ISTRI dalam bahasa Jawa disebut “garwa”, yang artinya “sigaraning nyawa” atau belahan jiwa. Jiwa yang satu dibelah dua atau “dua badan satu nyawa”.
Yah…benar, aku setuju bahwa pasangan suami istri adalah sebuah kesatuan. Ini berarti setiap pasangan adalah kesatuan padu yang tak terpisahkan, yang harus saling mendukung, menerima serta menyesuaikan diri.
Mengandung arti pula bahwa pasangan suami istri harus bisa bergaul dan saling menghormati, menjaga perasaan, mencintai. Dan yang tidak kalah penting adalah saling menjaga kehormatan pasangannya. Bahkan dalam ajaran gereja dikatakan bahwa suami istri telah dipersatukan menjadi satu utuh, tak terceraikan.
Maka setiap upaya perceraian akan ditentang Gereja, walaupun dalam kasus-kasus khusus tertentu gereja akhirnya memberikan “izin”. Itu pun karena alasan yang sangat mendasar dan melalui penelitian yang sangat mendalam serta butuh waktu lama.
Istri baik adalah rahmat Tuhan bagi suami
Tidak semua laki-laki beruntung menemukan istri yang baik dan ideal. Tidak sedikit istri justru menjadi “neraka” bagi suami dan keluarganya. Aku tak hendak membahas yang ini. Aku hanya mau menyampaikan bahwa intinya tidak semua laki-laki beruntung menemukan istri yang baik.
Memiliki istri yang baik merupakan rahmat Tuhan. Ini impian bagi laki-laki. Istri yang baik tidak dilihat dari paras wajah atau fisik semata. Lebih dari itu dari perilaku dan hatinya secara utuh, yaitu bagaimana istri menempatkan diri sebagai pasangan suami dan sekaligus sebagai ibu rumah tangga, memperlakukan dan/atau bersikap pada suami, anak-anak dan keluarga besarnya.
Istri yang baik akan menerima secara utuh seorang suami sesuai apa adanya, selalu mendukung dan berada bersama keputusan suami. Istri yang baik akan setia dalam suka maupun duka.
Istri yang baik akan menjadi motivator dan semangat bagi suami dalam berkarya, menjadi pilar kekuatan dalam menghadapi tantangan hidupnya.
Bila semua harapan itu terjadi, setiap suami akan selalu bangga pada istri sebagai pasangan hidupnya. Suami harus menyadari bahwa istri adalah bagian terpenting dari hidupnya, apalagi bila buah hati yang menjadi bukti cinta kasih suami istri sudah hadir di tengah mereka. Lengkap sudah kebahagiaan pasangan manusia ini. Maka istri adalah rahmat Tuhan bagi suami.
Tantangan kesetiaan pasangan suami-istri
Proses membangun rumah tangga adalah proses yang tidak selesai sampai kematian memisahkan. Karenanya komitmen harus terus menerus dijaga sepanjang hidup meski tantangan yang dihadapi tidak mudah.
Dalam hal ini kekuatan kesetiaan akan selalu terus diuji. Kekuatan cinta dan kesetiaan akan dicoba seiring dengan berjalannya waktu.
Segala sesuatu yang dulu kelihatannya serba menarik akhirnya memudar dan menjadi biasa saja. Wanita yang dulu tampak cantik, seksi sekarang tampak biasa apalagi bila sudah melahirkan anak. Dimata istri, suami juga akan alami perubahan. Yang dulu ganteng, gagah akan menjadi tua, rapuh dan tak sigap lagi. Yang dulu bisa bekerja dengan hebat, bisa saja tida-tiba loyo.
Di sinilah tantangan bagi isteri/suami untuk membuktikan dirinya sebagai pendamping dan penolong yang setia. Isteri harus mampu terus mendukung suami jika sedang menjalani masalah dan keadaan yang tidak menyenangkan.
Setiap doa, dorongan, penyertaan, kesetiaan dan kesabaran yang senantiasa diberikan seorang istri pasti menjadi pondasi kuat bagi suami untuk menjalani hidupnya.
Pasangan suami istri yang tetap erat bergandengan tangan dalam suka dan duka, saling meneguhkan, akan tetap kuat dalam mengarungi bahtera rumah tangga dengan segala masalah yang ada. Hingga pada akhirnya dapat meraih kemenangan bersama di hadapan Tuhan.
Sebagai suami aku terus bersyukur atas anugerah Tuhan. Ia memberikan aku istri yang baik. Dia jujur dan selalu setia menjaga kehormatan rumah tangga. Aku bersyukur dengan menjaga dan menerima apa adanya dia dengan segala kelebihan dan kekurangannya serta selalu berusaha setia.
Sebagaimana Kitab Amsal menyatakan “Istri yang cakap adalah mahkota suaminya, tetapi yang membuat malu adalah seperti penyakit yang membusukkan tulang suaminya” (Pasal 12:4) dan “Istri yang cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada permata” (Pasal 31:10).
Aku bersyukur karena istriku sungguh telah menjadi mahkota bagi hidupku. Terima kasih Tuhan.