Masyarakat perlu mengetahui kebudayaan-kebudayaan Papua supaya dapat mempelajari kekayaan budaya yang dimiliki oleh suku-suku di Papua supaya tidak terjadi kepunahan budaya, kata pemerhati budaya Kalman Muller.
“Jangan lepas Papua dari Indonesia. Yang harus dilakukan adalah mempelajari budaya suku-suku di Papua. Belajarlah apa pun tentang Papua. Jangan hanya belajar tentang Sriwijaya atau Majapahit, sementara Papua tidak,” kata pria berkewarganegaraan Amerika Serikat itu pada pembukaan Pekan Ragam Budaya Papua, Selasa (31/7). Acara ini menjadi sarana untuk masyarakat mengetahui sedikit tentang budaya Papua, yaitu Suku Kamoro.
Kal menjelaskan bahwa ia prihatin karena ketika ia datang ke Kamoro, banyak budaya yang sudah hilang. Pada tahun 1925 Katolik masuk ke Papua dan mulai saat itu ada beberapa budaya yang dilarang oleh gereja karena bertentangan dengan agama.
“Setelah 30 tahun berlalu, banyak perubahan yang terjadi pada budaya Kamoro termasuk beberapa jenis ukiran dari orang-orang Kamoro sudah mulai hilang,” katanya.
Kal mengatakan orang-orang Kamoro kesulitan menjual hasil ukiran mereka. Untuk membuat satu karya ukiran, perajin ukiran Kamoro membutuhkan waktu sebulan.
Tetapi untuk menjual karya tersebut membutuhkan waktu lama. Ini yang membuat generasi muda Suku Kamoro kehilangan ketertarikan pada Budaya Maramowe atau pengukir Suku Kamoro.
“Saya membantu mereka untuk menjual ukiran, supaya budaya maramowe ini tidak hilang dan dikenal oleh masyarakat luas,” kata lelaki asal Hungaria itu.
Menurut Kal, sekarang kehidupan mereka menjadi lebih baik. Warga Kamoro sudah memiliki akses pendidikan dan kesehatan. Beberapa warga sudah menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi, tetapi masih banyak yang memiliki tingkat pendidikan rendah.
“Beberapa dari mereka hilang dari adat Suku Kamoro, tetapi masih banyak juga orang Kamoro yang memiliki pola hidup seperti dulu,” kata lelaki berkacamata itu.
Sementara itu, seorang tokoh Suku Kamoro, Timotius Samin mengatakan, untuk mempertahankan kebudayaan Kamoro maka langkah awal yang harus dilakukan adalah mempertahankan bahasa. Banyak generasi muda Kamoro yang mempelajari bahasa Kamoro.
“Ketika bahasa hilang, maka budaya juga ikut hilang. Oleh karena itu generasi muda Kamoro harus belajar bahasa Kamoro,” kata Timotius.