HARI yang baru ini menjadi kesempatan bagi kita untuk melaksanakan rencana-rencana yang telah kita buat. Tetapi tidak boleh gegabah. Kita mesti melakukan rencana-rencana kita dengan tidak tergesa-gesa.
Suatu hari, seorang pemuda hendak menimba ilmu bela diri kepada seorang guru kungfu. Sang guru pun menerimanya sebagai murid dengan beberapa syarat.
Guru Kungfu itu berkata, “Setiap pagi engkau harus mengambil air dari sungai lalu mengangkatnya ke rumahku yang letaknya di atas bukit.”
Sang pemuda menyetujuinya. Setiap hari ia menngambil air dari sungai lalu mengantarnya ke rumah gurunya. Ia menggunakan dua buah ember. Karena bak air di rumah sang guru begitu besar, si pemuda pun harus bolak balik. Ia mesti naik dan turun bukit sampai beberapa kali.
Tanpa terasa tiga bulan sudah berlalu. Si pemuda mulai gelisah. Ia bertanya dalam hati, “Mengapa ya, guru belum juga mengajariku ilmu bela diri. Jangankan jurus-jurus jitu, dasar-dasarnya saja belum pernah dia ajarkan. Masak sih kerjaku hanya mengangkat air. Sungguh pekerjaan yang tidak berguna.”
Tidak lama kemudian, ia memutuskan untuk mendatangi gurunya.
Ia berkata, “Guru, aku sudah mulai lelah dengan tugas yang kau berikan. Setiap pagi aku harus bangun pagi-pagi mengambil air dan baru beristirahat ketika senja mulai tiba. Kapan kau akan mengajariku ilmu pamungkasnya? Kalau begini terus lebih baik aku berhenti saja.”
Guru Kungfu itu diam sejenak. Lalu ia mengajak muridnya pergi ke kebun belakang. Sambil menunjuk, ia berkata, “Kamu lihat tanaman bambu dan pakis itu?”
Pemuda itu mengangguk.
Lalu Guru Kungfu itu berkata, “Tanaman bambu dan pakis itu aku tanam dalam waktu bersamaan. Ketika pertama kali aku menanamnya, aku merawat benih-benih itu dengan saksama. Kemudian pakis-pakis itu tumbuh dengan sangat cepat. Warna hijaunya yang menawan menutupi tanah.”
Pemuda itu bertanya, “Tetapi mengapa bambu-bambu ini tampak kerdil?”
Guru Kungfu itu berkata:
“Tidak ada yang terjadi dari benih bambu. Meski begitu aku tidak berhenti merawatnya. Dalam tahun kedua pakis-pakis itu tumbuh lebih cepat dan lebih banyak lagi. Namun, tetap tidak ada yang terjadi pada benih bambu. Aku tidak menyerah. Dalam tahun ketiga, tetap tidak ada yang tumbuh dari benih bambu, tapi aku tetap tidak menyerah.”
“Tahun keempat pun berlalu dengan keadaan yang sama. Lalu pada tahun kelima sebuah tunas kecil muncul dari dalam tanah. Dibandingkan pakis, tunas itu kelihatan begitu kecil dan sepertinya tidak berarti.”
“Namun, enam bulan kemudian, bambu ini tumbuh mencapai ketinggian lebih dari 100 kaki. Dia membutuhkan waktu lima tahun untuk menumbuhkan akar-akarnya. Akar-akar itu membuat dia kuat dan memberikan apa yang dia butuhkan untuk bertahan.”
Hargai proses
Banyak orang ingin cepat-cepat menjadi orang kaya. Karena itu, mereka tergelincir ke dalam godaan untuk mencuri milik orang lain. Mereka ingin sesuatu yang besar dan spektakuler terjadi dalam hidup mereka.
Yah, kalau tidak ada yang mengetahuinya, mereka merasa nyaman. Namun sebenarnya ini sebuah kenyamanan yang semu.
Pertanyaannya, mengapa orang tidak mau bersabar? Kalau orang berani bersabar, orang akan memperoleh keinginan-keinginan hidupnya.
Kisah di atas memberi kita inspirasi untuk tetap berjuang meski tampak tidak ada hasil yang didapat. Orang tidak boleh tergesa-gesa dalam setiap usaha. Orang juga mesti selalu membuat perhitungan yang matang terhadap setiap usahanya.
Mari kita gunakan hari ini untuk membangun hidup yang lebih baik. Ingat, orang yang tergesa-gesa akan salah langkah.
Tuhan memberkati.