Jangan Grusa-grusu

0
569 views
Paranoid akan kacaukan segalanya.

Senin, 12 Desember 2022

  • Bil. 24:2-7,15-17a.
  • Mzm. 25:4bc-5ab,6-7c,8-9.
  • Mat. 21:23-27.

DI tengah situasi yang buruk, apa pun dan di mana pun, sikap yang paling dibutuhkan adalah tenang.

Ini merupakan sikap yang dibentuk, bukan bawaan. Artinya, untuk menjadi tenang, orang harus bersedia belajar dan dibentuk oleh banyak pengalaman.

Tindakan gegabah tidak akan memberikan suatu manfaat yang berarti.

Kepanikan yang kita ekspresikan tak akan membuat sebuah masalah terselesaikan.

Dan kemarahan yang kita keluarkan tidak akan menyebabkan situasinya menjadi tenang.

Ada banyak perkara dalam hidup yang dapat kita gunakan sebagai kesempatan untuk belajar menjadi tenang.

Dengan menjadi tenang, kita dapat mengetahui apa yang sesungguhnya sedang terjadi sehingga kita dapat menentukan tindakan yang tepat dan baik untuk kita lakukan.

Dengan bersikap tenang, kita juga akan dihindarkan dari ucapan atau tindakan yang sangat emosional yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.

“Saya merasa tertekan dengan sikap suami yang selalu menuntut segalanya berlangsung sempurna,” kata seorang ibu.

“Dia tidak bisa melihat sedikit saja ketidakberesan,” ujarnya.

“Jika sesuatu yang kurang beres tidak diselesaikan, keadaan itu akan dipikir terus bahkan siang dan malam,” sambungnya.

“Karena itu, suami saya sering grasa-grusu karena pada dasarnya memiliki kepribadian yang perfeksionis,” urainya.

“Ada sedikit saja yang tidak sesuai dengan standarnya, dia akan panik dan khawatir,” paparnya.

“Ketika melihat orang lain berperilaku tidak semestinya, dia akan kecewa dan marah,” katanya.

“Berharap segala sesuatunya berjalan baik memang tidak salah,” katanya.

“Namun, bila kita terlalu terobsesi, maka kita sendiri yang akan dirugikan,” lanjutnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,

Lalu Yesus masuk ke Bait Allah, dan ketika Ia mengajar di situ, datanglah imam-imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi kepada-Nya, dan bertanya: “Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?”

Jawab Yesus kepada mereka: “Aku juga akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu dan jikalau kamu memberi jawabnya kepada-Ku, Aku akan mengatakan juga kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.”

Bila saja Yesus tak bersikap tenang, bisa jadi Ia akan keliru memberi jawaban sehingga dapat berujung pada situasi yang buruk.

Namun, karena Yesus tenang, maka Ia dapat menebak ke arah mana pertanyaan mereka. Dengan mengetahui hal tersebut, alih-alih memberikan jawaban yang hanya menimbulkan debat kusir,

Yesus mengajukan pertanyaan balik dengan muatan yang sama. Yesus sadar bahwa Ia sedang dijebak dengan pertanyaan mereka berkait peristiwa Bait Allah dan pohon ara. Karena tenang, Yesus dapat memberi jawaban tepat.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku cukup tenang dalam menghadapi kesulitan hidup sehari-hari?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here