Jumat 23 Juni 2023.
- 2Kor. 11:18,21b-30.
- Mzm. 34:2-3,4-5,6-7.
- Mat. 6:19-23
UNTUK mengukur dimana perhatian dan hati kita, cukup kita lihat berapa waktu dan biaya kita keluarkan untuk sesuatu itu.
Hati kita terpaut di tempat di mana kita menghabiskan uang dan waktu kita.
Bagi sebagian dari kita, mungkin hati kita berada di rumah—karena untuk itulah kita menghabiskan waktu dan uang untuk kehidupan di rumah.
Mungkin hati kita berada di handphone kita. Atau di mobil kita. Atau di olahraga atau hobi di mana kita menghabiskan sebagian bersar waktu dan uang kita.
Di mana pun kita menginvestasikan uang kita, maka di situlah hati kita tertuju.
Begitu halnya dengan waktu. Di mana pun kita menghabiskan waktu kita memperlihatkan prioritas kita.
Kita bisa berkata mencintai anak-anak, tetapi apakah kita sungguh-sungguh menghabiskan waktu bersama anak-anak kita?
Jika tidak, itu artinya kita tidak benar-benar mencintai mereka sedalam yang kita pikirkan.
Kita bisa berkata kita senang memiliki tubuh yang sehat dan bugar, tetapi apakah kita berolahraga?
Jika tidak, itu artinya kita tidak sungguh-sungguh ingin menjadi bugar.
Dalam Injil hari ini kita dengar demikian,
“Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya.
Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.
Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.”
Dalam Injil hari ini, Yesus menasihati para murid-Nya untuk tidak mengumpulkan harta yang gampang dimakan ngengat atau dicuri orang melainkan harta surgawi.
Waktu dan harta yang kita miliki, menjadi aset yang berharga untuk membangun kehidupan yang membahagiakan baik di dunia maupun di surga.
Waktu dan harta duniawi akan semakin bernilai untuk kehidupan kita jika bisa dijadikan harta surgawi.
Apa yang dimaksudkan Yesus dengan harta surgawi itu?
Harta surgawi itu adalah perbuatan-perbuatan baik terhadap Tuhan dan sesama.
Perbuatan-perbuatan baik itu adalah ibarat bahan bangunan yang dikirim ke surga untuk membangun rumah masa depan.
Hal itu tentu tidak berarti bahwa kita melarikan diri dari urusan dunia ini.
Urusan di dunia ini tetap penting. Tetapi urusan di dunia ini tidak boleh sedemikian rupa sampai kita tidak memperoleh harta surgawi.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku menggunakan harta dan waktuku dengan untuk kebaikan bersama?