Ingin Menjadi Seperti Malaikat

0
334 views
Ilustrasi: Mgr. Agustinus Agus bersama pastor, suster dan bruder cilik. (Sr. Maria Seba SFIC)

BAPERAN-BAcaan PERmenungan hariAN.

Selasa, 2 Februari 2022

Tema: Persembahan hidup.

Bacaan

  • Mal. 3: 1-4.
  • Luk. 2: 22-32.

“ROMO berkenanlah datang dan mendoakan. Saya dan keluarga sangat mengharapkan.”

Sebuah tulisan singkat beserta sebuah undangan datang menyapaku.

Yang membuat saya terharu, undangan itu adalah undangan pengucapan kaul sementara sebagai seorang suster biarawati.

Kukenang kembali dan mencoba membayangkan saat berjumpa dengan keluarga ini. Lebih-lebih calon suster biarawati ini.

Sesaat kemudian, saya menelepon keluarganya.

“Bapak ibu, terimakasih atas undangannya. Kaget sekaligus terharu penuh syukur. Terimakasih telah mempersembahkan puterinya untuk Tuhan,” ujarku.

“Bagaimana ceritanya bisa mengalami hal yang tak terduga itu?” tanyaku.

“Oh iya Romo. Maaf, kalau kontak kita tidak begitu rutin. Tapi saya percaya kok, Tuhan menjaga kita semua. Berawal saat Yani menerima Komuni Pertama. Dia begitu senang dengan pakaian yang serba putih. Apalagi memakai bando yang dihiasi dan diberi kain rendra putih.

Dan romo memberikan bando itu kepada setiap anak. Romo memberikan sebagai kenangan.

Dia begitu senang dan seharian tidak dilepas sampai malam.

Bando itu sekarang masih ada tersimpan rapi,” jawab mereka.

“Iya ta? Aduh apiknya,” kataku memuji.

“Romo ingat tidak, ketika mengatakan, ‘Aduh Yani seperti malaikat’. Memakai baju putih berendra.  Ada bando lagi yang indah,” katanya.

“Yani senang?”

“Ya seneng Romo. Aku seperti malaikat putih,” jawab calon suster itu saat masih remaja cilik.

Saya ingat apa yang saya katakan ke si gadis kecil itu.

“Jangan lupa sikap tangannya. Nanti, setelah menerima Tubuh dan Darah Kristus, Yani berdoa ya. Mohon kepada Tuhan Yesus. Pasti Tuhan mengabulkan.

Kalau suka pakai yang putih-putih, nanti bisa jadi suster biarawati. Maukah Yan?” kataku waktu itu.

“Mau Romo,” jawab Yani kecil.

“Nanti Romo doakan ya. Yang penting rajin menjadi misdinar dan belajar baik. Kalau pinter nanti banyak berkat yang dapat diberikan kepada orang lain,” kataku lagi. Saat itu. Beberapa puluh tahun silam.

“Iya Romo,” jawabnya.

Saya mengenang kembali percakapan singkat sesaat.

“Wah rupanya membekas ya Bu,” ujarku mengenang peristiwa beberapa puluh tahun lalu.

“Begitulah Romo kisahnya. Romo tahu, setelah itu Yani rajin ke gereja. Belajarnya juga lebih dari cukup.

Dan Romo membiarkan Yani dan anak anak kecil lainnya main-main piano di aula pastoran.

Dari situlah Yani saya khususkan main piano. Kadang Romo mendorongnya untuk mengiringi di dalam gereja, ketika ada ekaristi anak-anak.

Ya, semua itu membekas di hatinya romo. Maka setelah dari SMA Yani studi Akademi Bahasa Asing,” ungkap sang ibu.

“Ya, ya,  saya ingat semua itu lagi. Syukurlah Bu. Saya akan datang untuk mendoakan Suster Yani,” jawabku.

“Jangan lupa ya Mo mampir ke rumah,” pintanya.

“Kita mengadakan pesta kecil-kecilan. Kebetulan Suster Yani pun dapat izin semalam menginap di rumah,” lanjutnya.

“Baiklah Bu, salam untuk keluarga,” sapaanku akhir.

Percakapan singkat lewat telepon itu membuka kenangan bagaimana kegembiraan dapat menjadi awal ketertarikan untuk memilih bantuk hidup yang lain.

Hidup yang dipersembahkan.

Saya ingat keluarga ini tidak pernah menghalangi cita-cita anak. Ia membiarkan anak-anak mempunyai keinginan dan bercita-cita.

Mereka menyediakan apa pun yang yang dibutuhkan. Saya ingat orangtua berkali-kali antar-jemput anak ke gereja dan membiarkan Tuhan turut bekerja di dalam kehidupan mereka.

Saya percaya, orang tua adalah perpanjangan kehadiran Tuhan dalam hidup.

“Ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: ‘Semua anak laki-laki sulung harus dikudusan bagi Allah’, dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang diperintahkan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.” ay 22-24.

Tuhan, Engkaulah yang memiliki kami, umat-Mu. Dan aku pun bersyukur kepadamu. Amin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here