Jangan Munafik

0
475 views
Ilustrasi - Bangkrut (Rapid Formations)

Senin, 22 Agustus 2022

  • 2Tes. 1:1-5,11b-12.
  • Mzm. 96:1-2a,2b-3,4-5.
  • Mat. 23:13-22;

KETIKA kita kehilangan ketulusan dalam hati, maka segala aktivitas sering kali diwarnai dengan aneka keinginan dan kepentingan.

Perilaku kita sering menjadi tidak murni, melainkan penuh dengan kepura-puraan, atau kemunafikan, demi mencapai target pribadi.

Kemunafikan merupakan sebuah sikap manusia yang suka berpura-pura dan mengingkari setiap janji yang ia berikan.

Ketika kita ada dalam sitausi yang berat dan sulit, kita dengan enteng mengambil langkah demi menyelamatkan diri ssndiri dan kepentingannya. Meski untuk itu harus mengurbankan orang lain.

Kondisi tersudut bisa membuat kita menjadi seseorang yang munafik.

Orang yang munafik biasanya suka berbicara yang tak sesuai kenyataan atau melebih-lebihkan hal yang sebenarnya biasa saja.

“Melupakan pengkianatan adalah perkara yang mudah. Namun tidak, jika harus memaafkannya,” kata seorang gadis.

“Sulit rasanya memberi ampun pada teman yang telah menghancurkan hati dan kepercayanku,” tuturnya.

“Terlebih setelah saya terpuruk, karena sahabat karibku yang telah tega memperalat saya dalam bisnis, kotornya,” sambungnya.

“Dia menggunakan CV yang saya dirikan bersama kakakku untuk usaha dan bisnisnya,” kisahnya

“Atas keuletannya dan pengalaman dalam bisnis, maka sahabatku itu pernah mengalami untung besar sekali,” lanjutnya.

“Saat sedang jaya-jayanya dia seakan lupa menggunakan cv milik saya. Bahkan dia tidak pernah menunjukkan rasa terimakasih,” ujarnya.

“Usahanya yang sangat sukses itu, kemudian hancur karena cara hidup yang sombong, suka omong besar, pamer kekayaan, foya-foya dengan cara membeli banyak fasilitas newah,” lanjutnya.

“Karena pengeluaran yang tak terkira maka usaha itu hancur; bahkan kemudian dia terlibat hutang,” katanya.

“Imbasnya pada kami adalah lilitan pajak atas nama CV ditagih kepada kami pemilik nama CV itu,” lanjutnya.

“Sahabat saya itu justru hanya terdiam dan menghindar tanpa berusaha memperbaiki segalanya,” tegasnya.

“ia pergi dan lari meninggalkan beban pada kami,” sambungnya.

“Namun tersebar cerita kemana-mana bahwa saya punya hutang maka CV dibekukan pemerintah,” ujarnya.

“ia benar-benar licik dan munafik,” tuturnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,

“Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Surga di depan orang.

Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk.”

Bacaan Injil hari ini memuat kata-kata yang keras.

Kata “celakalah” mengandung konotasi yang sangat keras. Bisa berupa teguran tapi sekaligus kutukan bagi yang ditujukan.

Penulis Injil Matius dan penulis Injil lain selalu menjadikan Kristus sebagai tokoh sentral. Maka kata celakalah seakan-akan menjadi cara menegur yang paling keras.

Teguran itu disampaikan supaya para murid dengan tegas menata hidupnya dan tidak jatuh dalam kemunafikan.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku menyadari bahaya kemunafikan dalam perilakuku ini?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here