“Di situ akan ada jalan raya, yang akan disebut Jalan Kudus; orang yang tidak tahir tidak akan melintasinya, dan orang-orang pandir tidak akan mengembara di atasnya.” (Yes 35,8)
DI Purwokerto ada Jalan Masjid, karena di jalan tersebut terletak bangunan sebuah Masjid Agung; juga ada Jalan Gereja, karena di jalan itu terdapat sebuah bangunan gereja, yakni Gereja Katedral; juga ada Jalan SMP 5, karena di jalan tersebut terdapat kompleks sekolah SMP 5. Nama-nama jalan sering berkaitan dengan bangunan yang terdapat di jalan tersebut.
Penamaan jalan ini berbeda dengan nama beberapa jalan yang berada di dekat Taman Suropati, Jakarta. Beberapa jalan menggunakan nama daerah, seperti Jalan Banyuwangi, Jalan Padalarang, Jalan Purwakarta, Jalan Lembang, Jalan Bandung, dsb. Nampak ada banyak rumah yang besar dan berpagar tinggi dan dijaga oleh beberapa Satpam; bahkan ada sebuah rumah yang dijaga oleh beberapa tentara secara bergantian.
Nabi Yesaya juga menyebutkan sebuah jalan raya, yang disebut Jalan Kudus. Saya mencari tahu jalan tersebut di dalam Google Map. Ternyata Jalan Kudus terletak di Kota Tegal, Jawa Tengah dan bukan di Kota Kudus. Sekalipun demikian saya tidak begitu yakin, apakah itu yang dimaksudkan oleh Nabi Yesaya dengan Jalan Kudus adalah sebuah jalan yang berada di Kota Tegal? Bukankah Nabi Yesaya hidup sekitar abad ke-8SM dan kota Tegal mulai berdiri sekitar tahun 1500-an? Bagaimana mungkin Nabi Yesaya sudah memahami Kota Tegal?
Mungkinkah sebuah jalan disebut Jalan Kudus, karena di situ tinggal seorang Pribadi yang Kudus? Kudus atau suci adalah sifat Allah. Maka jalan tersebut disebut Jalan Kudus, karena di sana Allah bersemayam atau bertahta dengan segala keagungan-Nya. Jalan tersebut tidak hanya dijaga oleh para Satpam, tetapi oleh para malaikat dan bala tentara surgawi.
Maka bisa dipahami, kalau orang-oarng yang tidak tahir tidak akan melintasinya. Orang yang tidak tahir adalah orang yang masih dikuasi oleh dosa dan kejahatan. Kuasa dosa dan kejahatan tidak akan berani berhadapan dan berdekatan dengan kekudusan Allah. Orang-orang pandir pun tidak akan mengembara di Jalan Kudus. Orang pandir adalah orang yang bodoh dan bebal. Mereka lebih suka menuruti kata hatinya sendiri dari pada setia kepada kehendak Allah. Menurut Amsal, mereka akan mendapat cemooh dan binasa oleh perkataannya sendiri; mereka tidak akan tahan berdiri di hadapan Allah, kata pemazmur.
Mungkinkah diriku merupakan salah satu dari sekian banyak orang yang tidak tahir yang tidak akan melintasi Jalan Kudus dan orang pandir yang tidak akan mengembara di atasnya? Berkah Dalem.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)