Inilah Tiga Alasan Umat Katolik Tinggalkan Gereja

56
12,715 views

Seorang peserta seminar terbuka Latihan Rohani di Kolese Kanisius, 23 Juni 2012 kemarin mengungkapkan adanya gejala jumlah umat Katolik yang semakin berkurang. Dikatakan bahwa hal ini terjadi mungkin karena harapan umat tidak dipenuhi Gereja. “Harapan umat Katolik banyak, namun Gereja tidak mampu memenuhi harapan tersebut. Adakah yang salah dengan kurikulum pendidikan calon imam?”, ungkap salah seorang peserta.

 

Romo Deshi Ramadhani, SJ, dosen STF Driyarkara dan sekaligus rektor Kolese Hermanum menunjuk tiga hal yang membuat umat Katolik meninggalkan Gereja.

 

Pertama, khotbah. Seringkali khotbah para imam tidak menarik. Namun dikatakan oleh Romo Deshi bahwa sebenarnya khotbah bukan menjadi unsur penting dalam sebuah perayaan ekaristi. Tidak heran, misalnya, kuliah “homiliteka” yang mengajarkan para calon imam berkhotbah tidak banyak diberikan dibandingkan dengan mata kuliah yang lain. Khotbah yang tidak menarik membuat umat lari dari Gereja Katolik.

 

Kedua, Liturgi. Liturgi dalam Gereja Katolik acapkali dipandang tidak menarik. Masih terjadi diskusi dan perdebatan tentang lagu apa saja yang boleh dipakai dalam perayaan liturgi. Bahkan terjemahan dalam doa Bapa Kami juga masih menjadi perdebatan mengenai mana yang benar “Jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam Surga” ataukah “Jadilah kehendak-Mu di atas bumi dan di dalam Surga.” Artinya, seringkali terjadi perdebatan dan polemik yang “kurang penting.” Oleh karena itu, beberapa orang Katolik mulai bosan dan mencari liturgi yang lebih dinamis dan menarik.

 

Ketiga, Komunitas. Yang sering terjadi adalah: umat yang datang tidak disapa, umat yang tidak datang tidak dicari. Pernahkah kita mengenal umat yang duduk di sebelah kita, kendati tiap minggu kita ketemu? Pernahkah kita saling bertukar nomor HP dengan mereka yang duduk di sebelah kita? Aroma “tidak hangat” di antara umat Katolik inilah yang acapkali membuat orang tidak krasan lagi menjadi bagian Gereja Katolik. Mereka mencari komunitas lain yang lebih “hangat.”

 

Seminar terbuka Latihan Rohani tersebut berlangsung di Kolese Kanisius, 23 Juni 2012. Seminar yang dihadiri sekitar 80 peserta dari berbagai kalangan umat ini  diadakan atas inisiatif PERHATI (Perkumpulan Harapan Tunas Indonesia) dan menghadirkan Romo Prof. Dr. Franz Magnis Suseno, SJ dan Dr. Deshi Ramadhani, SJ, sebagai pembicara. Keduanya dosen STF Driyarkara Jakarta. Sumber ketiga dari kalangan awam, yakni Boen Kosasih, yang pernah retret Latihan Rohani selama sebulan. Acara ini dimoderatori oleh Romo In Nugroho, SJ dari Kolese Kanisius Jakarta.

 

Seminar ini menjadi salah satu mata rantai gerakan Yesuit provinsi Indonesia untuk membentuk jaringan, yang diharapkan ikut memikirkan dukungan bagi karya-karya Serikat Yesus di Indonesia. Selanjutnya, PERHATI akan mengadakan acara retret/rekoleksi dengan tema “Memberikan diri untuk Misi Rekonsiliasi” pada hari Sabtu, 28 Juli 2012 dan “Fund Raising is about restoring the web of relationships” pada hari Sabtu 17 November 2012 di Jakarta. Sedangkan di Yogyakarta juga akan diadakan acara yang sama masing-masing pada hari Minggu, 29 Juli dan Sabtu, 24 November.

56 COMMENTS

  1. 26 Juni, 2012

    Yg terhormat Redaksi,

    Saya hanya ingin sumbang saran.

    Komponen ketiga dari tulisan Sdr Mispan Indarjo di website yang saya temukan sebagai berikut:

    http://www.sesawi.net/2012/06/26/inilah-tiga-alasan-umat-katolik-tinggalkan-gereja/

    Komponen ketiga ini memang sangat terasa bagi saya dan suami. Suami baru saja convered ke agama Katholik, karena anak2 dan saya sendiri ada di lingkungan yg jauh dari gereja asal suami, Protestan, GKI.

    Namun sekali lagi, kehangatan pd agama Protestan sangat memberikan satu image yang mendalam. Hal ini dapat saya kemukakan karena dahulu ketika Mama mertua masih ada, dan hampir setiap minggu saya dan suami bersama2 mengantar beliau ke gereja GKI. Disitu dapat saya katakan bahwa kehangatan umat gereja Protestan sangat terasa daripada umat gereja Katholik yang saya anut selama ini.

    Selain itu, ‘anak domba yang hilang’, tidak dicari. Tidak tahu siapa yang bertugas mencari ‘anak domba yang hilang’ itu. yang dimaksudkan dengan ‘anak domba’ adalah umat gereja yang tidak datang lagi ke gereja.

    Kalau di lingkugan gereja Protestan, ada pembagian tugas masing2 komisi atau ntah apa namanya. Namun, ada panatua yang bertugas mencari ‘anak domba yang hilang’ itu.

    Hal ini (jumlah yang semakin berkurang) juga terjadi di gereja Katholik di California. Kadang suami memberikan masukan, namun tampaknya belum ada tanda2 positif.

    Semoga saja Tuhan memberkati dan melindungi kami semua di sini. Amin.

    Salam dalam Yesus Kristus,

    Wiwy

    • Benar sekali pendapat Wiwy. Saya setuju. Di ke pengurusan Katolik tidak ada seksi atau bagian yg khusus mengurusi domba yang hilang itu. Saya dua periode duduk di kepengurusan satu Paroki dan pernah juga sebelumnya sebagai Ketua Lingkungan. Tidak sekalipun ada bahasan atau diskusi ttg domba yang hilang itu secara khusus di dalam kepengurusan. Tergantung niat masing2 pengurus saja. Tidak ada arahan/visi dari hirarki gereja tentang hal ini. Sepertinya hal ini tetap berlangsung sampai saat ini. Beberapa kali rapat pleno Paroki mengambil tema sekitar “Ecclesia Semper Reformanda” — Gereja yang terus memperbarui diri. Namun hal-hal seperti di atas belum juga terbaharui. Komunitas2 lebih berperan dalam membendung migrasi orang2 Katolik (misal PDKK – Legio – dll) ketimbang struktural gereja. Apakah karena merasa umatnya banyak. Hilang tidak apa2. Memang Gereja Katolik sudah berdiri 2000 tahun dan tetap akan exist sampai akhir jaman sesuai janji Yesus itu tetap harus kita percaya dan imani. Namun apakah itu boleh membuat kita terlena?? Bagaimana menurut teman2 yang lain?

  2. Pandangan Romo Deshi hanya sebatas yang kelihatan , dasar gunung es nya sendiri tidak tampak .
    Ketiga alasan tsb hanya oke dengan pemikiran bahwa kebanyakan umat memang lemah imannya (hal 2 sepele membuat mereka angkat kaki), tidak sadar dan memuja momon ( kekuasaan , kekayaan dan kehormatan ; persis seperti yang dikatakan Bp.Uskup ) dan rohaniwan nya pun ikut hanyut atau kebingungan .
    Di negara maju mereka yang lebih pintar , sadar dan makmur berbondong bondong meninggalkan Gereja , apa sebabnya ? Bukankah masa reformasi sudah terulang. Namun banyak yang pindah ke Spiritualitas tanpa Tuhan , yang tampaknya memang mereka yakini lebih baik , lebih sesuai dengan kehendak Yesus . Mestinya Gereja dan Yesuit yang jadi ujung tombak dan harapan kita bisa memahami dan memecahkan masalah ini dng lebih baik dan sesuai dengan kehendak Allah.

  3. Saya rasa kalau memang mereka ingin benar-benar mencari Tuhan dan bersatu dengan Tuhan, maka ketiga alasan (Ketidaknyamanan) tersebut di atas rasanya agak (mohon maaf)Naif…..Bila dibandingkan dengan ketidaknyamanan/tantangan yang harus dihadapi oleh umat katolik tempo dulu yang harus menghadapai tantangan sebagai martir untuk dapat tetap dalam iman katolik.

  4. Menurut saya, kok tdk terlalu penting dibahas 3 hal mengapa umat meninggalkan Gereja Katolik di atas he he. Barusaja saya diskusi dgn seorang Ibu yg katanya dia sudah lelah mengurus anulasi pernikahannya, shg dia mau convert saja. Waktu 5 tahun kayaknya sudah cukup untuk bersabar dan kejelasannya sedikit pun tdk ada. Saya hanya komentar memang kesabaran bukan ukuran untuk kemudian anulasi dikabulkan di GK. Apalagi pernikahan Ibu sdh dianugerahi seorang anak shg sdh ‘ratum et consumatum’. Hampir tdk ada jalan untuk dikabulkan oleh Vatican dengan alasan apapun.Ibu itu lantas berkata bahwa lebih senang dikatakan pendosa daripada tetap dalam hidup religius tapi penuh dengan kelelahan spiritual sampai hampir menghabisi hidupnya, karena merasa tdk damai dan penuh dgn penderitaan. Perasaan itulah yg ada dalam hidup sang Ibu tersebut. Kalau memang mau mjd Katolik ya resiko itulah yg harus ditanggung, bahkan 5 tahun penantian kok bisa ditanggulangi, kenapa tdk diteruskan saja. Apakah aturan Hukum Gereja baik KGK atau KHK harus dikorbankan sehingga org spt Ibu ini bisa lega dan tdk mengalami kelelahan spiritual ? Sehingga hanya dengan memuaskan 1(satu) org agar tdk convert ke Iman yg lain, Gereja harus toleransif? Dan agar 1(satu) domba yg akan hilang bisa terselamatkan ? Piye jal ?

    • Saudara A Gentur, menarik membaca cerita Anda. Saya ingin sedikit berpendapat, mungkin sang Ibu yang menjadi contoh kasus saudara bukan mengalami kelelahan spiritual. Karena jika sesuatu itu bersifat spiritual, andaikata mengalami “kepenuhan” maka sifat itu akan meluap dan tercurah ke orang-orang disekitarnya, sehingga mereka akan dipenuhi sukacita.
      Kelelahan yang saudara maksud menurut saya adalah kelelahan RITUAL.
      Salam.Terima Kasih.

  5. Nuwun sewu, saya hanya komentar sedikit saja: Umat terkadang harus “menggembalakan” Pastornya lho…bukan pastor menggembalakan umat….piye jal! Sekali lagi nuwun sewu….pusing dan bt kadang kadang… Mohon dikaji lebih luas lagi Mo Deshi ya…ini penting sekali…nuwun.

  6. Kalau dikatakan bahwa pokok masalahnya hanya 3 (tiga) hal itu saya berpendapat yang lebih menjadi pokok masalah adalah kedewasaan iman umat (maupun pastornya). Kalau memang ini yang menjadi pokok permasalahan maka harus dicari way outnya yang sesuai, misalnya katekis harus lebih mendalami pemahaman imannya dalam konteks ajaran Gereja dan disesuaikan dengan perkembangan zaman, ketua wilayah maupun lingkungan lebih berperan aktif membangun warganya, dewan paroki lebih aktif turun ke bawah memberi masukan-masukan ke wilayah atau lingkungan-lingkungan, para pastor supaya lebih cerdas mengelola umatnya (mis.menghindari sikap bahwa kedudukannya lebih tinggi daripada umat), mendelegasikan tugas-tugas sesuai kapasitas umatnya (berarti harus mengenal umatnya)supaya dapat merespon kebutuhan dengan segera. Untuk ini mungkin perlu pendidikan management untuk para rohaniwan.
    Bagi umat sendiri diharapkan bahwa setiap ada permasalahan agar tidak segera menyalahkan atau menunjuk orang lain tetapi berusaha mulai dari diri sendiri dan lingkungan terdekatnya untuk upaya perbaikan. Melihat apa permasalahannya kemudian bagaimana way outnya.
    Semoga kita dapat menghayati iman kita dengan penuh sukacita.

  7. Tiga (3) alasan yang disampaikan Rm Deshi itu masuk akal. Itulah alasan menurut sudut pandang seorang imam. Seberapa benar alasan tersebut, temukan jawabnya di lapangan, bukan hanya di wacana kita di sini.
    Dari sudut pandang saya, ada satu hal¸¬¬ ¬- yang bisa jadi satu alasan juga-¬ yang amat perlu untuk ditanggapi dengan serius oleh seluruh umat beriman Katolik. Yaitu bahwa Gereja Katolik sekarang ini, defacto, adalah Gereja kaum imam/biarawan, bukan Gereja kaum beriman awam. Keberadaan dan standar penilaian kekatolikan seseorang didasarkan pada standar dan ukuran yang dibangun dari tata dunia imam/biarawan. Dunia imam/biarawan adalah dunia doa, dunia ibadat. Eksistensi para imam/biarawan adalah doa/ibadat. Ini sudah berlangsung sejak abat 3 sampai hari ini dan makin hari, makin menjadi-jadi. Begitu rupa sampai seorang Katolik merasa kurang katolik jika tidak dapat berkiprah di sekitar ibadat/altar. Kecuali itu, dunia imam/biarawan adalah dunia yang serba nyaman, aman. Sedangkan dunia awam ada dalam perbuatan. Karenanya, dan sekaligus dunia awam adalah dunia serba tidak nyaman dan tidak aman.
    Jadi, bisa dibayangkan kalau keberadaan, kebutuhan umat beriman tidak terjawab. Jangankan terjawab, orang awam pun nyaris tidak ada tempat dan kesempatan untuk turut terlibat dalam Gereja saat ini kecuali di seputar ibadat. Sekarang ini, baru terbuka tempat dan kesempatan, di lingkungan ibadat. Akibatnya, dalam Gereja umat beriman/awam adalah penonton, tetapi bukan pelaku perbuatan. Itu sebabnya Gereja perbuatan tidak berkembang. Lebih parah lagi, umat beriman awam tidak berani beriman dan bertindak meski di dunianya sendiri. Tidak berani berbangga diri sebagai orang awam yang beriman, hanya karena tidak sempat aktif di lingkungan ibadat.
    Padahal Gereja Perdana dibangun Yesus dengan contoh hidup dan karyaNya. Yesus lebih berbuat banyak daripada beribadat banyak. Gereja Perdana juga bukan Gereja para imam, melainkan Gereja kaum awam. Bukankah dalam Kitab Suci jelas diceritakan bahwa para imam kepala, para ahli kitab adalah mereka yang melawan Yesus dan perwartaan serta perbuatanNya.
    Kesimpulannya, para awam, mari kita bangun Gereja Perbuatan lebih daripada Gereja Peribadatan! Hanya dengan demikian pengalaman iman, hidup, karya sebagai awam akan tumbuh dan berkembang.
    Semarang, 5 Agustus 2012

    • Pandangan tambahan pak Wid , terasa agak aneh bagi saya ; kalau saja itu Benar – maka Para Imam Hirarkis sudah melupakan Lumen Gentium Konsili Vatikan II; bahwa Gereja adalah para Imam Hirarkis dengan Umat Awam secara keseluruhan berpartisipasi dalam Tugas Kristus sebagai IMAM ; NABI dan RAJA .
      Dalam beberapa paroki ; justru ikut sertanya kaum Awam terasa begitu marak ; bisa jadi dalam 1 paroki dengan 3 Imam ada 200 pro diakon ,organisasi paroki tersusun dengan begitu hebat , rapi ; dengan dewan pleno yang bisa beranggotakan hingga 300-500 orang .
      Seksi dengan kegiatan / program seksi begitu banyak macam ; bisa jadi tidak ada 1 hari atau 1 malam( bahkan dalam hari raya Lebaran ) tanpa kegiatan di Paroki. Bahkan saya percaya inilah yang juga menyebabkan Paroki seperti ini umatnya meledak dengan luar biasa .
      Pada umumnya Umat Awam memang akan sangat tertarik kalau menjadi aktivis meskipun dengan hanya di Lingkungan.
      Saya lebih melihat bahwa permasalahan pindah Gereja ; memang terasa karena hal 2 sepele ; namun ada sesuatu masalah yang terlebih mendasar dibalik alasan alasan sepele tsb ; dan mestinya Gereja secara keseluruhan terutama kaum cerdik pandai dari Imam Hirarkis dan Awam yang menemukan jawabannya .

  8. Tiga alasan tersebut bisa saja diterima sebagai bahan refleksi bagi gembala umat maupun umat katolik sendiri. Yang tak kalah penting bagi umat beriman adalah membangun komunitas umat katolik setempat yang tergabung dalam lingkungan, kring, ataupun stasi yang dinamis. Artinya pertemuan umat yang periodik dalam bentuk ibadat, rapat, rosario atau kegiatan lain. Umat setempat yang berkewajiban mencari saudara2nya yang tidak aktif. Layanilah mereka dan doakanlah setiap kesempatan. Kalau membebankan pada pastur yang kadang di paroki hanya satu untuk melayani umat yang begitu beraneka dan banyak rasanya tidak tepat kesalahan ditimpakan ke imam. Yang mau jadi imam saja sangat-sangat sedikit sementara kebutuhan layanan umat begitu besar. Saya lebih setuju bila umat setempat yang tergabung dalam komunitas gerejawi itu yang bisa ambil peran maksimal.

    Nah bila memang lingkungan sudah berbuat maksimal dan ada umat yang dengan keinginan sendiri secara bebas mau meninggalkan gereja Katolik ya tidak usah digondeli, mungkin mereka masuk menjadi katolik dengan sejarah yang tidak baik. Contoh tahun 60-an banyak umat dibabtis dengan iming-iming mendapat pekerjaan dll.Nah sekian tahun gak dapat apa2 dan tidak diopeni oleh komunitasnya pastilah tidak nyaman menjadi katolik, dan masih banyak contoh lain.

    Tentang lagu yang masih didiskusikan itu menurut saya hanya ekses oknum liturgi saja. Sebagai orang Katolik seharusnya bangga mempunyai gembala yang relatif bermutu meskipun ada yang aneh2 karena salah rekrutmen atau kelainan psikologis dadakan dll tapi jumlahnya sangat sedikit.Kita seharusnya saling menghidupi di antara umat sendiri baik awam maupun biarawan. Liturgi Misa Kudus harus dijadikan pusat beriman secara Katolik.Selebihnya setiap umat bisa berkreasi untuk membangun kebersamaan umat dalam kelompok yang bisa saling berbagi, berelasi, bersilaturahmi dll. Yakinlah kalau umat awam saling ngopeni(Jw) kecillah kemungkinan umat meninggalkan komunitasnya. Mari kita hidupkan lagi di komunitas umat kegiatan yang membangun kebersamaan dan berikanlah pemahaman yang baik pada momen doa KEMATIAN dan sebaiknya diberikan oleh awam yang dituakan. Bentuk kelompok orang muda, lansia, legio, dan lain2. Insyakristus!

  9. Saya mempunyai pengalaman ngopeni umat katolik yang pindah agama agak lama. Ternyata sadara yang pindah agama itu dipaksa oleh keluarganya. Nah saya ajak ke Pastur Paroki dan saudara tadi cukup mengaku dosa saja, selesai!

    Yang lain sebuah keluarga berpindah agama karena faktor ekonomi.Ia ditopang ekonominya oleh komunitas lain sehingga kebutuhan ekonominya terpenuhi sementara gereja katolik tak bisa melayani yang demikian.Sementara ini saya bersama komunitas hanya bisa mendoakan saja.

  10. Tiga alasan di atas mungkin saja benar. Tapi bila kita sungguh beriman kepada Tuhan Yesus, tiga alasan tadi tak akan membuat kita meninggalkan Gereja. Saya suka perayaan ekaristi yang koornya merdu dan khotbah pastor berkualitas. Jika tidak mendapatkannya, tak apa-apa. Karena iman saya hanya kepada Yesus bukan kepada perayaan misa.

  11. Perenungan saya akan masalah umat adalah lemahnya Kesadaran Spiritual ,ini lebih menonjol pada kita yang sudah menikmati Kenyamanan Hidup . Keinginan akan Kenyamanan berlawanan dng Kehendak Tuhan(jalan salib). Terus mendengarkan Tuhan ( pendalaman Iman dsb )tetap tidak menghasilkan Kesadaran karena tidak ada Perenungan .
    Kenapa : 1. Pikiran kita sudah sangat dikuasai oleh Keinginan Kita yang sudah melekat berpuluh tahun( Menurut bpk Uskup – kepada Tritunggal Yang Maha Tidak Kudus ). 2. Kita melihat tetangga & teman sama & sependapat; jadi kalau Tafsir sabda Tuhan tidak salah ya anggap saja Kehendak Tuhan yang salah.
    Nah dalam konteks , mereka yang meninggalkan Gereja ; kalau di lingkungan kita bisa jadi karena seperti yang dikatakan Romo Dhesi ,atau karena tidak diikut sertakan dalam kegiatan lingkungan maupun aktivitas Gereja. Contoh dari pengalaman saya ; Paroki menginginkan untuk membelah Lingkungan dan wilayah ; tujuan utamanya supaya pengurus lingkungan dan wilayah jumlahnya bertambah dobel. Bertambahnya Umat Paroki juga sejalan dng aktivitas umat yang makin marak . Namun tanpa suatu kesadaran spiritual umat , akan terasa kegiatan hidup menggereja makin marak namun hanyalah pada upacara 2 ( Ekaristi sebagai hiburan ? namun ini berarti juga kehidupan yang penuh Negative Feeling ) .
    Saya sendiri agak cemburu dengan apa yang saya lihat pada umat insan Budha Chu Tsi ; mereka menyadari permasalahan mereka , mau mendengarkan dan melakukan kehendak Gurunya , dan menyadari bahwa ada kebahagiaan diluar Kekayaan , Kekuasaan dan Kehormatan .
    Nah, kalau kita mengamati kehidupan menggereja di negara barat yang makin merosot , justru karena mereka merasakan kelemahan Gereja dan banyak yang akhirnya menemukan spiritualitas tanpa Tuhan dan lebih menghasilkan ketentraman batin dan mengutamakan moral (Kasih ).
    Jadi manakah yang lebih benar ?,

  12. Copas:
    _______

    Seringkali khotbah para imam tidak menarik….

    ______

    Komen: nah tantangan buat para imam utk buat khotbah menarik, lebih riil, menyentuh kehidupan sehari2….tapi juga harus “menggigit”, tidak datar2 aja….

    Copas;
    _______
    . Liturgi dalam Gereja Katolik acapkali dipandang tidak menarik

    _______
    Komen: umat harus diajari/ diingatkan…bahwa ekaristi itu bukan sekedar kebaktian ala gereja tetangga. Ekaristi itu puncak perayaan di GK..tidak bisa diutak atik seenak udel umat. Gali lebih dalam makna ekaristi biar umat mengerti.

    -__________

    Copas:
    ___________

    Yang sering terjadi adalah: umat yang datang tidak disapa, umat yang tidak datang tidak dicari.

    __________

    Komen: waah ini kasus per kasus….jika sample di ambil dr KAJ…spt Katedral..bisa jadi yaa…tapi kalo di ambil dari stasi St Yoseph, Manggar, Belitung Timur….hal ini tidak akan terjadi

  13. Menurut saya, umat meninggalkan gereja karena adanya ‘relativitas iman’ menyebabkan imannya terhadap gereja menipis. Ketiga hal yang disebut di atas hanyalah pemicu, sedangkan penyebab sesungguhnya adalah menipisnya iman. Ada orang yang membutuhkan jawaban mengenai kekatolikan, dan kebetulan ybs. tidak menjumpai orang yang bisa menjawab. Ada pula orang yang imannya tergerus oleh kenyataan yang dijumpai yang tidak sesuai dengan ajaran Katolik. Dan yang paling parah adalah orang yang imannya tergerus karena sering mendapat serangan dogmatis dari pihak lain.
    Umat Katolik umumnya hanya sibuk berkutat dengan ajaran agamanya sendiri sehingga menjadi seperti katak dalam tempurung. Dan para imam/rohaniwan pun hanya memberi bekal ‘sekadarnya’ kepada umatnya.
    Akibatnya ketika keluar dari tempurung, umat sangat lemah dan mudah goyah.
    Tidak sedikit orang Katolik yang bungkam tidak bisa menjawab ketika diserang dengan ‘Injil’ Barnabas misalnya. Sebab tidak pernah diberi bekal oleh para imam bagaimana menangkal serangan semacam itu. Awalnya mungkin cuma bungkam, tapi lama kelamaan imannya akan tergerus. Dan kalau sudah begitu, pemicu sederhanapun cukup baginya untuk meninggalkan gereja.
    Sudah waktunya para imam memberi bekal pengetahuan yang luas, khususnya kiat-kiat untuk menangkal berbagai serangan dari luar, agar umat tidak mudah goyah.
    Kalau iman sudah kuat, apapun akan dilakukan bagi gereja.

  14. umat katolik saat ini kurang di rangkul oleh para gembala… Ketika umat datang u/minta waktu kebanyakan mereka sibuk dg urusan menggereja..mungkin krn kurangnya para gembala. Ada juga yang sakit hati karena merasa diberlakukan tidak adil.. Ketika umat punya salah maka u/aktiv menggereja mereka di “cut” dg alasan bibit bobot dan bebet… Banyak umat merasa tidak diperhatikan karena mereka merasa tidak bergaul akrab dg imam setempat. Para gembala lebih cepat tanggap kepada orang yang mereka kenal dekat. Kadang ada yang wafat, para gembala tdk bisa memberi misa requem dg alasan jadwal penuh hingga harus mengundang imam dari tempat lain. Sementara di tempat umat yang dikenal baik semua gembala hadir dalam misa requem tsb… Sebuah kesenjangan yang menyolok… Imam hanya u/mereka yang punya nama dan relasi saja. Gereja katolik jg tidak mancari domabnya yang hilang…dan tidak juga pernah berkunjung kerumah dimana kelg tsb bermasalah…. Sangat disayangkan. Tetapi umat akhirnya dtg kegereja untuk mencari/bertemu dg Tuhan…dan cuek dg gembalanya serta orang sekitar, akhirnya semua memang menjadi tidak hangat dan basa basi belaka.

  15. Membaca artikel di atas, memang benar terutama perihal yang ke 3. Saya dan suami menjalani pergumulan tidak bisa/diperkenankan menyambut komuni selama minimal 5 tahun karena perkawinan kami bukan sakramen hanya pemberkatan saja. Suami saya tetap ikut kegiatan lingkungan bahkan menjadi pengurus lingkungan.Dan sekarang kami juga sudah punya putri berumur 2,5 bulan yang mestinya sudah kami baptis tetapi masih terhalang oleh masalah kami berdua yang belum sambut komuni. Tetapi dibalik itu semua dari gereja tidak ada yang peduli dengan pergumulan kami. Sedangkan saya sendiri menjadi begitu asing dengan orang orang digereja, karena merasa saya tidak pantas/baik seperti umat yang lain. Kecewanya lagi, ada beberapa tokoh umat yang memandang dan menyapa saja membuang muka seolah kami kotor dan penuh dosa. Saya dan suami pernah terbersit untuk mengikuti Tuhan Yesus dengan jalan lain karena gereja Katholik kami rasa tidak bisa memberi kami jalan kedamian lagi.

  16. saya meninggalkan gereja karna umat katolik ditempat saya lebih melihat materi apalagi pelayanan sekretariat gereja hanya untuk orang2 berduit ,jabatan lingkungan wilayah hanya untuk ajang unjuk materi bukan pelayanan

  17. saya setuju dengan pendapat dari *angela merici.. juga dengan pendapat ** saudara gery -> Sudah waktunya para imam memberi bekal pengetahuan yang luas, khususnya kiat-kiat untuk menangkal berbagai serangan dari luar, agar umat tidak mudah goyah.
    Kalau iman sudah kuat, apapun akan dilakukan bagi gereja.
    sayapun setuju dengan pendapat
    *** tonnio irnawan -> Saya suka perayaan ekaristi yang koornya merdu dan khotbah pastor berkualitas. Jika tidak mendapatkannya, tak apa-apa. Karena iman saya hanya kepada Yesus bukan kepada perayaan misa.
    dan, akhirnya saya setuju banget dengan pendapat **** hardjono ->
    para pastor supaya lebih cerdas mengelola umat nya (mis.menghindari sikap bahwa kedudukannya lebih tinggi daripada umat), mendelegasikan tugas-tugas sesuai kapasitas umatnya (berarti harus mengenal umatnya)supaya dapat merespon kebutuhan dengan segera. Untuk ini mungkin perlu pendidikan management untuk para rohaniwan.
    Bagi umat sendiri diharapkan bahwa setiap ada permasalahan agar tidak segera menyalahkan atau menunjuk orang lain (jangan melulu/kudu datang ke pastor… apalagi untuk urusan2 sepele.. jgn sementangan merasa dekat dengan pastor2 gitu…) tetapi berusaha mulai dari diri sendiri dan lingkungan terdekatnya untuk upaya perbaikan. Melihat apa permasalahannya kemudian bagaimana way outnya.
    nuwun sewu…. 🙂

  18. Berita baru ; lihat Pijar Vatikan II ; tak lama lagi negara 2 barat bakal berubah jadi Republik Islam ; apa betul ?, apa sebabnya ?

    Sekarang ini di Inggris ;lebih 1000 gereja sudah alih fungsi jadi mesjid , Islamic centre dsb . Piye ..

  19. Coba renungkan apa yg (kurang lebih) dikatakan oleh Almarhum Romo Mangun ini:

    dengan Imam Yesus dapat bekerja dengan baik
    dengan sedikit imam Yesus dapat bekerja dengan baik
    tanpa imam Yesus juga dapat bekerja dengan baik

    tambahan dari saya:
    Gereja didirikan di atas para Rasul, melewati gelombang jaman, sudah 1,2 Milyar jumlah umat Katolik di dunia. dari jaman dulu hingga sekarang melahirkan para martir dan orang-orang kudus. Melewati penganiayaan berat.

    tapi Gereja tetap berdiri dan tidak tergoyahkan. Gereja bukan milik kita Manusia (Imam/biarawan/awam) tapi itu Milik Yesus sendiri. Yesus tahu bagaimana caranya agar GerejaNya tetap bertahan.

    mungkin tidak bijak kalau kita memandang negatif diri sendiri, karena persoalan agama dan gereja lain juga sama. apa yg terjadi dalam gereja Katolik adalah persoalan umat manusia pada umumnya.

    Jika mau bertahan, atau lompat pagar ke iman lain, sah-sah saja. itu sebuah pilihan. dan ada banyak alasan (beribu-ribu alasan) untuk menjustifikasi hal itu. Apalagi orang yang bersangkutan sudah sering “jajan” ajaran lain.

    Semua komponen gereja (imam/awam/biarawan)saya kira bisa menciptakan Gereja Katolik yg hangat, menyapa, tidak kaku dll..asal kita mau.

  20. Saya membaca semua koment2 yg disebutkan di atas…semuanya saling mengungkapkan rasa kecewa terhadap GK. Sebenarnya siapa tuh GK? Mari kita saling memberi bantuan terutama memperdalam keteguhan iman dan keyakian. Persoalan mendasar apakah iman kita itu berakar? Kalau berakar apa pun badai dan tantanganya pasti tidak akan mudah tumbang. Lalu siapa2 sajakah yg bertanggungjawab menumbuhkan iman itu? Mulai dari pribadi lepas pribadi (meminjam doa org Protestan), keluarga, komunitas/lingkuan wadah utk saling mengenal, paroki, keusksupan,(para guru, kateksis, biarawan/i), para pastor (terutama Pastor paroki),para Uskup, semua umat Katolik saling menopang satu sama lain dalam menumbuhkan iman. Kalau semua saling bersinergi, apakah terjamin bahwa tidak ada yang meninggalkan GK? Saya masih ragu, karena kita masih di dunia pasti masih ada “sifat kemanusiawian” kita yg seringkali mau cari yang enak (sring gonta ganti),tambah lagi tawaran Modernisme dengan tawarannya yg menarik seringkali menggelapkan mata iman umat untuk menilai kebenaran asasi iman.Kita saling bersinergi, saling menguatkan akar iman dan saling mendoakan?

  21. terkait dengan komunitas, kalau di wilayah tempat saya tinggal terasa dengan banyaknya iuran-iuran yang harus dibayarkan sehingga terkesan untuk menjadi Katolik menjadi hal yang mahal,, misalnya setiap bulan ada dana ini-itu, sedangkan bila tidak membayar akan terasa terkucilkan, bahkan akan dicoret dari lingkungan. Hal demikian membuat yang ekonomi pas-pasan menjadi enggan untuk aktif di Gereja/Lingkungan. Saya sangat merindukan dengan suasana Katolik seperti dulu yang bisa dengan tenang menjalani tanpa harus dioya-oyak iuran ini-itu dari gereja……

  22. pernyataan itu benar “karena” (menurut saya): pada zaman dan kondisi saat ini, harapan gereja dan tumpuan untuk masa yang akan datang adalah Orang Muda Katolik (OMK), seperti halnya ke 3 alasan diatas, itu merupakan hal yang sangat dirasakan OMK pada saat ini, maka jangan heran, pada waktu masa akan datang,akan banyak OMK (saat ini) “menyebraang” entah kemana,,,,,
    saperti kondisi saat ini juga akibat dan imbas dari orang muda/ generasi masa lampau yang juga menyebrang, karna ketidak nyamanan,makanya saat ini terasa berkurang, dan satu hal yang terlalu menarik dari gereja kita yaitu “MONOTON”.

    salam OMK,,,

  23. Jangan saudara2 memperdebatkan masalah Gereja atau yg lain’a koreksilah Iman anda udah sampai dimana itu aja ! Cuman ada dua pilihan yakni ikut Setan atau Tuhan, biasa’a yg suka memperdebatkan hal2 kyak gini cenderung pengikut Setan.

  24. Banyak komentar tentang 3 sebab bagi orang katolik meninggalkan gereja katolik, saya hanya ingin mengajak bersama “umat kaum beriman” baik para pastornya sendiri maupum umat awam, supaya mau memahami bahwa kalian mempunyai tujuan yang pasti yaitu pusat Kebahagiaan.
    1. Mengenal & memahami tentang Allah yang serba Maha.
    2. Mengenal langkah2-Nya yang berkelanjutan dan tidak putus-putus, dari awal sebelum ada jagad raya sampai dengan jagad harus bunasa.
    3. Mengenal kondisi dan posisi dimana kita saat ini berada.
    4. Apabila ketiga point diatas dapat dan mau kita terima maka sudah tidak ada alasan lagi, kita sudah “kembali ke Kitab Suci” secara utuh.

    Saya yakin sepenuhnya, apabila ke-4 butir diatas mau dipahami dan diyakini serta mau menerima sepenuhnya maka orang (kita) tidak akan mau meninggalkan Gereja Katolik. Bagaimana?

    Salam – Berkat dalem.

  25. Kalau kita mencermati,mundurnya Paus Benediktus XVI, sangatlah relevan dengan topik kita . Umat Katolik di Eropa Amerika (yang kita kenal sebagai dunia Kristen Katolik )telah banyak yang meninggalkan Gereja. Satu permasalahan yang begitu berat, dan sangat membebani beliau sebagai pemimpin tertinggi dan dengan Kesadarannya Paus memberikan “Solusi” nya.
    Saya percaya ini suatu Kearifan , Kebijaksanaan yang datang dari Perenungan Paus . Tentunya Paus telah mendengar dari begitu banyak masukan (sinode Uskup 50 Th Konsili Vatikan II).
    Sungguh sudah selayaknya dan sepantasnya kalau kita bersyukur kepada Tuhan ; karena kita percaya akan Bimibingan & Pemeliharaan Nya.

  26. Menurut saya kita harus bertanya pada diri kita masing2 apakah segala sesuatu kita ingin terjadi atas keinginan kita sendiri atau kehendak Allah? Jika atas kehendak kita maka 3 hal diatas akan semakin relevan terjadi, namun jika kita ingin semua terjadi atas kehendak Allah tentu ada hal2 yang sebenarnya menurut saya masih bisa kita lakukan untuk mencegah 3 hal itu terjadi. Saya rasa sudah saatnya kita bangkit bersama sebagai awam, harus sehati sejiwa dan dewasa dalam iman. Kita tidak bisa hanya “nunggu jemputan” dari kaum gerejawi tapi kita juga harus mau melibatkan diri dalam hal2 gerejawi. Gak usah muluk2 deh aktif dilingkungan saja Allah pasti berkenan koq, seandainya saja tiap2 kita berfikir demikian : Jika aku tak hadir hari ini siapa yang hadir yah?? wah kita pasti perlu lahan yang lebih luas lagi untuk merayakan Ekaristi Bersama. Jadi…. Kebun anggur yang telah disiapkan oleh Allah dimana Yesus sebagai pokok anggurnya dan kita adalah ranting – Nya akan berbuah semakin banyak dan bisa dinikmati hasilnya bahkan hingga ke-tetangga sebelah.

  27. Shallom.. apa yang penting sebenarnya hubungan peribadi kita dengan Bapa Sorgawi.. harus punya hubungan dua hala, iman kepada Yesus Kristus sebagai Jalan, Keslamatan dan Hidup harus mantap, dari itu kita tidak akan bersoal-soal mana gereja yang asli atau benar. cukup sekadar kita mengimani INJIL dan melayani dengan penuh kerendahan hati. sudah pasti kutbah dan hubungan sesama sebagai anggota gereja itu penting, saling melengkapi dan membuntuhkan satu sama lain, kan juga kita diselamatkan sebagai satu kawanan domba…justeru itu selalu kembali pada kasihmu yang semula… amin. Damai Sejahtera bagi kalian.

  28. Begini sdr2ku yg terkasih,setelah mengetahui beberapa alasan mengapa org. meninggalkan gereja(Katolik),sekarang yg sudah ada dan baik digereja kita,kita pertahahkan.Dan yg kurang baik misalnya tentang PELAYANAN dan KEHANGATAN ataupun KERAMAHAN mari kita tingkatkan bersama mulai dari para IMAM,PRODIAKON dan UMAT biasa,meski itu mungkin kita mengadopsi dari tempat ibadat lain.Dan sebenarnya ttg PLUS MINUS dlm persekutuan itu pasti ada,ya sekarang kita mengambil baik2 saja,mulai dari DIRI KITA sendiri.Terima kasih BERKAH DALEM

  29. bukan alasan ke 1,2 atau ke 3 mereka meninggalkan gereja{khatolik)karena memang mereka itu belum/bukan orang khatolik. Kalau memang mereka sudah beriman khatolik maka dlm kondisi seperti apapun mereka tdk akan pernah meninggalkan imannya(gereja) seperti kutipan lagu gebyar-gebyar(karya alm.gombloh)”biar bumi bergoncang imanku adalah iman khatolik…andai matahari terbit dari barat…imanku tetap iman khatolik…dan tak sebilah pedang yg tajam…dapat memisahkan aku darimu(Khatolik}”

  30. Kalo sepengalaman saya tiga hal itu karena romonya sendiri dalam memberdayakan awam katolik malah diperdayakan sama awam katolik yang cenderung semaunya sendiri membentuk Komunitas Orde Romo, orang dekat Romo. Dalam Homili Romonya rata rata membuat standar tinggi kepada umat dengan pembelajaran dan pengajaran seorang uskup, dan malah menyalahgunakan nama uskup. Namun Pada saat umat berani bertindak balas mengajari kekeliruan romo dengan standar tinggi pengajaran yang sudah menyalahgunakan kekuasaan dan nama uskup, Romonya tidak mampu menyelesaikan ending pengajaran yang memantulkan kasih Yesus, tidak hanya kepada umat namun berimbas dengan pembandingan pelayanan gereja non katolik. Dan malah komunitas orde romo itu malah bersikap yang paling tidak mengimani pengajaran standar tinggi seorang uskup dalam kehidupan sehari hari dari kedekekatannya dengan romo terhadap komunitas luar orde romo.
    Kurangnya pengetahuan dogma gereja non katolik para romo padahal dengan menggunakan nama dan kekuasaan uskup, akhirnya menjadi faktor pendukung utama hijrahnya umat katolik ke gereja non katolik.
    Mungkin itu saran dari pengalaman saya yang sejak 2009 malah menentukan keputusan ke katolik dari gereja non katolik namun diperlakukan dengan kekeliruan fatal oleh katekis yang penganut iman orde romo dan pamong lingkungan. Pemikiran yang tidak meminta reply apapun, karena rasa muak saya dengan sikap komunitas gereja katolik paroki saya dan romonya yang menyalahgunakan kekuasaan dengan kebodohannya menamai diri sebagai seorang uskup Lampung, yang juga seorang rektor seminari.

  31. Meninggalkan Gereja Katolik? Ini karena imannya dangkal, tidak memahami Gereja yang sesungguhnya. Kenapa? Karena tidak ada yang menjelakannya secara baik dan benar! Kini kita asyik berbirokrasi, syik berliturgi, namun lupa BERKATEKESE. Yesus saja datang ke dunia tanpa henti berkatekese, berjalan dari kampung yang satu ke kampung yang lain, dari kota yang satu ke kota yang lain mengajar dan mengajar menjelaskan apa itu Kerajaan Allah dsb … dsb. Sekarang? Ada kesan bahwa setiap orang yang sudah menjadi Katolik diandaikan sudah memahami seluruh ajaran iman Katolik, padahal itu belum tentu. Yang penting sekarang adalah Katekese, mengisi dan memperdalam iman dan pengetahuan iman umat tentang segala hal yang dilakukan dalam Gereja Katolik, mulai dari bagaimana Yesus mendirikan Gereja Katolik dan bukan mendirikan gereja-gereja, apa dan untuk apa serta bagaimana Sakramen harus dihidupi, dst….dst…dst, sehingga pada akhirnya umat semakin memahami dan yakin serta memiliki sensus katolikus yang baik dan dalam, militan dalam mewujudkan imannya. Kini saatnya setiap Keuskupan, Paroki menghidupkan kembali Katekese Umat, mendidik lebih banyak lagi para katekis yang handal, menyusun silabus materi katekese yang baik yang sedkit apologetis dengan mengacu pada Katekismus Gereja Katolik yang telah ada, membentuk kelompok-kelompok katekese, dan para imam/biarawan/i sudah saatnya ‘turun gunung’ untuk berkatekese.

  32. Saya senang,karena bisa menertawakan diri sendiri ,bisa menyadari kesalahan sendiri(pertobatan)dan berharap mempunyai pengharapan yang benar , pemikiran yang benar. Lihatlah pendalaman kitab suci bulan lalu terasa indah , meskipun hasilnya pasti minim karena kerusakan sudah demikian parah ,Iblis-Mamon sudah begitu suksesnya merasuk. Namun masih ada seberkas cahaya , ada kesadaran muncul sedikit demi sedikit , lihatlah , dengarkanlah keprihatinan Paus kita yang baru dengarkanlah Tuhan , renungkanlah , renungkanlah terus kehidupan kita , sesuaikah dengan kehendak Tuhan?. Hosea mengingatkan kita akan umat Israel yang berkali kali melacurkan dirinya ; apakah kita tidak seperti itu juga ? Apakah hidup keagamaan kita tidak seperti umat zaman Yehezkiel , dipenuhi dengan nabi nabi palsu , umat yang mengejar Damai Sejahtera palsu dan menjadi serupa Kuburan putih. Apakah ada diantara kita mampu mengikuti yang diminta Yahwe kepada Yehezkiel untuk melakukan ke 5 hal tsb ; Mendengarkan Tuhan sebagai yang pertama saja akan teramat sulit ; kita sudah terbiasa untuk minta Tuhan mendengarkan kita . Tuhan kan hanya jadi penghiburan kita ,untuk menutupi ketakutan kita akan kematian .Apalagi untuk bisa merenungkan semua itu , mendapatkan kesadaran dan akhirnya menjadi lepas bebas . Mungkinkah ? Semoga saja tidak terlambat .

  33. Apakah saya bisa ketemu dengan Romo Desi Ramadhani, SJ untuk konsultasi keluarga. Mohon nomer telpon yang bisa dihubungi. Terima kasih.

  34. Ulasan dari banyak saudara di sini menunjukkan bahwa banyak orang pinter di gereja Katolik. Ternyata banyak orang yang ilmunya “Kelas Wahid” di Gereja Katolik. Ternyata banyak orang dengan pemikiran yang brilian di Gereja Katolik.

    Tapi kenapa masih ada masalah yaaaa…??
    Semua ulasan komentar dari saudara-saudara yang ada di sini saya ibaratkan suatu “Idealisme” dari sebuah kumpulan orang beriman. Idealnya memang begitu.

    Kecuali ulasan dari Om Gentur Panuwun dan Sdr. Gery, saya pandang ulasan khusus.

    Bagi saya, untuk meminimalisir keluarnya seseorang dari Gereja Katolik adalah :
    1. Setiap orang Katolik harus “Kuat Iman Katoliknya”,
    2. Setiap orang katolik harus mempunyai “Pengetahuan Luas tentang Agama Katolik dan Agama lainnya” dan
    3. Setiap orang katolik harus “Memahami dengan benar hakekat Gereja Katolik”.

    Dengan ke 3 poin di atas, saya rasa sudah cukup bagi seseorang untuk tidak lagi memikirkan kotbah yang hambar, tidak lagi memikirkan Liturgi yang tidak menarik dan komunitas yang sedemikian.

    Lalu tugas siapa yang bisa memberikan 3 poin di atas kepada seluruh Umat Katolik…??
    Jawabannya adalah tugas dari semua Umat beriman Katolik yang merasa bisa melayani sesama, dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Sedikit pelayanan tidaklah mengapa. Ambil bagian dalam pelayanan Gereja meskipun hanya sepersekian proses tidaklah mengapa. Karena tidak mungkin sekian orang yang sadar melayani umat bisa 100% terpenuhi. Sekecil apapun kontribusi dari para pelayan Tuhan ini sudah bisa disyukuri.

    Mulai kapan…?? Mulai saat ini, kini dan di sini.

    Sudah cukup…?? Belum. Mari kita iringi pelayanan kita dengan doa, supaya saudara-saudara kita tetap menjadi Umat Katolik yang tahan banting dan tidak meninggalkan Gereja-Nya.

    Semoga. Trima kasih. Tuhan memberkati.

  35. GEREJA BERTINDAK BERDASAR PADA ALKITAB. MAKA SELAMA SUDAH SESUAI ALKITAB KITA PERTAHANKAN DAN LANJUTKAN APAPUN RESIKONYA. DAN YANG KURANG KITA PERBAIKI.. NAH SUDAH ADA BEBERAPA KEKURANGAN… SOLUSINYA BENTUK KONSOLIDASI UMAT PEMERHATI KEKRISTENAN DAN SELESAIKAN BERSAMA2 BERDASAR ALKITAB. SUDAH KAH INI DILAKUKAN? KALAU HANYA BERARGUMEN PRIBADI NGGA AKAN ADA FAEDAHNYA…RENDAH HATI DAN PRIORITAS PADA TUHAN YESUS DARI KEBENARAN ALKITAB. SALAM KASIH SAUDARA KU. AMIN

  36. Sebelumnya minta maaf kalau kurang berkenan. Menurut saya ada beberapa hal yang membuat orang Katolik meninggalkan gereja (versi saya)
    1. Kurangnya makanan spiritual – FOKUS pada RITUAL (Alkitab adalah pedang Roh dan MAKANAN yang bisa membabat habis KEGALAUAN umat, namun perlu diketahui untuk mengIMANI firman ALlah dalam ALKITAB yang notabene bukan FOKUS GK
    2. KURANGNYA Manifestasi/ karya ROH KUDUS. Roh Kudus masih berkuasa dan di AMINI teman2 Kristen. Untuk PENEYEMBUHAN, PENGUSIRAN ROH JAHAT/ IBLIS, DLL.

    Matur Nuwun

    • Sangat setuju dgn komentar saudara Marmanta…Roh Kudus yg berkarya scra pribadi di dlm hati kita yg bisa melawan iblis yg membuat iman Katolik kita jatuh, jd jgn trlalu jauh mencari alasan spt 3 poin dlm tema ini, mohon maaf, ini kurang kena bg kita sbg umat Katolik,,,jgn mencari celah dan kesalahan pd pribadi orng lain, , ,dgn kita berdoa mintalah kuasa RK utk memampukan kita mjd pribadi Katolik yg saleh..yg pindah agama itu adlh urusan pribadinya dg Tuhan…

  37. Bu Teresia Ary,
    Berterimakasihlah Tuhan Yesus masih menyertai bpk & ibu. Sy salut membaca berita tsb dan sy hanya mendoakan smg keluarga Bpk/Ibu tetap langgeng selamanya.
    Saran sy , kenapa tdk ditemui aja salah satu Romo utk minta nasehat
    Semoga terberkati. Amin

  38. Dear romo

    Sekedar saran…
    BANYAK ORANG KATOLIK PINDAH AGAMA JG KRN ADMINISTRASI GEREJA DAN LINGKUNGAN YG SULIT…

    SALAH SATUNYA UTK MEMBUAT KK GEREJA AJAH HARUS BERATEM DL DENGAN KETUA LINGKUNGAN, ALASANNYA KRN KETUA LINGKUNGANNYA GAK DI GAJI JD BISA SEENAKNYA MENJAWAB KASAR…

  39. menurut saya, khotbah justru menjadi point penting dalam liturgi…. jika Sabda adalah puncak liturgi, maka khotbah adalah Sabda yang di wartakan dalam hal ini termasuk eksegese yang dikaitkan dengan hasil analisa situasi umat sebagai pendengar. jika khotbah sudah membuat umat bosan ke gereja maka motivasi umat untuk kegereja bukan lagi untuk mendengarkan Sabda tapi untuk komuni saja. (buruknya setelah komuni dia pulang). lewat khotbah, apa yang disampaikan teks Kitab Suci pada pendengar di jamannya, kini disesuaikan dengan jaman ini. umat tidak akan semata2 kuat imannya dan merubah sikapnya karena mendengar Teks Kitab Suci (tanpa Khotbah yang baik) dan hanya karena menyambut komuni. justru lewat khotbahlah hati umat disentuh dan diteguhkan, dan didalam khotbah ada ajakan pertobatan sebagai kesimpulan dari maksud bacaan KS.

  40. saya ingin meninggalkan gereja katolik karena ada beberapa aturan yg tidak cocok dengan saya. saya juga merasa di paroki saya ada umat yg selalu ikut campur urusan orang lain , suka memaksa orang lain,suka menggosip orang lain, iman dan perbuatannya sehari2 tidak sesuai.

  41. kuncinya biar khotbah tidak membosankan dan moton dan sesuai dgn kehidupan sehari2 umat yaitu aturan selibatdirubah, krn tidak mungkin org punya pengalaman kalau tidak menjalani kehidupan dari diri trlebih dahulu

  42. kuncinya untuk membuat khotbah romo tidak membosankan dan monoton hanya aturan selibat dirubah, krn tidak mngkin org akan bisa bersaksi menjelaskan kehidupansehari hari kalau tidak mengalami dari pribadi masing2 romo, secara kehidupan para biarawan sudah beda dgn jemaat ditambah lagi kedudukan biarawan merasa lebih suci dan tinggi daripada umat

  43. kuncinya untuk membuat khotbah romo tidak membosankan dan monoton yaitu aturan selibat dirubah, krn tidak mungkin org bisa menjelaskan kehidupan sehari2 tanpa pengalaman dari masing2 romo, secara kehidupan biarawan sudah beda dan para biarawan merasa kedudukannya lebih suci dan tinggi dari umat

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here