“Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku.” (Yoh 14,1)
PAGI ini saya ikut misa pagi di Kapel Pius Kentungan. Setelah misa saya berjumpa dengan seorang ibu dan ngobrol banyak hal. Salah satunya adalah keinginan anaknya untuk pindah rumah ke luar negeri. “Ngapain tinggal di Indonesia. Orang jujur, baik dan serius memikirkan kesejahteraan rakyat saja bisa masuk penjara. Bagaimana dengan orang biasa?” Ini ungkapan hati seorang anak muda kepada ibunya. Ungkapan hati yang menyiratkan sebuah kegelisahan hidup di masa depan.
Gelisah sering dialami banyak orang: seorang anak gelisah menunggu ibunya; seorang muda gelisah agar bisa menemukan pasangan hidup; orang tua gelisah menunggu anaknya yang belum pulang; karyawan kontrak gelisah menjelang berakhirnya masa kerja; banyak orang gelisah menyaksikan maraknya kekerasan, ancaman dan tekanan masa serta terancamnya kemajemukan; orang muda gelisah memikirkan masa depan yang nampak suram dan tidak memberikan pengharapan baik; orang sakit gelisah menghadapi kenyataan sakit dan penderitaan yang tidak kunjung tuntas.
Banyak orang gelisah dengan berbagai alasan, sebab dan latar belakang. Kegelisahan yang menjauhkan orang dari rasa damai, tenteram dan bahagia. Kegelisahan itu tidak hanya berkaitan dengan masa depan, nasib anggota keluarga atau kenyataan hidup yang mencekam, tetapi juga berkaitan dengan kehidupan kekal. “Siapa sih yang kelak akan masuk surga? Betulkah orang yang hidup baik dan jujur dan dicap kafir akan masuk neraka? Betulkah orang yang senang menebar fitnah, berbuat kekerasan dan ancaman akan masuk surga?”
Gelisah! Dalam kegelisahan itu, Sang Guru memberi peneguhan, “Jangan gelisah; percayalah kepada Allah dan kepada-Ku.” Memang tidak ada seorang pun yang bisa dipercaya penuh, selain Allah; selain Putera-Nya yang menjadi jalan, kebenaran dan hidup. Hanya dalam Dia dan melalui Dia, orang akan masuk ke dalam hidup yang kekal.
Kegelisahan macam apa yang selama ini aku alami? Teman-teman selamat malam dan selamat beristirahat. Berkah Dalem.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)