SAAT ini, 3 dari 5 bayi tidak mendapat ASI pada jam pertama kehidupan. Padahal, menyusui dalam satu jam setelah kelahiran, sangat penting untuk menyelamatkan hidup bayi baru lahir.
Apa yang harus dilakukan?
WABA (World Alliance for Breastfeeding Action) meluncurkan Pekan Menyusui Sedunia (World Breastfeeding Week) setiap tahun dari tanggal 1-7 Agustus di lebih dari 170 negara, untuk mendorong pemberian ASI, dan meningkatkan kesehatan bayi di seluruh dunia.
Diperkirakan 78 juta bayi, atau tiga dari lima, tidak disusui dalam satu jam pertama kehidupan. Hal ini menempatkan mereka pada risiko kematian dan penyakit lain yang lebih tinggi. Selain itu, juga membuat mereka cenderung kurang berhasil untuk terus menyusui.
Hal tersebut disimpulkan oleh UNICEF dan WHO dalam laporan baru pada Selasa, 31 Juli 2018. Sebagian besar bayi tersebut, lahir di negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Inisiasi Menyusui Dini
IMD (Inisiasi Menyusui Dini) adalah dukungan untuk bayi agar dapat menyusui pada jam pertama kehidupan. Laporan tersebut mencatat bahwa bayi baru lahir yang mendapatkan IMD, secara signifikan lebih mungkin untuk bertahan hidup.
Bahkan penundaan IMD beberapa jam setelah lahir dapat menimbulkan konsekuensi yang mengancam jiwa. Kontak ‘kulit-ke-kulit’ bersama dengan menyusu di payudara ibu, mampu merangsang produksi ASI ibu. ASI awal ini termasuk kolostrum yang juga disebut ‘vaksin pertama’ bayi, yang sangat kaya nutrisi dan antibodi.
IMD adalah memberikan ASI segera setelah bayi dilahirkan, biasanya dalam waktu 30 menit sampai 1 jam, pasca bayi dilahirkan.
Tujuan IMD adalah terjadinya kontak kulit dengan kulit ibu dan bayi, bayi menelan bakteri baik dari kulit ibu yang akan membentuk koloni di kulit dan usus bayi, sebagai mekanisme perlindungan diri. Selain itu, kontak kulit ke kulit akan meningkatkan ikatan kasih sayang ibu dan bayi, mengurangi perdarahan setelah melahirkan dan mengurangi terjadinya anemia pada ibu.
Dr. Henrietta H. Fore, Direktur Eksekutif UNICEF, menegaskan bahwa ketika sampai pada tahap awal menyusui, waktu adalah segalanya. Di banyak negara, kesempatan itu bahkan bisa menjadi masalah hidup atau mati.
Namun setiap tahun, jutaan bayi baru lahir kehilangan manfaat IMD dengan alasannya cukup sering merupakan hal yang dapat kita ubah. Laporan tersebut menegaskan bahwa Ibu sebenarnya hanya tidak menerima dukungan yang cukup, untuk menyusui dalam menit-menit penting setelah bayi lahir, bahkan dari tenaga medis di fasilitas kesehatan.
Angka keberhasilan IMD tertinggi di Afrika Timur dan Selatan (65%) dan terendah di Asia Timur dan Pasifik (32%). Hampir 9 dari 10 bayi yang lahir di Burundi, Sri Lanka dan Vanuatu justru telah disusui dalam satu jam pertama.
Sebaliknya, hanya ada 2 dari 10 bayi yang lahir di Azerbaijan, Chad dan Montenegro yang dilakukan IMD. Hasil Riskesdas di Indonesia menunjukkan bahwa IMD mengalami kenaikan dari 29,3% pada tahun 2010, menjadi 34,5% pada tahun 2013. Selanjutnya, persentase bayi baru lahir pada tahun 2016 yang mendapat IMD < 1 jam 42,7% dan > 1 jam 9,2 %, sedangkan bayi yang mendapat ASI Eksklusif sampai 6 bulan 29,5% dan kurang dari 6 bulan 54,0%.
Padahal, bayi baru lahir yang mulai menyusui antara 2-23 jam setelah lahir memiliki risiko kematian 33% lebih besar, dibandingkan dengan mereka yang mulai menyusui dalam satu jam setelah kelahiran. Di antara bayi baru lahir yang mulai menyusui sehari atau lebih setelah lahir, risikonya bahkan dua kali lebih tinggi.
Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO, menegaskan bahwa menyusui memberi anak permulaan terbaik dalam hidup. Oleh sebab itu, semua pihak, terutama tenaga kesehatan harus segera meningkatkan dukungan kepada ibu agar dapat melakukan IMD.
Semua anggota keluarga, tenaga kesehatan, bahkan juga pengusaha dan pemerintah, memiliki kewajiban untuk mendukung IMD sehingga ibu dapat memberikan anak mereka awal yang terbaik dan layak didapatkan.
Data dari 76 negara, menemukan bahwa meskipun pentingnya IMD sudah diketahui banyak pihak, tetapi terlalu banyak bayi yang masih dibiarkan menunggu terlalu lama, karena berbagai alasan. Misalnya dengan memberi minum bayi baru lahir, baik berupa madu atau cairan tertentu, seperti air gula atau susu formula bayi. Bahkan juga praktik buruk yang masih umum, seperti membuang kolostrum dan menunda kontak kulit ke kulit yang pertama antara bayi baru lahir dengan ibunya.
Kenaikan kejadian bedah caesar elektif di Mesir, bahkan meningkat lebih dari dua kali lipat antara tahun 2005 dan 2014, yaitu meningkat dari 20% menjadi 52%. Selama periode yang sama, tingkat IMD menurun dari 40% menjadi 27%.
Sebuah penelitian di 51 negara mencatat bahwa tingkat IMD secara signifikan lebih rendah pada bayi baru lahir yang dilahirkan melalui operasi caesar. Di Mesir, hanya 19% bayi yang lahir dengan bedah caesar yang mendapat ASI pada jam pertama setelah lahir, dibandingkan dengan 39% bayi yang lahir melalui persalinan alami.
Momentum Pekan Menyusui Sedunia 1-7 Agustus 2018, mengingatkan kita semua tentang pentingnya IMD dan ASI eksklusif untuk bayi.
Apakah kita semua sudah berbelarasa kepada bayi di sekitar kita, agar mereka mendapatkan haknya?