BERBEDA dibanding serial Ip Man sebelumnya yang penuh adegan duel mempertontonkan kehebatan kungfu, serial terakhir dengan judul Ip Man: The Final Fight ini lebih mengesankan sebagai film drama dengan latarbelakang kungfu. Jadi, seni beladiri China yang hebat ini bukan lagi menjadi “sajian utama” dalam film ini, melainkan kungfu hadir sebagai nilai kehidupan darimana manusia seharusnya bisa menata diri dan mengatur hidupnya.
Kungfu sebagai filosofi hidup inilah yang senyatanya dilakoni oleh Master Ip Man (Anthony Wong), ahli kungfu aliran wing chun ketika menggelar sekolah bela diri tanpa nama di sebuah atap apartemen di Hong Kong. Kepada murid-muridnya, dia selalu berpesan bahwa kungfu harus dimaknai lebih sebagai filosofi kehidupan daripada seni untuk bela diri dan apalagi harus mencelakakan orang lain.
Karena itu, bagi Master Ip Man ini kungfu jangan menjadi ajang bisnis dan itulah mengapa dia menolak pasang plang papan nama untuk menamai sekolah kungfunya. Kungfu adalah seni kehidupan dimana manusia bisa mengatur dirinya dan menjadi berharga, bermartabat di masyarakat.
Demi martabat kemanusiaan itulah, kungfu lantas bisa dimanfaatkan sebagai alat pertahanan diri dan teknik untuk menguasai nafsu-nafsu jahat sebagaimana tampil dalam diri manusia tamak bernama Dragon. Terhadap preman inilah, kungfu di tangan Master Ip Man menjadi alat untuk menaklukkan kejahatan.
Selebihnya Ip Man: The Final Fight adalah drama kehidupan manusia dengan setting padepokan kungfu di Hong Kong era tahun 1949-an pasca pendudukan Jepang. Maka dari itu, menikmati indahnya dialog antar para suhu kungfu yang saling melempar “pantun” puitis menjadi daya tarik film ini. Jangan terlalu menaruh perhatian pada duel kungfunya, karena ini hanya akan membuat kecewa.
Tapi kalau fokus kita adalah menikmati indahnya dialog filosofi kehidupan dengan nafas nilai-nilai kungfu, maka Ip Man: The Final Fight menjadi film yang berbobot.
Apalagi ketika Ny Ip Man bernama asli Cheung Wing Sing (Anita Yuen) rela meninggalkan Foshan –tanah kelahiran mereka di Daratan China—untuk sejenak menikmati Hong Kong sekedar menjenguk suaminya mencari nafkah sebagai guru kungfu aliran win chun. Adegan berbagi selimut dengan mata saling pandang ini begitu indah, karena simbolisme kehangatan manusia tercermin melalui kesediaan untuk berbagi kisah, cerita dan tentusaja tidur di bawah satu selimut.
Pertemuan suami-istri itu ternyata menjadi pertemuan terakhir kalinya. Beberapa tahun berselang Ny Ip Man meninggal dunia dengan seorang putra tunggalnya di Foshan. Lalu, tanpa diduga kehangatan kemanusiaan di Hong Kong akhirnya datang kepada Guru Ip Man dari seorang penyanyi bernama Jenny (Zhou Chuchu) yang takut akan kesepian.
Ip Man dalam perkembangan waktu beranjak menjadi tua. Pada masa itu, putra tunggalnya Ip Chun akhirnya memutuskan meninggalkan Foshan dan hidup bersama dengan Guru Ip Man di Hong Kong, namun belakangan meninggalkannya karena kurang menyetujui hubungan kasih ayahnya dengan Jenny, penyanyi klab malam ini.
Film Ip Man: The Final Duel berakhir dengan secuil kisah film documenter tentang guru Ip Man ketika berlatih kungfu aliran win chun. Beberapa tahun kemudian, tokoh ini menjadi legenda besar setelah salah satu muridnya bernama Bruce Lee menjadi tokoh penting dalam dunia persilatan Hong Kong yang berhasil mengibarkan kungfu sebagai jagad hiburan dalam industry perfilman Hong Kong dan kemudian China.