Senin 12 Agustus 2024.
Yeh. 1:2-5.24-2:1a.
Mzm. 148:1-2.11-12ab.12c-14a.14bcd. Mat. 17:22-27
“ORANG Bijak Taat Pajak”. Slogan tersebut mempunyai maksud untuk memberikan kesadaran masyarakat akan pentingnya membayar pajak.
Namun menjadi pertanyaan apakah pemerintah sudah bijak dalam menggunakan pajak yang terkumpul? Apakah para petugas pajak bisa dipercaya dalam mengumpulkan uang pajak?
“Ada kasus di mana pejabat pajak menerima suap dari wajib pajak untuk mengurangi kewajiban pajak mereka atau mengabaikan pelanggaran pajak,” kata seorang sahabat.
“Beberapa waktu lalu terjadi kasus korupsi di Direktorat Jenderal Pajak yang melibatkan beberapa pejabat yang terlibat dalam praktik suap.
Permasalahan itu telah merusak integritas sistem perpajakan. Bahkan secara langsung telah mengurangi kepercayaan publik terhadap sistem pajak dan pemerintah.
Karena kasus itu tidak sedikit wajib pajak tidak membayar pajak yang seharusnya mereka bayar. Sikap dan perilaku para pejabat pajak itu telah menjadi batu sandungan bagi banyak orang,” ujar sahabatku itu.
Bertindak bijaksana supaya apa yang kita perbuat bisa memberi inspirasi yang baik bagi sesama. Jangan sampai sikap dan perilaku kita menjadi batu sandungan bari orang lain. Sikap ini bukan hanya bagi para pembayar pajak namun juga para petugas pajak dan pemerintah sebagai penerima pajak.
Salah satu usaha supaya sikap kita tidak menjadi batu sandungan orang lain adalah dengan menahan diri supaya tidak menjatuhkan orang lain ke dalam dosa. Cara kita memenuhi hal ini adalah dengan memenuhi tuntutan aturan, dengan baik dan semestinya.
Jika kedua belah pihak mentaati aturan yang ada maka ada jaminan bahwa membayar pajak menjadi sarana partisipasi kita dalam mencintai negara.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Tetapi supaya jangan kita menjadi batu sandungan bagi mereka, pergilah memancing ke danau. Dan ikan pertama yang kau pancing, tangkaplah dan bukalah mulutnya, maka engkau akan menemukan mata uang empat dirham di dalamnya. Ambillah itu dan bayarkanlah kepada mereka, bagi-Ku dan bagimu juga.”
Yesus memberikan contoh kongkret tentang kasih dan kepedulian dengan memerintahkan Petrus untuk menangkap ikan yang akan membawa mata uang untuk membayar pajak.
Meski Yesus tidak perlu membayar pajak tersebut, Dia memilih untuk melakukannya agar tidak menyinggung atau menimbulkan masalah dengan orang lain.
Hal Ini mengajarkan kita tentang pentingnya mempertimbangkan perasaan dan kebutuhan orang lain dalam tindakan kita, bahkan jika itu berarti mengorbankan hak kita sendiri atau membuat pengorbanan kecil.
Membayar pajak bukan hanya sebuah kewajiban hukum, tetapi juga bagian dari panggilan kita sebagai pengikut Kriatus untuk hidup dalam ketaatan, tanggungjawab sosial, dan integritas.
Dengan melakukan hal ini, kita tidak hanya memenuhi kewajiban kita sebagai warga negara tetapi juga mencerminkan nilai-nilai iman kita.
Mari kita menjalani kewajiban kita dengan penuh tanggung jawab, selalu mengingat bahwa setiap tindakan kita, termasuk membayar pajak, adalah bentuk pelayanan kepada Tuhan dan sesama kita.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku taat pada aturan sehingga tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain?