GURU yang baik adalah mengajar muridnya dengan hati. Bagi saya, seorang guru tidak hanya mengajari ilmu pengetahuan kepada murid–muridnya. Tapi juga mendidik mereka.
Mendidik berarti membina kepribadian murid. Tidak harus belajar etika dulu, baru kemudian bisa mendidik.
Setiap guru bisa menerapkan pendidikan baik untuk muridnya. Salah satunya dengan menyediakan diri menjadi menjadi sahabat untuk muridnya. Sebagai guru dan mampu memposisikan diri sebagai sahabat, maka kita akan lebih mampu mengenal lebih jauh pribadi setiap murid.
Mendengarkan
Dengan demikian, menjadi guru tidak hanya kegiatan berdiri di depan kelas. Menyampaikan materi ajar. Tapi juga kegiatan mendengarkan “isi hati” para murid. Memampukan diri menjadi pendengar yang baik dan tekun. Mau mendengarkan kesulitan yang sedang dihadapi murid.
Dengan berani dan mau mendengarkan “jeritan hati”mereka, guru bisa mengenal lebih intens masing-masing pribadi para muridnya.
Saya ingat semasa mengenyam pendidikan dasar. Hingga saat ini, sosok guru tertenulah yang selalu saya ingat. Guru yang baik akan dikenang dengan kisah kebaikannya. Yang dia ajarkan dan juga dia hayati sebagai perilakunya.
Hal sama juga berlaku yang sebaliknya. Jika gurunya galak, sok jaim dan pasang aksi agar ditakuti oleh siswa–siswinya, pastinya yang diingat yang sebaliknya.
Guru memang tidak mudah bisa memahami satu persatu setiap muridnya. Namun untuk membantu perkembangan, menjalin komunikasi yang baik menjadi solusi terbaiknya. Dengan komunikasi, jarak emosional antara guru dan murid bisa diperpendek.
Menjadi sahabat
Menjadi sahabat dan teman berdiskusi akan menciptakan atmosfir nyaman bagi kedua belah pihak. Juga bisa mendorong siswa berkreasi dan mengembangkan bakat serta ilmu pengetahuannya.
Bagi saya yang menjadi guru, kedekatan emosi dengan siswa tetap harus selalu diretas agar materi keilmuan bisa dengan lebih mudah disampaikan dan juga diterima siswa.
Memahami karakter
Bagaimana guru bisa mengenali muridnya, jika tidak memahami terlebih dahulu karakter murid tersebut?
Saya ingat pengalaman pribadi belasan tahun lalu. Karakter seorang guru menjadi mengesankan. Karena sosoknya yang cerdas dan kreatif. Setiap kali mengikuti mata pelajaran guru tersebut, rasanya waktu pelajaran terasa singkat. Juga karena kedekatan guru itu dengan kami, para muridnya. Semua itu membuat kami bersemangat sekolah dan mengerjakan tugas.
Pendek kata, jangan pasang muka seram sebagai guru di hadapan murid. Sebaliknya, mari menjadi guru sekaligus sahabat yang mampu dipercaya murid.
Terimakasih bapak-ibu guruku dulu. Karena ilmu yang diberikan padaku di bangku sekolah itu telah merestas sukses. Keberhasilanku saat ini adalah buah karya guruku.