan dalam tarian dan nyanyian.

Pendeta Yohanes dalam renungannya mengatakan bahwa yang terjadi dalam Ibadat Ekumene ini merupakan tanda karya agung Tuhan dalam kehidupan umat Kristiani di Ungaran khususnya, Kabupaten Semarang pada umumnya dan untuk negeri ini. Kerukunan dan kebersamaan ini menjadi keindahan yang merupakan karya Roh Kudus yang menjiwai Gereja-Nya. Masing-masing memiliki kelemahan dan kekuatan yang saling melengkapi untuk kemuliaan Tuhan.

Romo Budi menambahkan bahwa Ibadat Ekumene seperti ini merupakan bentuk nyata dari penghayatan atas doa Yesus yang menghendaki agar para murid-Nya hidup rukun dan damai. Itulah indahnya hidup rukun dan damai. Ibarat satu tubuh dengan banyak anggota, begitulah Gereja dengan Kristus sebagai Kepala dan Roh Kudus sebagai jiwanya. Betapa celaka dan menderitanya kita bila tubuh kita hanya terdiri dari satu anggota saja, bahkan akan menjadi kengerian yang menakutkan. Contohnya, bila tubuh kita hanya terdiri dari kepala saja, betapa celaka dan menderita bahkan menakutkan. Kepala itu berjalan tanpa kaki, tanpa tangan, tanpa tubuh dan menggelinding. Dalam bahasa Jawa, kalau kepala itu menggelinding apalagi sambil meringis, maka hanya akan menjadi “ngglundung pringis” sejenis dongeng yang mengerikan dan menakutkan. Kebersamaan ini adalah untuik kemuliaan Tuhan agar umat semakin mencinta Yesus dalam suka maupun duka. Renungan singkat Romo Budi ditutup dengan ajakan untuk menyanyikan lagu “Kumau Cinta Yesus Selamanya” dengan alunan saksofon bayinya. Ditegaskan bahwa semua itu melulu demi kemuliaan Tuhan.

Pendeta Markus yang merupakan Ketua Badan Kerja Sama Antar Gereja (BKSAG) Kabupaten Semarang dalam sambutannya mengatakan bahwa Ibadat Ekumene ini merupakan tanda agung karya Tuhan di antara kita. Kerinduan yang sejak tahun 1980 muncul terjawab malam ini dengan Ibadat Ekumene yang sangat semarak dan luar biasa istimewa ini. Pendeta Markus sangat menyambut baik dan penuh syukur kebahagiaan atas peristiwa ini.

Tanpa terasa, Ibadat Ekumene yang berlangsung dua jam itu sejak dimulai Ibadatna pada pukul 18.45 – 21.15 WIB berlangsung dengan khidmat, semarak dan penuh dengan sukacita memuliakan Tuhan. Ibadat ditutup dengan santap malam sederhana . Umat diajak menikmati nasi kucing, nasi kuning, nasi bakar dan nasi dus yang dipersiapkan oleh berbagai pihak untuk kepentingan tersebut. Semoga indahnya hidup rukun dan damai ini menjadi semarak kehidupan kita bersama dalam mewujudkan peradaban kasih bagi masyarakat Indonesia yang sejahtera, bermartabat dan beriman serta menghadirkan Gereja yang inklusif, inovatif dan transformatif.

Dalam Ibadat tersebut juga dipersembahkan kolekte dari Umat dan Pendeta yang hadir yang terkumpul sebesar enam juta rupiah untuk diberikan kepada Panti Asuhan Jimbaran yang dikelola oeh para Suster Abdi Kristus. Beberapa Pendeta mengatakan, “Kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya mari kita jaga dan tingkatkan semarak keindahan hidup rukun dan damai ini.” Yah, semua itu menjadi luar biasa istimewa berkat kerja sama yang rukun dan damai di antara Umat, Dewan Paroki Ungaran, dan Gereja-Gereja se-Kota Ungaran. Semoga nama Tuhan semakin dimuliakan. ***

19 Jan 2016 - Berita - Pic 2

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here