Indahnya Perkawinan Katolik

0
924 views
Indahnya Perkawinan Katolik.

Bacaan 1: Yak 5:9-12
Injil: Mrk 10:1-12

KELUARGA Katolik, adalah “Gereja Kecil”. Gereja rumahtangga, tempat Yesus Kristus hidup dan berkarya untuk keselamatan manusia dan berkembangnya kerajaan Allah.

Pernikahan sebagai lambang persatuan Kristus dengan Gereja-Nya.

Sehingga Gereja perlu campur tangan dalam hal membangun keluarga. Bagi orang Katolik, pernikahan merupakan sesuatu yang sakral. Dilaksanakan atas landasan cinta dan kasih tanpa paksaan dalam bentuk apapun.

Gereja akan mempersiapkan pasangan katolik saat akan membina rumahtangga, dalam sebuah pengajaran tentang perkawinan.

Gereja katolik sangat menentang perceraian, aborsi dan kontrasepsi. Dalam memberikan Sakramen Perkawinan, Gereja Katolik sangat ketat dan disiplin meneliti.

Semuanya itu tentu ada dasar Alkitabiahnya.

Hawa diciptakan sebagai ‘teman penolong’ Adam (Kej 2:20), sehingga dapat bersatu menjadi ‘satu daging’ (Kej 2:24).

Jadi Allah telah merancang sejak awal penciptaan, laki-laki dan perempuan tetap bersatu tidak boleh ada perceraian.

Allah menginginkan perkawinan monogami, setia dan membenci perceraian. (Mal 2:15-16)

Katekismus Gereja Katolik (1601) menegaskan persatuan seumur hidup antara pria dan wanita yang telah dibaptis ini.

Sifatnya terarah pada kesejahteraan suami-isteri, kelahiran dan pendidikan anak.

Ketika Yesus diadu domba dengan ajaran Musa tentang perkawinan (perceraian) oleh orang-orang Farisi, dengan jitu Ia menjawab:

“Justru karena ketegaran hatimulah, maka Musa menuliskan perintah ini untuk kamu. Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.

Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”

Jika mereka saling menceraikan lalu kawin lagi, Yesus dengan tegas mengatakan bahwa mereka hidup dalam perzinahan.

Kepada jemaat Kristen Yahudi diaspora yang sedang mengalami pederitaan dan penganiayaan, Santo Yakobus menasihati:

“…janganlah kamu bersungut-sungut dan saling mempersalahkan, supaya kamu jangan dihukum.”

Santo Yakobus mengatakan agar mereka mengingat sikap Ayub dalam menjalani penderitaan. Dalam ketekunannya Ayub akhirnya mendapatkan kembali apa yang hilang darinya. Karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan.

Pesan hari ini

Tuhan telah merancang perkawinan monogami sejak awal penciptaan dan membenci perceraian.

Jalani kehidupan dengan tulus tanpa bersungut-sungut, sebab Tuhan senantiasa mengingatmu.

“Kau membuatku bahagia lewat cara yang orang lain tak bisa. Tetaplah pakai maskermu dan jaga jarakmu.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here