Jangan Mudah Menghukum

0
287 views
Ilustrasi - Hukum membatasi kebebasan individu (Indian Express)

Puncta 22.10.22
Sabtu Biasa XXIX
Lukas 13:1-9

TRAGEDI Kanjuruhan adalah tragedi sepak bola Indonesia. Bahkan FIFA meminta seluruh klub yang bertanding saat itu untuk mengheningkan cipta atas meninggalnya ratusan penonton di stadion.

Waktu itu Arema Malang bertanding melawan Persebaya Surabaya. Persebaya memenangkan laga itu. Padahal sebelum-sebelumnya Arema menang terus. Kecewa karena jagonya kalah, para penonton merangsek ke tengah lapangan.

Pada saat itulah situasi chaos tak terkendali. Aparat terpaksa membubarkan penonton dengan gas air mata. Karena pintu stadion sempit dan banyak orang berdesak-desakan mau menyelamatkan diri, banyak orang sesak nafas dan terinjak-injak. Akibatnya, banyak korban berjatuhan.

Penonton kita hanya tahu jagonya harus menang. Mereka tidak mau terima kalau klub kesayangannya kalah. Mereka mempertanyakan kenapa bisa kalah. Situasi itu justru menimbulkan banyak korban.

Orang suka menyalahkan atas kegagalan orang lain. Ekspektasi terlalu tinggi membuat mereka kecewa ketika timnya kalah. Lalu mereka menghukum para pemain.

Yesus menghadapi kasus yang sama, ketika ada orang-orang Galilea yang darahnya dicampurkan Pilatus dengan darah korban persembahan.

Kasus lain tentang delapan belas orang yang mati tertimpa menara dekat Silom. Orang-orang Yahudi menganggap itu sebagai hukuman dari Allah karena dosa-dosa mereka.

Kita mudah sekali menilai orang lain dengan kacamata hitam. Maka semua akan kelihatan hitam di mata kita.

Kita mudah sekali menghujat orang lain dan meghakimi atas kesalahan-kesalahan mereka, tanpa mau meneliti dulu apa yang sesungguhnya terjadi. Orang dengan cepat langsung menilai dan menghakimi.

Perumpamaan seorang hamba yang merawat pohon ara dapat menjadi bahan pelajaran. Tuan pemilik kebun anggur minta agar pohon ara itu ditebang saja karena tidak menghasilkan buah.

Tetapi pengurus kebun anggur itu meminta agar tidak buru-buru menebang. Ia meneliti apa penyebab pohon itu tidak berbuah.

“Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan dia berbuah, jika tidak, tebanglah dia.”

Pengurus kebun anggur itu tidak langsung menebang, tetapi dia berusaha dengan sekuat tenaga memelihara dan memberi pupuk kepadanya.

Ia tidak langsung menghukum tetapi memberi kesempatan untuk tumbuh kembali.

Apakah kita lebih suka menghukum kesalahan orang lain atau memberi kesempatan agar orang itu bisa tumbuh dan berbuah?

Beli anggur di persimpangan jalan.
Diberi bonus pisang-pisang nipah.
Lebih baik memberi kesempatan,
Agar orang bisa menghasilkan buah.

Cawas, selalu bersyukur…

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here