Judul: Seandainya Indonesia tanpa Katolik
Penulis: A. Eddy Kristiyanto, OFM
Penerbit: Penerbit Obor Jakarta, 2015
Tebal: 304 halaman
KISAH-kisah awal masuknya agama Katolik di wilayah Nusantara diceritakan dengan gamblang, beserta latar belakang maupun kisah-kisah pelengkapnya. Ada begitu banyak tokoh, tempat dan kejadian disebutkan dalam buku ini. Buku ini tidak sekedar menjadi buku sejarah, namun uraian yang dipaparkan di dalamnya mengandung refleksi-refleksi cerdas yang makin menambah wawasan para pembacanya.
Buku ini menarik, bukan semata-mata karena judulnya yang unik. Namun melalui karya Pastor A. Eddy Kristiyanto, OFM ini kita akan diajak menjelajahi peta sejarah Kekatolikan di Indonesia secara otentik. Melalui beragam referensi yang sebagian diantaranya terbilang langka, penulis menyajikan kisah-kisah menariknya secara runut dan berurutan dalam bahasa sejarah terkini.
Nama misionaris Fransiskus Xaverius mungkin tidak asing lagi terdengar di telinga umat Katolik Indonesia. Namun bagaimana dengan nama Beato Odorikus Pordenone, OFM, Pastor Diego de Magelhaes, SJ atau Pastor Antonio Ventimiglia, apakah kita sudah mengenal tokoh-tokoh tersebut? Belum lagi jika diajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai sejarah perkembangan agama-agama asli maupun agama wahyu di Nusantara, kita pasti akan semakin bingung dan canggung untuk dapat memberikan jawaban yang memuaskan.
Memang, sejarah senantiasa diidentikkan dengan masa lampau yang telah berlalu. Sehingga sebagian orang kemudian berpendapat bahwa mempelajari sejarah adalah sesuatu yang kurang atau bahkan tidak penting. Namun sebagai umat Katolik yang bertanggung jawab terhadap Gereja, masyarakat, bangsa dan negara; kita tidak boleh bersikap acuh tak acuh terhadap sejarah. Demi menjaga identitas Kekatolikan kita (sekaligus menjaga keotentikannya), mempelajari sejarah adalah sebuah kewajiban (baca: keharusan).
Adalah sebuah kebanggaan manakala sebagai umat Katolik Indonesia kita mengetahui asal-muasal dan sejarah Kekatolikan di Indonesia dalam lintasan sejarahnya. Dari masa lampau akan kita dapati banyak hal berharga yang kita kita warisi. Kandungan dalam masa lampau itu sendiri perlu diurai. Apalagi dengan bekal pengetahuan akan masa lampau yang semakin baik, maka serta merta kita akan lebih siap mengarahkan sekaligus mengisi masa depan. Dan masa lampau hanya mungkin dipahami bila kita mampu merawat ingatan akan segala sesuatu yang bernilai itu.
Dalam situasi ini kita diajak untuk menyadari sepenuhnya bahwa tindakan merawat ingatan harus dibarengi dengan sikap menerima dan memberi makna positif akan segala sesuatu yang tidak mungkin diubah lagi di masa lampau. Apa yang berusaha diuraikan dalam buku ini sesungguhnya hendak menelusuri kembali jejak-jejak Kekatolikan dalam sejarah Indonesia, sekaligus mengetahui peran Katolik dalam rangka “menjadi(kan) Indonesia”. Sebuah kajian historis yang penting dalam mereposisi pola relasi Negara dan agama agar benar-benar mampu menjadi “rumah damai” bagi semua!
Kehadiran buku ini terasa makin aktual ketika Gereja Semesta merayakan Tahun Hidup Bakti, karena melalui buku ini kita akan diperkenalkan dengan para misionaris pendahulu, para misionaris ulung yang begitu digdaya (baca: luar biasa) dan tanpa kenal lelah menyemaikan benih-benih iman Kekatolikan di seluruh penjuru Nusantara.
Selamat sore, saya Arif dari Menjalin, Kalimantan Barat.
Sekilas saya membaca garis besar daripada buku yang berjudul Seandainya Indonesia tanpa Katolik, menarik bagi saya untuk mengetahui lebih dalam lagi mengenai isi dari buku ini. Untuk admin SESAWI.NET, bagaimana bisa saya mendapatkan buku ini? Mohon informasinya. Terima kasih.
Tuhan Yesus Memberkati.
Mas Arif, bisa kontak Toko Obor di Jakarta
http://www.obormedia.com/
Alamat: Jl. Gunung Sahari Raya No.91, RT.14/RW.8, Gn. Sahari Sel., Kemayoran, Jakarta, Jakarta 10610, Indonesia
Telepon: +62 21 4222396