SUSTER Valencia FSGM sungguh tak bisa menyembunyikan guratan wajahnya yang memancarkan kelelahan super maksimal. Tidak hanya biarawati fransiskanes Pringsewu ini saja yang mengalami kelelahan dan kepenatan fisik, usai menempuh perjalanan panjang dan lama dari Lampung menuju Manado dan kemudian ‘naik’ ke Utara menuju kawasan perbukitan di Tomohon hingga akhirnya ‘mendarat’ dengan sempurna di Tataaran, Tondano.
Perjalanan amat panjang dan super lama Kontingen Keuskupan Tanjungkarang menuju perhelatan iman Indonesian Youth Day ke-2 di Keuskupan Manado mulai 1-6 Oktober ini sudah berlangsung sejak hari Jumat dinihari waktu Lampung. Beberapa OMK Keuskupan Lampung yang tinggal di kawasan udik dan jauh dari Tanjungkarang sudah harus rela datang ke ‘pusat kota’ sehari sebelumnya. Namun, sejumlah OMK Tanjungkarang yang tinggal di kawasan pinggiran kota mau tidak mau juga sudah harus rela meninggalkan rumah mereka usai tengah malam menuju titik keberangkatan di Tanjungkarang dan kemudian bersama-sama terbang menuju Jakarta.
Penerbangan jarak jauh dari Lampung menuju Sulawesi Utara melewati rute Tanjungkarang, Jakarta, Samarinda di Kaltim dan baru kemudian mendarat mulus di Bandara Internasional Sam Ratulangi di Manado, Ibukota Provinsi Sulut. “Total jenderal kami terbang kurang lebih 7 jam dari Tanjungkarang menuju Manado plus tambahan beberapa menit transit.
Waktu yang sedemikian lama itu belum termasuk alokasi beberapa jam lagi untuk menempuh perjalanan dari rumah menuju titik temu pemberangkatan. Banyak anggota kontingen Keuskupan Tanjungkarang harus datang lebih awal sehari sebelumnya untuk bisa bertemu tepat waktu dan baru kemudian bisa berangkat bersama-sama,” tutur suster biarawati Pujakesuma (Puteri Jawa Kelahiran Sumatera di Lampung) ini.
Namun, semua kelelahan dan kepenatan fisik yang luar biasa disertai lapar dan kantuk yang mungkin sudah memuncak di ubun-ubun itu akhirnya terbayarkan, begitu kaki mereka menginjak Kota Nyiur Melambai –sebutan populer untuk Manado. Alunan musik kolintang suguhan para OMK Manado plus wajah-wajah ramah para penyambut tamu di terminal kedatangan domestik di Bandara Internasional Sam Ratulangi Manado membuat rombongan kontingen Lampung ini merasa diri diterima secara hangat penuh semangat persaudaraan.
Kegembiraan mereka semakin lengkap dengan sambutan yang super meriah yang terjadi di seluruh akses jalan menuju Gereja Katolik St. Antonius Padua Paroki Tataaran di Tondano, sekitar 50 km dari pusat kota Manado.
***
Waktu di Pineleng sudah menunjukkan pukul 16.30 WITA ketika Santa Monika Ngantung akhirnya datang menjemput rombongan Tim Dokpen KWI terdiri dari Kadokpen Pastor FX Adisusanto SJ dan Harini di Pastoran Paroki St. Fransiskus Xaverius Pineleng, lokasi media center Panitia Indonesian Youth Day ke-2 Manado. Ikut dalam rombongan Monika ini adalah editor senior Radio Vatikan Robin Gomes yang datang langsung dari Roma, editor senior AsiaNews –sebuah portal berita katolik yang juga berbasis di Roma, dan PemredSesawi.Net.
Tim Dokpen KWI dan Sesawi.Net mengenal Monika Ngantung sejak setahun lalu. Perkenalan itu terjadi di forum Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI ke-4) di Cipanas, Jabar, Oktober 2015. Waktu itu, Monika Ngantung mengikuti SAGKI ke-4 sebagai anggota rombongan kontingen Keuskupan Manado di perhelatan perjumpaan nasional umat katolik dari 37 Keuskupan di seluruh Indonesia yang diampu oleh Komisi Keluarga KWI.
Namanya memang Santa Monika Ngantung. Sesuai namanya yang diawali dengan kata ‘Santa’, perempuan muda nan enerjik ini memang luar biasa tangguhnya. OMK asli Minahasa dari kawasan Tondano ini datang menyetir sendiri bersama rombongan tim penjemputan di Bandara guna memfasilitasi transportasi bagi ke-58 anggota rombongan Kontingen Keuskupan Tanjungkarang. Ketika rombongan kontingen akhirnya melewati Pineleng, barulah Monika datang menjemput kami untuk bersama-sama menuju Tataaran, lokasi dimana ke-58 anggota rombongan Kontingen Keuskupan Tanjungkarang ini akan memulai program live in mereka di antara umat katolik dan non katolik di Tataaran, Tondano.
Trengginasnya Monika Ngantung itu dibuktikan dengan terampilnya dia menyetir menyusuri jalanan meliuk-liuk nan sempit sepanjang Tomohon menuju Tataaran di Tondano. Arus lalu lintas pada hari Jumat malam itu sungguh tak nyaman. Di beberapa titik jalan sudah terjadi kemacetan, karena badan jalan sungguh sempit dan terjal plus volume arus kendaraan meningkat pesat selama beberapa hari jelang IYD 2016 di Manado.
Akhirnya, rombongan tim Dokpen KWI, AsiaNews, Radio Vatikan, dan Sesawi.Net benar-benar mengalami kebuntuan di ujung jalan. Kendaraan Monika terhenti menuju titik terakhir. Arus lalu lintas benar-benar telah macet oleh padatnya ribuan manusia yang datang menjemput dan kemudian ‘mengerumuni’ kedatangan Kontingen Keuskupan Tanjungkarang.
***
Inilah Manado dan tipikal masyarakat Minahasa di Tondano. Keramahan mereka sungguh tidak bisa dibendung. Mereka menujukkan kehangatan tersebut kepada rombongan Kontingen Keuskupan Tanjungkarang yang berjumlah 58 orang terdiri dari OMK, dua pastor, dan empat suster biarawati plus 3 panitia lokal dari Manado. Di sepanjang jalan menuju titik temu di depan Gereja St. Antonius Padua Tataaran di Tondano itu, ribuan orang datang menyemut hingga memenuhi sudut-sudut jalan raya.
Suasana pada Jumat malam itu sungguh sejuk untuk ukuran orang Jakarta. Namun di malam itu, kesejukan alam Tondano yang indah di tengah semilirnya angin pegunungan serasa langsung mengubah suasana menjadi ‘hangat’ dan mungkin juga ‘panas’. Luapan kegembiraan yang membuncah bungah di sepanjang jalan utama menuju Gereja Katolik St. Antonius Padua Tataaran menjadi suasana umum pada malam itu.
** Artikel lengkap dari berita ini bisa diakses di website Dokpen KWI.