GELARAN Jambore Sekami se-regio Papua diawali dengan penyambutan peserta yang berasal dari empat keuskupan di tanah Papua. Setelah tua-tua adat memberi kata penyambutan dengan bahasa Suku Moi, para peserta disambut dengan tarian tradisional Papua, sebagai ucapan selamat datang.
Setelah pengalungan bunga kepada Dirdios Keuskupan Agung Palembang, Dirdios dan tim animasi Keuskupan Denpasar, dimulailah perarakan tiap kontingan dari pintu gerbang kompleks Seminari Menengah Petrus van Diepen menuju aula dan panggung utama kegiatan.
Diawali dengan marching band siswa-siswi Seminari Menengah Petrus van Diepen yang diikuti sembilan kontingen. Masing-masing kontingen membawa baliho dan spanduk sambil menyanyikan lagu dan yel-yel. Kemudian tari Yospan mengarak sembilan kontingen dan paling akhir adalah grup suling tambur yang mengarak sembilan kontingen juga.
Nuansa kearifan lokal Papua terasakan dengan tari Yospan dan suling tambur.
Sebelum perarakan dimulai, Ibu Lieke Sompie Makatuuk memberi sambutan ucapan selamat datang kepada seluruh peserta.
“Anak-anak Sekami adalah permata hati, kebanggaan orang ua, harapan Gereja dan penerus bangsa yang harus didampingi, dibina dan diberi dukungan,” begitulah sepenggal ajakan untuk kita semua.
“Semoga selama kurang lebih lima hari di Bumi Perkemahan Seminari Petrus van Dieppen para peserta bisa menikmati, merasakan, berbagi dan bersyukur atas segala kebaikan dan kemurahan Tuhan,” begitulan harapan ibu Lieke.
Selamat berjambore dengan seruan: “Bunyikan Tifa Misioner dan senandungkan sukacita Injil di tanah Papua.”