Jalan Kerendahan Hati dalam Pertobatan

0
590 views
Ilustrasi -Menghembuskan gosip dan isu tak benar di tengah masyarakat sehingga terpecah. (Ist)

Sabtu, 5 Maret 2022

  • Yes 58:9b-14.
  • Mzm: 86:1-1.3-4.5-6.
  • Luk. 5:27-32

DI dalam masyarakat, sering terjadi bahwa seseorang diperlakukan secara berbeda kerena alasan tertentu.

Ada yang karena alasan pernah berbuat kesalahan dan dosa, lalu dihindari; bahkan disingkirkan.

Seakan-akan orang yang pernah berdosa itu tidak pantas hidup berdampingan dan sebaiknya dijauhi.

“Apakah kamu tidak tersinggung dengan omongan orang-orang terhadapmu?” tanya seorang bapak pada kawannya.

“Saya tidak merasa tersinggung lagi, mungkin sudah kebal atau karena sudah terbisa menerima sikap seperti itu,” sahut temannya itu.

“Semua orang menatapmu sinis dan kurang menghargaimu,” kata bapak itu.

“Bagi saya, sikap mereka kepadaku tidak menambah atau mengurangi kebahagiaan maupun penderitaanku,” jawab temannya itu.

“Kalau saya terlalu perhatian pada sikap mereka, saya mungkin sudah hancur dan tidak akan bertahan sampai seperti ini,” lanjutnya.

“Yang penting, saya tidak merugikan,” lanjutnya.

“Untuk itu, saya tidak harus bertanggungjawab terhadapan kemarahan, kekecewaan; bahkan kesombongan serta keangkuhan mereka,” ujarnya.

“Ini hidupku. Dan saya punya keyakinan untuk menjalani jalan pertobatan di dalam kehidupan ini,” katanya.

“Biarlah pandangan negatif mereka menjadi cambuk dalam hidupku untuk lebih hati-hati dan lebih rendah hati,” katanya lagi.

Dalam bacaan Injil hari ini, kita dengar demikian:

“Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bersungut-sungut kepada murid-murid Yesus, katanya: “Mengapa kamu makan dan minum bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa? ” 

Lalu jawab Yesus kepada mereka, kata-Nya: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat.”

Kadang muncul dalam benak kita bahwa ada orang-orang yang kita anggap tidak layak untuk menerima belas kasih Tuhan, karena dosa dan kesalahan yang mereka lakukan.

Tetapi berlawanan dengan pemikiran seperti ini, Tuhan Yesus justru datang “bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat”

Tuhan Yesus terus memanggil orang-orang berdosa kepada pertobatan.

Sayangnya, kita kadang menolak kehadiran orang-orang yang memiliki masa lalu yang buruk. Kita khawatir mereka akan membawa pengaruh buruk.

Sikap ini menunjukkan bahwa hati kita belum sepenuhnya dikuasai oleh kasih Kristus sehingga kitapun memerlukan pertobatan.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku mau bersahabat dengan orang yang dianggap berdosa?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here