Jangan “Show of Force”

1
220 views
Ilustrasi: Aksi demo "unjuk gigi" (Rickoloes)

Bacaan 1: Yak 1:19-27
Injil: Mrk 8:22-26

SAAT masih berkantor di salah satu sudut Bundaran Hotel Indonesia, saya sering melihat pertunjukkan demo di seputaran air mancur Bundaran Hotel Indonesia, dari balik jendela kantor.

Saya mengatakan pertunjukan, karena bagiku merupakan sebuah hiburan di tengah penatnya kerja.

Pemimpin demo biasanya berdiri di panggung dan berorasi secara berapi-api. Seolah dia ingin menunjukkan kekuatan yang dimilikinya. Itulah yang disebut “show of force” atau “unjuk gigi”.

Tujuannya jelas, orang percaya kekuatannya, kemampuannya dan bahwa ia punya banyak pendukung.

Orang-orang di Betsaida rupanya juga sangat suka sensasional.

Mereka tentu telah melihat berbagai mukjizat yang dilakukan Yesus, paling tidak pernah mendengarnya.

Maka saat Yesus mampir ke Betsaida, segera dibawa seorang buta agar Ia mempertontonkan mukjizat itu. Namun Yesus tidak terpancing.

Ia memilih memisahkan orang buta itu dan membawanya keluar kampung, disanalah Yesus menyembuhkan kebutaannya setahap demi setahap tanpa hiruk pikuk. Tidak ada orang yang bisa menyaksikan mukjizatnya.

Bahkan Yesus berpesan agar orang itu tidak kembali ke kampung.

“Jangan masuk ke kampung!”

Yesus tidak ingin bahwa Ia hanya dilihat sebagai “tukang sulap”. Ia datang membawa keselamatan kekal maka perlu dibangun sebuah iman yang kokoh untuk menjadi pengikut-Nya.

Sebaliknya, Santo Yakobus mengingatkan jemaat diaspora Yahudi, agar menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar.

Fenomena ini juga masih terjadi hingga hari ini, terutama sejak masa pandemi. Setiap orang dimudahkan untuk mendengarkan pengajaran-pengajaran atau webinar tentang iman.

Banyak umat katolik ikut webinar sana-sini, senang mendengarkan sabda Tuhan.

Namun bukan jaminan orang tersebut juga sebagai pelaku sabda.

“Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.”

Demikian kata Santo Yakobus dalam suratnya.

Lebih baik berbuat kebaikan, seperti mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan serta menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia. Itulah ibadah yang sejati.

Pesan hari ini

Tuhan Yesus memberi teladan agar tidak perlu “show of force”, namun “low profile” dalam iman.

Menjadi pelaku sabda secara nyata, bukan hanya pendengar saja.

“Terkadang orang yang suka pamer tidak lebih baik dibanding orang yang biasa-biasa saja. Tetaplah pakai maskermu dan jaga jarakmu.”

1 COMMENT

  1. Firman Tuhan melalui St. Yakobus, mengingatkan kita, juga sesuai dengan Renungan di atas, sangat layak, kita hendaknya menjadi pelaku Firman juga selain pendengar Firman, trima kasih Pak Ricko ?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here