Bacaan 1: Yun 4:1 – 11
Injil: Luk 11:1 – 4
IRIHATI adalah sifat manusiawi yang mudah muncul. Terutama saat melihat orang lain sukses. Kadang seseorang tidak bisa menerima saat melihat orang lain berhasil.
Benarkah saya lebih pantas mendapat berkah dibanding orang lain?
Sebagai bangsa yang diberkati Allah dan menyandang “umat Allah”, Yunus tidak rela jika Allah memberkati Kota Niniwe yang nota bene tidak mengenal Allah alias kafir.
Kota Niniwe sebagai ibukota Kerajaan Asyur, telah berlaku begitu jahat. Namun saat Yunus memaklumkan sabda-Nya, bahwa kota itu akan dihukum Allah dalam empat puluh hari, maka seluruh bangsa dengan komando Raja Asyur melaksanakan pertobatan.
Pertobatan itu sampai kepada Allah dan hukuman tidak jadi dilaksanakan-Nya.
Tuhan Allah memiliki hak prerogatif kepada siapa berkat Ia akan berikan.
Apalagi jika orang tersebut mau bertobat dan melaksanakan kehendak-Nya. Meski orang tersebut tidak mengenal-Nya.
Yunus sangat kesal, irihati dan tidak rela jika Allah mengampuni Niniwe.
“…Jadi sekarang, ya TUHAN, cabutlah kiranya nyawaku, karena lebih baik aku mati dari pada hidup.”
Yunus merasa lebih baik mati daripada melihat Niniwe diampuni.
Dalam pengajaran-Nya kepada para murid, Tuhan Yesus mengajarkan doa yang singkat namun efektif. Doa yang intinya adalah tentang pengampunan.
“ …dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kamipun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.”
Mengampuni orang lain memang adalah hal tersulit, perlu kerendahan hati.
Ibadah tidak ada gunanya selama seseorang tidak mampu mengampuni sesamanya.
Pesan hari ini
Mengapa harus irihati saat melihat orang lain sukses? Dalam berelasi dengan Tuhan maka pengampunan kepada pihak lain menjadi hal yang utama.
“Aku mencintaimu setiap hari. Dan sekarang, aku akan merindukanmu setiap hari. Tetaplah pakai maskermu dan jaga jarakmu.”