PEMBERIAN?
Pendengar zaman dulu tentunya paham akan keadaan para janda dalam komunitas mereka. Dan mereka akan membandingkan kisah itu dengan kenyataan yang sehari-hari. Dikatakan janda itu memberikan seluruh nafkahnya.
Ini akan dimengerti sebagai ungkapan bahwa sang janda masih butuh dan berhak mendapat perhatian sungguh. Jadi bukan semata-mata kisah mengenai nilai pemberian dari orang miskin? Bagaimana penjelasannya?
Iuran wajib bagi Bait Allah (seperti perpuluhan dst.) memang dipakai sebagian untuk pemeliharaan tempat ibadat dan keperluan upacara, tetapi sebagian besar dialokasikan sebagai bantuan bagi orang-orang miskin, yatim piatu, dan janda.
Semuanya diatur dalam anggaran Bait Allah. Orang yang tak punya apa-apa akan mendapat bantuan, asal betul-betul tak punya. Nah janda tadi memberikan seluruh “nafkahnya” yang tentunya diperoleh bukan dari bantuan tadi.
Dengan demikian ia akan berhak mendapat bantuan yang diperuntukkan baginya. Tentunya bantuan Bait Allah ini akan lebih besar daripada dua keping uang tembaga, yang tidak akan cukup untuk hidup sehari.
Tetapi bila sang janda memegang “nafkahnya” yang hari itu memang hanya dua uang tembaga receh itu bisa jadi ia tidak dianggap butuh bantuan resmi tadi – mungkin ia masih mendapat nafkah lain sampai cukup buat menyambung hidup.
Tetapi bila merelakan semua yang ada, maka ia akan dinyatakan tak punya apa-apa lagi dan hidupnya hari itu akan ditanggung yang berwajib. Tak usah kisah ini dimengerti sebagai ajakan memuji-muji sikap memberi sang janda tadi atau menyindir orang yang berduit.
Ia boleh dipuji dengan alasan lain yang akan diutarakan di bawah. Kisah ini pertama-tama ditujukan kepada para pengurus komunitas para murid agar siap memperhatikan orang-orang seperti janda yang tak memiliki apa-apa lagi sehingga hidupnya menjadi tanggungan jemaat.
Kisah ini disampaikan untuk menajamkan kepekaan terhadap orang yang berhak mendapatkan bantuan, bukan untuk meromantiskan mereka.
Namun demikian, keberanian sang janda dalam menyatakan diri tak punya apa-apa lagi dengan cara tadi patut dilihat sebagai penyerahan diri kepada kebaikan Tuhan. Mempercayakan diri sepenuhnya, inilah pengajaran Injil hari ini.
Bagaimana dengan orang yang memberi dari kelimpahan, yang tentunya dapat masih dapat menyandarkan diri pada harta milik yang ada padanya. Mereka, dan orang-orang seperti kita, diajak berani belajar semakin menyandarkan diri kepada Tuhan.
Tak perlu dengan cara pemberian, melainkan dengan cara yang akan melibatkan diri. Apa itu? Yesus tidak menunjukkan seluk beluknya. Dan Injil diam. Diserahkan kepada pemahaman dan kesuburan moral masing-masing. Prakarsa serta kreativitas masing-masing masih mendapat tempat. Dan ini termasuk Kabar Gembiranya.