Puncta 05.05.23
Jum’at Paskah IV
Yohanes 14:1-6
BIMA berguru kepada Begawan Durna. Ia ingin mencari “kabegjaning urip sing sejati,” atau kesempurnaan hidup yang sesungguhnya.
Bagi Durna ini adalah kesempatan untuk menunjukkan ketaatannya kepada Duryudana untuk melenyapkan Bima, sekaligus menguji kesetiaan murid kepada gurunya.
Untuk mendapatkan kesempurnaan hidup, Durna menyuruh Bima mencari “kayu gung susuhing angin” di tengah hutan belantara.
Sesudah “ngobrak-abrik” seluruh hutan, ternyata Bima tidak menemukannya. Bima harus berperang dengan dua raksasa yang tinggal di sana.
Bima tidak mundur, ia datang lagi kepada Durna. Ia minta ditunjukkan jalan agar bisa memperoleh kebahagiaan sejati.
Durna lalu menyuruh Bima mencari “tirta pawitra mahening suci” atau “banyu suci perwita sari’ yang terletak di dasar samudra.
Bima terjun ke dasar samudera. Ia harus bertempur dengan seekor naga raksasa. Ketika naga dikalahkan, Bima berjumpa dengan Dewa Ruci, guru sejatinya Bima.
Ia diminta masuk ke dalam tubuh Dewa Ruci dan diwejang tentang ilmu “sangkan paraning dumadi” atau asal tujuan segala kehidupan.
Di situlah Bima menemukan kesempurnaan hidup yang sesungguhnya.
Kepada Tomas, Yesus berkata, “Akulah jalan, kebenaran dan hidup. Tidak seorang pun dapat datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”
Yesus adalah jalan, karena Ia mengantarkan kita sampai pada keselamatan (manunggaling kawula-Gusti; bersatunya Allah dengan manusia).
Sabda Yesus adalah sabda kebenaran. Sabda-Nya itu dijamin oleh kerelaan-Nya mati di salib.
Ia tidak hanya menyuruh seperti Durna yang menjerumuskan Bima. Tetapi Yesus berani mati demi kebenaran sabda-Nya.
Yesus adalah kehidupan. Barang siapa mengikuti jalan yang benar seperti yang dikatakan Yesus, ia akan memperoleh hidup sejati.
“Banyu suci perwita sari” adalah sakramen baptis. Bima mendapatkan banyu suci dan dia bertemu dengan Dewa Ruci. Daripadanya Bima menemukan kehidupan sejati.
Kita yang dibaptis dengan air dan Roh, juga menemukan sumber keselamatan dalam Kristus.
Kristus menjamin keselamatan kita dengan berkata, ”Percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku, di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal.”
Dengan beriman kepada Kristus, kita akan menemukan jalan menuju rumah Bapa. Kita semua sedang berziarah menuju rumah Allah. Jangan sampai salah jalan. Jangan sampai tersesat.
Jalan yang benar kepada hidup sejati adalah Kristus sendiri. Hati-hatilah di dunia ini banyak “Durna-durna” yang menawarkan ilmu-ilmu kebahagiaan. Jangan mudah terkecoh dan terjerumus.
Kalau ke Kudus bisa lewat Ungaran,
Mampir di Semarang membeli Lumpia.
Yesus adalah jalan dan kebenaran,
Lewat Dia kita sampai ke rumah Bapa.
Cawas, lewat Jalan yang pasti….