INI bernama “Sudara” dan bukan “Saudara”. Hal ini perlu ditegaskan lagi, karena istilah itu tak jarang sering membingungkan orang.
“Sudara” adalah Perkumpulan Profesional Katolik Sumber Daya Rasuli.
Dalam kegiatan merayakan HUT-nya yang ke-25, Sudara menyelenggarakan seminar bertema “Semakin Katolik, Semakin Profesional untuk Indonesia”. Ini sebagai pengingat atas 25 tahun Sudara bereksistensi dalam karyanya bagi Gereja dan Indonesia.
Para narsum sukses
Seminar ini terjadi di Aula Gerja Katedral Jakarta hari Sabtu tanggal 22 September 2018 lalu dan menghadirkan sejumlah pembicara profesional Katolik yang sukses berkarya di bidangnya masing-masing. Mereka adalah Romo Simon Petrus Lily Tjahjadi Pr (Ketua STF Driyarkara Jakarya), Prof. Rhenald Kasali, Eddy Berutu, Herni Dian, Bernadette R. Themas, Yustinus Prastowo, dan Wishnu Nugroho.
Servant leadership
Romo Lily yang menjadi salah satu pembicara di seminar tersebut menekankan pentingnya kaum profesional Katolik untuk memegang etika profesi sebagai dasar pelayanan, di antaranya nilai-nilai keadilan (justice), hormat kepada diri sendiri (respect), menjalankan pelayanan dengan membangun kepercayaan.
Sementara , Prof. Rhenald Kasali dalam pemaparannya, menyatakan bahwa menjadi professional pada zaman sekarang tidaklah mudah. Ia menekankan bahwa zaman sudah berubah, dan karena itu cara berpikir pun harus berubah. “Jangan bawa cara berpikir hari kemarin untuk melihat hari esok,” pesan Rhenald untuk 200-an peserta dalam seminar tersebut.
Visi
Ketua Sudara, Lilik Agung, menyatakan bahwa visi Sudara saat ini tidak lagi sekedar untuk Gereja, tetapi juga untuk Indonesia.
Menurutnya, seminar yang menghadirkan para profesional Katolik yang sukses dibidangnya tersebut bertujuan menginspirasi kaum profesional Katolik lainnya untuk mulai melebarkan pelayanannya.
Ia pun mengajak para profesional Katolik untuk bergabung dalam Sudara dan ikut berkarya bagi Gereja dan juga bagi bangsa Indonesia. Khususnya di bidang pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang menjadi fokus kegiatan Sudara saat ini.
“Kami akan membantu lebih banyak ke publik sesuai dengan kompetensi kami dalam pengembangan SDM. Tidak sekedar hanya untuk kalangan Katolik tetapi umum. Silahkan kaum profesional Katolik bergabung di tempat kami dan dengan tangan terbuka kami akan menerima,” ungkap profesional asal Yogyakarta ini.
Tiga modalitas
Bagi dia, dari seminar kali ini muncul pesan bahwa kita sebagai profesional Katolik harus memiliki tiga hal. Yakni, pertama adalah integritas atau moralitas sebagai pegangan hidup dan ajaran Katolik kita.
Kedua adalah kapabilitas alias kemampuan kita. Lalu ketiganya adalah caritas, mutu pelayanan kita.
“Minimal tiga ciri itulah yang perlu ditunjukkan profesional Katolik saat ini,” demikian pesan Lilik.