MUTIARA IMAN
Senin, 20 Feb 2012
LECTIO:
Yak.3:13-18
Mzm.19:8,9,10,15
Mrk.9:14-29
MEDITATIO:
Dalam suatu rumah tangga, semula tercipta suasana damai dan tenteram. Hubungan dan kehangatan antar anggota terjalin dengan baik. Anak-anak sangat hormat kepada orang tua, sebaliknya orangtua pun sangat mencintai anak-anaknya. Masalah timbul ketika orang tua, membagi warisan kepada kedua anaknya. Satu anak mendapat warisan tanah dan rumah, sedangkan satu anak mendapatkan warisan usahanya. Orang tua tidak mengira bahwa pembagian warisan itu menyebabkan perpecahan daalm keluarga. Hubungan kedua anaknya menjadi renggang dan malah cenderung ke permusuhan.
Memang benar apa yang dikatakan oleh Rasul Yakobus bahwa rasa iri dan hanya mementingkan diri sendiri bisa mengakibatkan kekacauan. Rasa iri adalah rasa tidak puas dengan apa yang diterimanya dan melihat milik orang lain lebih baik. Rasa iri itu mengakibatkan orang tidak lagi mensyukuri yang diterimanya dan menganggap orang lain lebih beruntung.
Rasa iri mengakibatkan munculnya rasa benci. Sebagai orang beriman, Rasul Yakobus mengajak kita untuk tidak membiarkan rasa iri itu muncul dan menguasai hidup kita sebab akibat rasa iri hanya akan memperburuk kehidupan. Yakobus justru mengajak kita mengembangkan rasa syukur, pendamai, ramah, penuh kasih. Buah dari sikap-sikap itu adalah kedamaian, kehangatan dan keindahan hidup.
CONTEMPLATIO:
Ambillah waktu beberapa saat utk hening. Dalam keheningan itu, ingatlah peristiwa Anda pernah iri keapda orang lain. Bayangkan suasana batin Anda bila muncul perasaan semacam itu. Bersyukurlah akan apa yang Anda terima dari Tuhan atau dari org lain. Bangunlah sikap syukur dalam hati Anda……..
ORATIO:
Tuhan, ajarilah aku utk bersyukur apapun yg aku terima dan jauhkanlah aku dari rasa iri, yg bisa merusak suasana hatiku. Demi Kristus, Tuhanku. Amin.
MISIO:
Hari ini aku akan membuang rasa iri dan menggantikannya dengan rasa syukur.