Minggu, 5 Desember 2021
- Bar. 5:1-9.
- Mzm.126:1-2ab.2cd-3.4-5.6.
- Flp. 1:4-6.8-11.
- Luk. 3:1-6
JALAN pertobatan menjadi jalan yang menuntun kita pada Allah.
Meninggalkan kecenderungan untuk berbuat dosa dan mengarahkan langkah pada kehendak Allah.
Masa Adven menjadi kesempatan untuk mengadakan perjalanan batin itu.
Menjawab panggilan Allah untuk menyiapkan jalan dan kembali pada kehendak Allah.
Adven adalah masa untuk mengikis dan merobohkan gunung dan bukit kesombongan kita serta menimbun lembah-lembah kekecewaan kita.
“Matahatiku dibuka Tuhan, bahwa selama ini aku terlalu acuh dengan orang lain,” kata seorang bapak.
“Aku terlalu menyepelekan orang lain. Karena kadang aku terbesit dalam pikiranku, aku bisa segalanya dan punya yang aku butuhkan,” lanjutnya.
“Baru ketika isteri dan anakku kena demam berdarah dan perlu transfusi. Saat itulah kesadaranku terbuka bahwa banyak hal yang tidak aku miliki, dan aku perlu orang lain,” lanjutnya.
“Saat itu, kami perlu delapan paket donor darah, dan karyawanku serta keluarganya adalah orang-orang yang pertama memberikan darahnya, selebihnya warga sekitar kami,” ujarnya.
“Mereka yang lebih sering tidak aku hargai dan aku anggap hanya pembantu, malah menyelamatkan isteri dan anakku,” ujarnya lagi.
“Peristiwa itu telah merobohkan kesombonganku, dan mengajariku nilai kerendahan hati, serta penghargaan bagi orang lain,” katanya.
Pada bacaan Injil hari ini kita dengar demikian.
“Seperti ada tertulis dalam kitab nubuat-nubuat Yesaya: Ada suara yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya.
Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan.”
Menyiapkan jalan Tuhan dan meluruskan lorong bagi-Nya ternyata menjadi sebentuk kegiatan dan usaha nyata melalui hidup dengan lebih menghargai kerja dan kehadiran orang lain.
Dengan sadar meninggalkan keangkuhan hidup dan tidak hanya berpikir kepentingan diri sendiri.
Kerelaan membantu sesama yang membutuhkan menjadi perwujudan nyata makna kehidupan.
Bagaimana dengan diriku?
Adakah kesombongan dalam hidupku?