Jangan Merasa Lebih dari yang Lain

0
0 views
Ilustrasi. (Ist)

Senin, 16 Desember 2024

Bil. 24:2-7,15-17a;
Mzm. 25:4bc-5ab,6-7c,8-9;
Mat. 21:23-27

DALAM kehidupan ini, kuasa atau wewenang seringkali memegang peranan penting dalam tatanan hidup bersama.

Wewenang tidak hanya menjadi hak untuk bertindak, tetapi juga sebuah tanggung jawab yang besar. Melalui wewenang, seseorang diberikan kemampuan untuk memengaruhi, mengatur, atau memutuskan sesuatu yang berdampak pada orang lain.

Untuk itu, kuasa yang diemban haruslah dijalankan dengan jujur, bijaksana dan penuh kesadaran. Jangan sampai kuasa yang kita miliki digunakan dengan cara yang tidak elok bahkan manipulatif.

Di sisi lain, kehidupan mengajarkan kita untuk memahami batas wewenang kita. Tidak semua hal dapat kita lakukan atau bicarakan tanpa memperhatikan posisi dan tanggungjawab kita.

Ketika seseorang melangkah keluar dari batas wewenangnya, maka ia berisiko menghadirkan kekacauan atau menimbulkan konflik. Sebaliknya, menghormati batas kuasa orang lain adalah bentuk penghormatan terhadap tatanan dan keadilan.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Lalu Yesus masuk ke Bait Allah, dan ketika Ia mengajar di situ, datanglah imam-imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi kepada-Nya, dan bertanya: Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?”

Pertanyaan ini mencerminkan keraguan para imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi terhadap otoritas Yesus, meskipun tindakan dan pengajaran Yesus menunjukkan kuasa yang berasal dari Allah.

Para pemimpin agama merasa terganggu karena Yesus berbicara dan bertindak dengan otoritas yang tidak bergantung pada struktur kekuasaan duniawi mereka.

Sikap Yesus mengingatkan kita bahwa otoritas sejati dalam hidup bukanlah soal posisi atau status, tetapi soal keselarasan dengan kehendak Tuhan.

Ketika kita melayani dengan tulus, bertindak jujur dan penuh tanggangjawab Allah berpihak pada kita. Perilaku yang baik itu berasal dari Allah yang memberikan kita kemampuan dan hikmat untuk melakukan kehendak-Nya.

Sama seperti imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi, kita sering kali sulit menerima apa yang berbeda dari harapan kita.

Kita seringkali tidak memiliki kerendahan hati dan terbuka untuk mengenali pekerjaan Allah, bahkan ketika itu melampaui pemahaman kita.

Yesus menunjukkan bahwa kuasa bukanlah untuk menonjolkan diri, melainkan untuk melayani dan membawa terang bagi dunia.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku telah menjalankan kuasa yang kumiliki dengan adil dan bertanggungjawab?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here