KEBIASAAN lain yang perlu dimulai dirintis, adalah kebiasaan berpikir positif. Merumuskannya dalam rumusan positif juga penting untuk dilatih. Jangan berkata pada anak kita „anak nakal“ melainkan katakan “anak kreatif“, dan masih banyak lagi.
Jika suatu „simpanan rasa“ sudah terlalu dalam ditanam, maka mungkin orangnya sendiri sudah melupakan atau menaruhnya di bawah sadar. Maka, ia mungkin perlu bantuan orang yang sudah berpengalaman mengurai pengalaman masa lalu. Tidak harus, tapi psikolog, psikiater lebih bisa diandaikan untuk lebih mampu membantu.
Yang terpenting orangnya percaya pada yang mau membantu: kekasih, suami/istri, orangtua/anak , dan siapa pun yang dipercayai. Kalau sudah terlatih, kita sendiri pun dapat menemukannya, misalnya, dengan bantuan pendulum.
Sebelum itu, pertama dan utama, orangnya harus percaya diri, berpikiran positif bahwa dirinya mampu menemukan sebab dan sumber penyakit yang dideritanya dan mengelola proses penyembuhannya. Kadang ada kenyataan bahwa butuh waktu lama untuk menemukan, memroses dan menyembuhkanya. Ini terutama terjadi bila isi ‘tabungan’ perasaan itu sudah dilakukan sejak masa kecil hidupnya. Demikian sehingga sudah terlalu mengakar untuk dicabut tanpa merusakkan dirinya dan lingkungan sekitarnya.
Iman sebesar biji sesawi
Dalam Kitab Suci, Yesus mengatakan, “Jika engkau mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, engkau akan dapat memindahkan gunung” (Mat 17:20)
Itu juga nyata. Bukan berarti gunungnya pindah, tetapi berarti, gunung pun tak akan menjadi kendala atau penghalang sama sekali.
Dengan ini saya mau sampaikan bahwa kalau pikiran kita saja sudah dapat menjadi penuh arti, maka bila ditambah dengan keyakinan iman kita, aduh betapa besarnya kekuatan itu. Kekuatan pikiran berpadu dengan kekuatan iman manusia.
Untuk maksud yang sama, Gereja Katolik mengajarkan pentingnya mengucap syukur lewat Perayaan Ekaristi Suci. Sayangnya pikiran itu tidak mudah dikelola bersama perasaannya; juga dalam Perayaan Ekaristi, belum terolah benar. Maka sering efeknya kurang optimal.
Dalam bahasa umum disebut berpikiran positif. Kalau tak sanggup mengelola pikiran negatif, lantas biarkan saja; jangan diurus pikiran negatif yang ada. Fokus saja pada pikiran positif, maka yang negatif akan mati sendiri.
Inilah modal berpikiran sehat! Pikiran sehat adalah dasar utama kesehatan kita. (Selesai)
Salam, Pendengar Kisah Hidup Pribadi
Link: Jangan Simpan Perasaanmu: Korban Terbanyak adalah Perempuan (3)
Mau Tetap Sehat? Buang Jauh-jauh Perasaan dan Pikiran Negatif (1)