Bergumul dengan kelemahan sering dirasa membosankan. Kelemahan layaknya ingin dihindari dan dibuang jauh-jauh. Namun tak mudah membuangnya, terlebih ketika kelemahan ini sudah menjadi bagian dari diri kita, bahkan ada sejak sebelum kita terlahir.
Hari-hari ini para frater tahun rohani Keuskupan Purwokerto sedang mengolah hidup batin dan melakukan penyembuhan batin, yang menggores akibat pengalaman ditolak, diremehkan, disalahkan dan ragu-ragu. Inner healing menjadi alat untuk menyadari kelemahan dan mengobatinya dengan tindakan terapeutik yang mengubah pengalaman buruk menjadi sahabat yang dicintai agar hidup makin positif dan berdaya guna.
Peluka batin
Bila kelemahan tetap dibiarkan sebagai kelemahan, si terluka batin menjadi si peluka batin bagi orang lain. Luka batin tidak cukup hanya diketahui penyebabnya, melainkan ditemukan obat penyembuhnya.
Luka akibat tindakan perlu mendapat obat dalam bentuk bentuk tindakan pula. Penyembuhan perlu dilakukan dengan sungguh-sungguh sadar dan ada keinginan untuk ingin sembuh. Penyembuh luka batin adalah diri sendiri (self hypnose) bersama Sang Tabib sejati yakni Yesus.
Mereka ingin mengalami penyentuhan jumbai jubah-Nya agar mendapat kekuatan penyembuhan, seperti wanita yang telah bertahun-tahun sakit pendarahan dan hanya dengan menyentuh jumbai jubah-Nya, ia sembuh. Iman menjadi kunci penyembuhan, sedangkan kasih adalah dasar penyembuhan.
Setelah para frater selesai berjumpa pribadi denganNya di ruang doa, mereka pergi satu persatu untuk menyelesaikan ritual penyembuhan pelengkap dengan membawa serpihan pengalaman hidup ditolak, diremehkan, disalahkan dan keragu-raguan.
Ada yang mau menggelandang, sambil menghayati spiritualitas keterhinaan, ada yang menjadi pemulung untuk menghayati sepiritualitas menghargai yang terbuang, dan sebagainya. Bergumul dengan kelemahan agar makin tampak kekuatan dibalik kerapuhan, karena kuasa-Nya begitu sempurna.
